إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Thursday, May 9, 2024

OBAT MATA KERANJANG

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Buraidah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا تُتْبِعْ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الْأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الْآخِرَةُ

“Janganlah engkau teruskan pandangan pertama (yang tidak sengaja) dengan pandangan berikutnya. Karena pandangan pertama itu halal sedangkan pandangan berikutnya adalah haram''. [HR Abu Dawud]

 

Catatan Alvers

 

Viral video yang membuat gaduh yang diunggah pada bulan april 2024. Pasalnya dalam video itu seorang pria yang disebut bernama Gus Ubad Aminullah menceritakan apa yang disebutnya sebagai fakta bahwa ada seorang yang disebut (oknum) habib yang tiba di satu pesantren di cianjur, ia melihat seorang perempuan yang tak lain adalah istri dari salah satu Kiai yang menyambut saat itu. Tanpa basa-basi, oknum habib ini langsung meminta Kiai itu untuk menyerahkan istrinya. Ia mengancam jika Kiai tidak menyerahkan istrinya, maka Kiai tidak bakal mendapat syafaat mengingat ia mengaku sebagai keturunan nabi. [Detik com]

 

Terlepas dari video viral yang semestinya para pihak yang berwenang segera menelusuri benar atau tidaknya kisah tersebut, maka pandangan itu sangatlah berbahaya. Mengingatkan hal ini, Nabi SAW bersabda :

النَّظْرَةَ سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومَة

"Pandangan adalah anak panah dari panah-panah Iblis yang beracun. [HR al-Hakim]

 

Jika pandangan itu jatuh kepada lawan jenis maka hal itu akan berpotensi menjerumuskan orangnya kepada zina sebagaimana sabda Rasul SAW :

فَالْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا النَّظَرُ

''Dua mata itu bisa berzina, dan zina dari keduanya adalah melihat.'' [HR Ahmad]

 

Bahaya pandangan itu bisa menimpa siapa saja tanpa mengenal status sosial dan spiritual tak terkecuali ustadz bahkan nabi. Hal ini sebagaimana kejadian yang menimpa nabi Yusuf. Ia hampir saja berzina jika ia tidak ma’shum (dijaga oleh Allah SWT).  Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ

Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian...  [QS Yusuf : 24]

 

“Burhana Rabbih” (Tanda dari Tuhannya) yang dilihat oleh nabi Yusuf sehingga beliau selamat dari maksiat besar - sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas - adalah permisalan Nabi Ya’kub. Saat itu Nabi Ya’kub memukul dada Nabi Yusuf sehingga syahwat keluar dari ujung-ujung jari nabi Yusuf. Seandainya Nabi yusuf tidak melihat tanda tersebut niscaya ia akan menjima’nya. [Tafsir Jalalain] 

 

Maka sangatlah penting agar kita menjaga mata khususnya dari melihat lawan jenis yang tidak halal. Mata yang tidak dijaga dan diumbar kemana-mana lazim dikenal dengan mata keranjang. Mata Keranjang diartikan sebagai sifat selalu merasa berahi apabila melihat lawan jenisnya. Arti lainnya adalah sangat suka pada perempuan. [kbbi lektur id] Saya penasaran dengan asal usul dari kata keranjang itu sendiri jika dikaitkan dengan makna mata keranjang yang negatif. Boleh jadi keranjang itu artinya wadah besar jadi mata keranjang adalah pandangan mata dengan mode lebar alias jelalatan ketika melihat lawan jenis. Atau boleh jadi keranjang berasal dari kata ke dan kata ranjang sehingga mata keranjang diartikan pandangan kepada lawan jenis yang menjurus ke hubungan di atas ranjang. Bagaimana menurut Anda?

 

Jika ada orang yang bermata keranjang maka segeralah menikah. Paling tidak, jika sudah menikah maka godaan akan berkurang dan hati akan lebih tenang. Sayyidina Umar berkata :

إِنَّهَا سِتْرٌ بَيْنِي وَبَيْنَ النَّارِ فَيَسْكُن بِهَا قَلْبِي عَنِ الْحَرَامِ

isteri menjadi tameng pelindung antara aku dan neraka, karena keberadaanya membuat hatiku tenang dari perbuatan haram (zina). [Tanbihul Ghafilin]

Jika sudah menikah namun masih saja ber-mata keranjang maka amalakanlah tips dari Nabi SAW yaitu :

 إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا

“Jika salah seorang diantara kalian melihat wanita, lalu ia memikat hatinya, maka segeralah ia datangi istrinya. Karena sesungguhnya sang istri memiliki sesuatu yang yang dimiliki oleh wanita lain itu.” [HR Tirmidzi]

 

Jika hal ini belum bisa menghentikan juga, maka ada baiknya untuk menyimak kisah hikmah ini. Ada seorang lelaki curhat kepada seorang syekh. Ia mengaku bahwa setelah ia menikah dengan wanita yang cantik saat itu maka dalam pandangannya wanita lain terlihat lebih cantik dan menarik dari istrinya sendiri.  Syekh itu kemudian memberikan nasehatnya : "Sekalipun kamu menikahi seluruh perempuan di dunia ini, niscaya anjing yang berkeliaran di jalan akan terlihat lebih cantik dalam pandanganmu daripada istri-istrimu itu. Mengapa? Karena masalahnya bukan terletak pada istrimu. Tapi masalahnya adalah ada pada diri kamu sendiri. Jika manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali kuburan. Sekarang apakah kamu menginginkan kecantikan istrimu kembali seperti ketika kamu pertama kali mengenalnya? Ketika ia menjadi wanita tercantik di dunia ini?" Laki-laki itu menjawab: "Iya skeh mau sekali!" Syekh itu menjawab: "Tundukan pandanganmu." [Lintasatjeh com]

 

Maka tidak ada obat yang lebih mujarab dari “Ghaddul Bashar” (menjaga pandangan) karena semua bermula dari padangan sebagaimana kata pepatah “Dari mana datangnya lintah? Dari sawah turun ke kali. Dari mana datangnya cinta? Dari mata turun ke hati.” Maka jagalah pandangan. Ingatlah, Allah senantiasa mengetahui kemana arah lirikan mata kita. Allah SWT berfirman :

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang-orang mukmin: 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.' yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'' [QS An-Nur: 30]

 

Jika pandangan jatuh secara tidak sengaja kepada perkara yang mengundang syahwat maka jangan teruskan pandangan itu. Segera hentikan karena Nabi SAW dalam hadits utama bersabda : “Janganlah engaku teruskan pandangan pertama dengan pandangan seterusnya. Karena pandangan pertama itu boleh sedangkan pandangan berikutnya tidak boleh''. [HR Abu Dawud]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menundukkan pandangan sehingga hati kita akan merasa cukup dengan pasangan yang halal dan terhindar dari panah panah setan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Tuesday, May 7, 2024

NO VIRAL NO JUSTICE

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Aisyah RA, Rasul SAW bersabda :

وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

“Demi Allah, seandainya Fathimah putri Muhammad itu mencuri niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Ada ungkapan bahwa hukum itu bagaikan pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas. Artinya penegakan hukum yang dirasakan hanya berlaku tegas bagi masyarakat kecil namun tidak berlaku pada orang-orang besar. Masyarakat yang mengalami kasus namun tidak mendapat keadilan maka jurus pamungkasnya adalah memviralkan kasus tersebut dengan slogan “No Viral No Justice”.

 

Hal ini diakui oleh Kapolri Listyo, ia berkata : “Jadi ini kemudian sudah melekat di masyarakat bahwa harus viral, kalau tidak viral maka prosesnya tidak akan berjalan dengan baik”. [Kompas com] Salah satu contohnya adalah kasus penganiayaan yang menimpa David Ozora pada Februari 2023. Pelaku adalah anak pejabat Ditjen Pajak (saat itu). Tersangka MD menendang kaki korban hingga terjatuh, lalu memukuli berkali-kali dan menendang kepala dan perutnya dengan sadis hingga korban mengalami Diffuse Axonal Injury stage 2 dan diperkirakan tidak pulih 100 persen. Sementara temannya merekam penganiayaan tersebut dengan ponsel.

 

Setelah viral, proses hukum dari kasus ini berjalan dengan serius. Hingga Agustus 2023 JPU menuntut pidana 12 tahun penjara dan restitusi sebesar Rp 120 miliar. [tempo co] Bahkan hukum merembet ke ayahnya selaku pejabat Ditjen Pajak Kemenkeu imbas pamer kekayaan dari pelaku yang merupakaan anaknya. Sang ayahpun akhirnya

Dipecat Jadi ASN Kemenkeu bahkan Rekeningnya Diblokir.  [liputan6 com]

 

“No Viral No Justice” adalah bukan hal baru. Dahulu sebelum masa kenabian sudah ada peristiwa yang terjadi seperti slogan tersebut. Ibnu Katsir mengisahkan satu kisah yang terjadi pada 20 tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai nabi. Saat itu terdapat seseorang dari daerah Zabid (Yaman) datang ke Makkah membawa barang dagangannya, lalu dibeli al ‘Ash bin Waa’il as Sahmi, tokoh terkemuka Quraisy. Tetapi al ‘Ash tidak membayarnya. Orang tersebut meminta bantuan dari para pemuka seperti Bani ‘Abdi Daar, Makhzum, Jum’ah dan Sahm. Namun mereka menolak membantu agar mendesak al-Ash dan justru malah menghardiknya. Ketika orang Zabid ini melihat gelagak buruk, maka ia naik ke Jabal Abu Qubais ketika matahari terbit, dan waktu itu bangsa Quraisy sedang berkumpul di sekitar Ka’bah. Lalu ia berseru lantang supaya kasusnya menjadi viral. Ia mengungkapkan curhatannya dalam syair :

 

“Wahai anak keturunan Fihr, ada barang dagangan orang yang terzhalimi

Di lembah Makkah, dari orang yang datang dari jauh dan akan pergi

Dalam keadaan berihram, kusut, belum selesai melaksanakan umrah

Wahai para tokoh yang berada di antara Hijir (Ismail) dengan Hajar (Aswad)

Sungguh tanah suci hanya pantas untuk orang yang sempurna akhlaknya

Dan tanah suci tidak pantas dihuni oleh orang yang jahat dan pengkhianat”.

 

Mendengar seruan tersebut, bangkitlah az-Zubair bin Abdil Muthalib dengan berkata : “Apakah orang seperti ini dibiarkan?” Kemudian  kaum Quraisy, Bani Zuhrah dan Taimi berkumpul di rumah Abdullah bin Jad’aan. Mereka  berkumpul dan membuat perjanjian kesepakatan pada bulan Dzulqa’dah untuk bersatu membantu orang yang dizhalimi melawan orang yang zhalim, sampai ia mengembalikan haknya. Maka kaum Quraisy menamakan perjanjian ini dengan nama “Hilful Fudhul”. Kemudian mereka berangkat menemui al ‘Ash bin Waa’il, lalu meminta barang dagangan orang Zabidi tersebut, dan al ‘Ash pun kemudian menyerahkannya kepada orang tersebut. [Al-Bidayah Wan Nihayah]

 

Maka dalam Islam, Rasul SAW menjatuhkan hukum secara berkeadilan dengan tegas. Hal ini sebagaimana terungkap dalam kasus wanita pencuri dari kalangan terpandang. Kisahnya adalah sbb : Suatu ketika orang-orang Quraisy diresahkan oleh seorang wanita dari bani Makhzum yang mencuri. Orang-orang Quraisy malu dibuatnya karena tindak pencurian ini akan mencoreng kebesaran nama Quraisy karena Bani Makhzum sendiri adalah salah satu kabilah dari quraisy yang terpandang. Wanita itu bernama Fatimah Binti Al-Aswad [Awnul Ma’bud]

 

Orang-orang Quraisy-pun mencari cara agar wanita pencuri itu tidak dijatuhi hukuman potong tangan oleh Rasul SAW namun mereka kebingungan siapa yang berani menyampaikan permintaan itu langsung kepada baginda nabi. Lalu diantara mereka ada yang berkata : “tidak ada yang berani bicara dengan Rasul SAW mengenai masalah ini  selain Usamah bin Zaid, orang dekat dan kesayangan Rasul SAW. Akhirnya mereka meminta Usamah untuk menyampaikan permohonan kepada Nabi agar Fatimah wanita pencuri itu tidak dijatuhi hukuman.

 

Setelah mendengar permintaan Usamah lantas Nabi SAW menjawab : "Apakah kamu hendak memberikan pembelaan dalam salah satu hukuman Allah?" kemudian beliau berdiri dan berkhutbah:

إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ

"Orang-orang terdahulu sebelum kalian mereka binasa dikarenakan jika orang terhormat mereka mencuri  maka mereka membiarkannya, namun jika orang lemah yang mencuri maka mereka menegakkan hukuman terhadapnya”. [HR Bukhari]

 

Lantas Rasul SAW melanjutkan dengan sabda pada hadits utama di atas “Demi Allah, seandainya Fathimah putri Muhammad itu mencuri niscaya aku sendiri yang akan memotong tangannya” [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita dan para penegak hukum untuk selalu bertindak adil dalam menangani kasus tanpa menunggu hal itu menjadi viral dan diawasi netizen karena hakikatnya semua orang diawasi langsung oleh Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Wednesday, May 1, 2024

ING NGARSA SUNG TULADHA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Anas bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang islam [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) sejak tahun 1959. Tanggal diambil dari tanggal lahir Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 tahun 1959 atas besarnya jasa Ki Hajar Dewantara dalam membangun pendidikan tanah air. Beliau juga adalah Menteri Pendidikan Indonesia yang pertama di masa pemerintahan Soekarno. Beliau terkenal dengan semboyannya "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan). [Kompas com]

 

Pendidikan dalam artian belajar dan mengajar dalam Islam sangatlah ditekankan. Dalam islam semua orang diwajibkan belajar. Rasul SAW dalam hadits utama menyatakan “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap orang islam” [HR Ibnu Majah] Hal ini dikarenakan setiap orang adalah kosong dari ilmu sehingga ia belajar. Rasul SAW bersabda :

وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

Ilmu hanya didapat dengan belajar [HR Bukhari]

Dan Imam Syafi’I berkata :

تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِـمًــا :: وَلَيْسَ أَخُوْ عِلْمٍ كَمَنْ هُوَ جَاهِـلُ

“Belajarlah, karena tak seorangpun dilahirkan dalam keadaan berilmu Dan tidaklah orang yang berilmu itu seperti orang bodoh. [Ad Diwan As Syafi’I]

 

Seandainya ada bayi terlahir dalam keadaan berilmu maka yang pantas menajdi demikian adalah Nabi, namun Nabi juga mengalami proses belajar. Dalam bab permulaan wahyu, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa saat Nabi berada di dalam gua Hira’ maka Malaikat mendatanginya seraya berkata, "Bacalah." Maka Nabi menjawab,

مَا أَنَا بِقَارِئٍ

"Aku tidak bisa membaca."

Nabi bersabda : Lalu Malaikat itu pun menarik dan menutupiku, hingga aku pun merasa kesusahan. Kemudian Malaikat itu kembali lagi padaku dan berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Malaikat itu menarikku kembali dan mendekapku hingga aku merasa kesulitan, lalu memerintahkan kepadaku untuk kedua kalinya seraya berkata, 'Bacalah.' Aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Ia menarik lagi dan mendekapku ketiga kalinya hingga aku merasa kesusahan. Kemudian Malaikat itu menyuruhku kembali seraya membaca :

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ . عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.  [QS Al-qalam : 1-5]

 

Ayat pertama kali yang turun ini cukup menjadi bukti bahwa Agama Islam itu sangat memperhatikan pendidikan. Bahkan ada hadits yang familier yang dicantumkan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin, yang menganjurkan menuntut ilmu walaupun jaraknya jauh, yaitu cina. Bagaimana tidak jauh, antara mekkah dan cina berjarak 12 ribu KM [Maps]. Haditsnya berbunyi:

اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ

Carilah ilmu walaupun ke negeri cina. [HR Baihaqi]

 

Dalam prakteknya, dikisahkan oleh katsir bin qays bahwa ada orang yang datang dari madinah, menghadap kepada Abud Darda di masjid damaskus. [Sunan Abu Dawud] Demi mendengarkan satu hadits dari Abud Darda maka orang itu rela menempuh jalan sepanjang jarak 2.600 KM [Maps]

 

Jika Ada murid maka harus ada guru. Tidak akan terjadi pendidikan tanpa adanya guru. Maka Islam juga memotivasi untuk menjadi pendidik atau pengajar. Allah SWT berfirman :

كُونُوا رَبَّانِيِّينَ

Jadilah kalian sebagai rabbany [QS Ali Imran : 79]

 

Ibnu Abbas RA menjelaskan maknanya :

وَيُقَالُ الرَّبَّانِيُّ الَّذِي يُرَبِّي النَّاسَ بِصِغَارِ الْعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ

Rabbany adalah orang yang mendidik manusia dengan ilmu-ilmu dasar sebelum mengajarkan ilmu yang besar atau mendalam. [Shahih Bukhari]

 

Dan Rasul SAW juga adalah seorang guru atau pengajar, Beliau bersabda :

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلَا مُتَعَنِّتًا وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرًا

Sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk memberatkan orang lain atau menyakitinya, akan tetapi Allah mengutusku sebagai seorang guru (pengajar) yang memudahkan urusan". [HR Muslim]

 

Pendidikan berpeluang besar berhasil jika seorang guru bisa menjadi teladan atau bisa digugu dan ditiru atau dalam istilahnya Ki Hajar Dewantara "Ing ngarsa sung tuladha” di depan memberi contoh). Dalam prakteknya, Nabi menjadi teladan dalam pendidikan moral karakter sehingga Allah SWT berfirman :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagi kalian. [QS Al-Ahzab : 21]

 

Metode keteladanan dalam pendidikan sangatlah penting sehingga pepatah yang lain mengatakan :

مَنْ وَعَظَ بِقَوْلِهِ ضَاعَ كَلامُهُ وَمَنْ وَعَظَ بِفِعْلِهِ نَفَذَتْ سِهَامُهُ

Barang siapa yang menasehati dengan perkataannya maka perkataannya akan hilang tanpa bekas dan barang siapa yang menasehati dengan perbuatannya (teladan) maka itu akan mengenai bagai anak panah yang mengenai sasarannya. [Tafsir Ar-Razi]

 

Pendidikan tanpa teladan dari guru hanya akan mencetak murid murid pintar namun tidak bisa menjadi murid yang benar. Pinter namun tidak berkarakter, genius tapi tidak religius, berprestasi namun pada akhirnya frustasi. Dengan demikian tantangan pendidikan akan semakin berat sebagaimana ada berita, “Siswa Pukul Guru hingga Tewas Dijebloskan ke Rutan Sampang” 2018. [Suara com] “Tak Terima Ditegur, Siswa SMA di Bengkulu Pukul Guru dengan Alat Briket hingga Memar” 2023. [kompas com] Brutal, Keluarga Siswa di Lembata NTT Aniaya Guru Saat KBM, Pelaku Sempat Maki Bangsat. 2024 [katawarga id] dan masih banyak lagi berita lainnya.  

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu belajar dan mengajarkan kebaikan. Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024 semoga bangsa Indonesia lebih maju dan berperadaban.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Saturday, April 27, 2024

SOMBONG KARENA ILMU

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Amr bin Syuaib RA, Nabi SAW bersabda :

يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ

“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil dalam ukurannya yang kecil dengan bentuk wajah manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi”. [HR Turmudzi]

 

Catatan Alvers

 

Ada seorang ilmuwan yang sombong dia naik ke atas mimbar dan menantang para ulama untuk berdebat dengannya. Ilmuwan itu adalah seorang dahriyah (Filosof Ateis). Kisah ini diceritakan oleh Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Fathul Majid. Dari bawah mimbar terdapat seorang anak kecil yang dengan lantang berkata :  “Iya, Aku akan menjawab pertanyaanmu dengan pertolongan Allah”. Ilmuwanpun marah lalu berkata: "Hei, siapa kamu anak kecil, betapa banyak sesepuh, bersorban besar, berpakaian mewah, berlengan lebar namun mereka semua tak bisa menjawab pertanyaanku!”

 

Ilmuwan bertanya "Apakah Allah itu ada dan Dimanakah dia?". anak kecil itu menjawab : "Iya, ada, tiada tempat baginya". Ilmuwan bertanya: "Bagaimana mungkin disebut ada, sementara Dia tidak bertempat?". Anak kecil menjawab : "Dalilnya ada di badan kamu, yaitu ruh. Kalau kamu percaya ruh ada, terus di manakah ruh itu? Apakah berada di perut, kepala, atau di mana?". Ilmuwan itu terdiam. Malu jika kalah, maka ilmuwan terus melontarkan beberapa pertanyaan lagi namun semua pertanyaan dengan mudah bisa dijawab oleh anak kecil tersebut. Dan pada bagian akhir ilmuwan bertanya : Sedang apa Allah itu? Anak kecil berkata : Kau ini terbalik, mestinya yang menjawab ada di atas mimbar dan yang bertanya ada dibawah mimbar. Aku Akan menjawab jika engkau turun dan aku naik mimbar. Ilmuwanpun menerimanya. Ilmuwan turun dan anak kecil naik mimbar. Lalu anak kecil dari atas mimbar menjawab :

شَأْنُ اللهِ أَلْآنَ إِسْقَاطُ الْمُبْطِلِ مِثْلِكَ مِنَ الْأَعْلَى إِلَى الْأَدْنَى وَإِصْعَادُ الْمُحِقِّ مِثْلِي مِنَ الْأدْنَى إِلَى الْأَعْلَى

Allah sekarang sedang menjatuhkan orang yang berbuat kebatilan sepertimu dari atas ke bawah dan menaikkan orang yang benar sepertiku dari bawah ke atas. [Fathul Majid]

 

Kisahpun berakhir dengan kekalahan ilmuwan yang sombong di tangan seorang anak kecil. Dan tahukah Anda saiapa anak kecil itu?  Dia tidak lain adalah Imam Abu Hanifah saat ia kecil.

 

Takabbur (sombong) merupakan maksiat pertama yang terjadi di kalangan makhluk. Dialah Iblis makhluk pertama yang melakukannya saat ia enggan untuk bersujud kepada Nabi Adam karena ia merasa lebih baik dari asal penciptaannya. [Lihat QS Al-Baqarah : 34] orang sombong dan merasa besar di hari kiamat akan digiring dalam keadaan kecil bentuknya seperti semut kecil sebagaimana keterangan pada hadits utama dan Rasul SAW juga bersabda :

مَنْ تَعَظَّمَ فِي نَفْسِهِ أَوْ اخْتَالَ فِي مِشْيَتِهِ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

“Barang siapa merasa besar pada dirinya atau sombong sewaktu ia berjalan, niscaya ia akan bertemu dengan Alloh dalam keadaan Allah murka kepadanya” [HR Ahmad]

 

 

 

Semua kelebihan akan berpotensi menjadikan seseorang berprilaku sombong. Kelebihan akan semakin tinggi berpotensi mendatangkan kesombongan sesuai dengan kelebihan yang menjadi kebanggaan masyarakatnya. Kelebihan seperti kaya, cantik, nasab memiliki skala prioritas berbeda di kalangan yang berbeda. Abdullah Ibnul Mubarak berkata : “Orang Yahudi menikahkan putrinya karena faktor harta, orang nasrani menikahkan putrinya karena faktor ketampanan dan orang arab menikahkan putrinya karena faktor “hasab” (keturunan), adapun kaum muslimin menikahkan putrinya karena faktor takwa. Maka nikahkanlah putrimu sesuai dengan golonganmu”.  [Mawsu’atul Akhlaq Waz Zuhd War Raqaid, Yaser Abdur Rahman]

 

Orang sombong salah paham, ia mengira akan selamanya memiliki kelebihan yang dimilikinya padahal ia terlahir tanpa membawa apa-apa dan kelak ketika mati ia juga tak akan membawa apa-apa. Ingatlah, orang yang sombong karena memiliki harta yang banyak maka ia bisa saja dirampok sehingga hartanya menjadi hilang dalam sekejap. Orang yang sombong karena jabatan maka jabatan itu akan berpindak kepada orang lain saat masanya habis. Orang yang sombong karena ketampanan dan kecantikan maka hal itu akan berangsur-angsur hilang seiring dengan bertambahnya usia. Maka sungguh merupakan kebodohan yang nyata jika seseorang menjadi sombong karenanya. Imam Ghazali berkata :

وَكُلُّ مُتَكَبِّرٍ بِأَمْرٍ خَارِجٍ عَنْ ذَاتِهِ فَهُوَ ظَاهِرُ الْجَهْلِ

Setiap orang yang sombong karena faktor eksternal maka perilaku tersebut adalah kebodohan yang tampak jelas. [Ihya Ulumiddin]

 

Dengan demikian sebenarnya mudah bagi seseorang yang sombong (karena faktor eksternal) untuk menyadari kekeliruannya lalu berhenti dari sifat takabburnya. Dan yang sulit itu adalah mengatasi sombong karena faktor intrinsik (kelebihan yang terdapat dalam diri seseorang) seperti sombong karena dia punya ilmu mengingat ilmu itu agung dihadapan manusia dan juga agung di hadapan Allah sehingga berpotensi besar bagi orangnya untuk merasa lebih baik dari orang lain. Terlebih lagi, orang yang memiliki kelebihan seperti harta, jabatan, wajah rupawan jika tidak dibarengi dengan ilmu maka hal itupun tidak begitu dipedulikan di mata masyarakat sehingga kemuliaan ilmu itu lebih tinggi daripada kemuliaan yang didapat dari harta taupun jabatan. Maka Wahb ibnu Munabbih mengingatkan akan besarnya risiko dari ilmu. Ia berkata :

إِنَّ لِلْعِلْمِ طُغْيَاناً كَطُغْيَانِ الْمَالِ

“Sesungguhnya ilmu itu dapat mendatangkan perbuatan melampaui batas (angkuh, sombong) sebagaimana harta”. [Hilyatul Awliya]

Dan Sahabat Umar RA berkata :

وَمَا أَسْرَعَ الْكِبْرَ إِلَى الْعُلَمَاءِ

Betapa cepatnya kesombongan itu menjangkiti orang yang memiliki ilmu. [Ihya]

 

Maka  Imam ghazali memberikan nasehat : Sealim apapun seseorang maka janganlah ia merasa lebih mulia dari para sahabat Nabi RA, yang mana sebagian dari mereka berkata “Aduhai seandainya aku tidak dilahirkan oleh ibuku”, sebagian lain mengambil batu bata lalu berkata : “seandainya aku menjadi batu bata ini”, sebagian lain berkata : “seandainya aku menjadi burung yang dimakan”,  Dan sebagian lainnya berkata : “aduhai seandainya aku menjadi sesuatu yang tak dianggap apa-apa”. Itu semua dikatakan karena mereka sangat takut dengan akibat (efek negatif ilmu yang dimiliki) sehingga mereka menganggap dirinya lebih jelek keadaannya daridapada burung dan debu. [Ihya’]

 

Ilmu itu sangat luas sekali sementara manusia hanya mengetahui sedikit saja. Allah SWT berfirman :

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

“ … dan tidaklah kalian diberi ilmu melainkan sedikit saja“ [QS Al-Isra: 85]

 

Maka sebanyak apapun seseorang menguasai ilmu maka sesungguhnya ia menguasai hal yang banyak dari yang sedikit. Jadi janganlah seorang berilmu tertipu dengan ilmu yang banyak yang ia miliki. Asy-Sya’bi berkata:

اَلْعِلْمُ ثَلَاثَةُ أَشْبَارٍ فَمَنْ نَالَ مِنْهُ شِبْرًا شَمَخَ بِأَنْفِهِ وَظَنَّ أَنَّهُ نَالَهُ . وَمَنْ نَالَ الشِّبْرَ الثَّانِيَ صَغرَتْ إِلَيْهِ نَفْسُهُ وَعَلِمَ أَنَّهُ لَمْ يَنَلْهُ ، وَأَمَّا الشِّبْرُ الثَّالِثُ فَهَيْهَاتَ لَا يَنَالُهُ أَحَدٌ أَبَدًا

Ilmu itu ada tiga level. Barang siapa mencapai level pertama maka ia akan menganggap dirinya besar dan ia menyangka ia telah mendapat semua ilmu. Barang siapa mencapai level kedua maka ia merasa kecil dan ia baru mengetahui bahwa ia belum mendapatkan semua ilmu. Dan pada level ketiga, seseorang akan merasa sangat jauh bahkan ia yakin bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mendapatkan semua ilmu selamanya. [Adabud Dunya waddin]

 

Senada dengan hal tersebut, Al-Munawi berkata : “Jarang sekali seseorang itu sombong dengan pencapaian ilmunya melainkan orang yang minim ilmu lagi sembrono karena ia tidak mengerti jatidirinya dan ia menyangka dengan baru memasuki ilmu bahwa ia telah memiliki ilmu yang lebih banyak dari orang lain. Adapun orang yang berilmu maka ia tahu betapa luasnya ilmu itu dan semua ilmu itu tidak akan tidak mungkin bisa dikuasai sehingga hal membuat dirinya tidak sombong dengan ilmu yang dimilikinya”.  [Faidlul Qadir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu rendah hati dengan apapun kelebihan yang diberikan Allah kepada kita khususnya ilmu. Semoga Ilmu kita semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.