ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Muawiyah bin Abi Sufyan RA, Rasul SAW
bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka
Allah akan membuatnya faham tentang agamanya.” [HR Bukhari Muslim]
Catatan Alvers
Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab
Syafi'i, ahli di bidang fiqih dan hadits. Nama lengkap beliau adalah Al-Imam
al-Allamah Abu Zakaria Muhyi ad-Din Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin
Husain bin Muhammad bin Jam'ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi. Ia lahir di
desa Nawa, dekat kota Damaskus, pada tahun 631 H dan wafat pada tahun 24 Rajab
676 H.
Imam Nawawi berbeda orang dengan Syeikh Nawawi, yaitu Al-Imam
Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari
asy-Syafi'i atau lebih dikenal Syekh Nawawi al-Bantani yang lahir di Tanara,
Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi - wafat di Mekkah, Hijaz,
sekitar tahun 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi) yang familier dengan kitabnya
Nashaihul Ibad, Uqudul Lujain, Kasyifatu Saja.
Imam Nawawi terkenal dengan kitabnya, Al-Majmu’ yang
merupakan kitab terbesar yang menjadi rujukan dan referensi terbesar dan
terpenting didalam madzhab Asy-Syafi’i. Kitab Al-Majmu’ merupakan syarah dari kitab Al-Muhadzab karya imam Asy-Syirazi (476
H) yang tebalnya sekitar 140 lembar. Kitab Al-Majmu’ sebanyak 9 jilid (edisi
cetakan menjadi 23 jilid) ini ditulis oleh Iman An-Nawawi hanya sampai bab riba,
Lalu diteruskan oleh Imam Taqiyuddin As-Subki (756 H) sampai pada bab Ar-Radd
Bi Al-‘Aib. Kemudian sempurnakan oleh Al-'Alim Al-Faqih As-Syeikh Muhammad
Najib bin Ibrahim Al-Muthi' atau Imam
Al-Muthi’.
Imam Nawawi dalam mukaddimahnya berkata : “Meskipun kitab
ini merupakan penjelasan dari kitab Al-Muhaddzab namun kitab ini juga merupakan
penjelasan madzhab Syafii bahkan semua madzhab ulama, dan juga penjelasan
mengenai bahasa, sejarah dan nama-nama ulama serta merupakan dasar-dasar yang
agung untuk mengetahui hadits shahih, hasan dan dlaif, dan bagaimana cara
mengkompromikan hadits hadits yang tampaknya kontradiktif, mentakwil lafadz yang
samar dan mengambil kesimpulan hukum dari perkara-perkara yang penting”.
[Al-Majmu’]
Disamping hadits utama di atas, beliau menyampaikan beberapa
hadits dan atsar sebagai motivasi mempelajari ilmu agama dalam mukaddimah kitab
Al-Majmu ini. Diantaranya adalah Rasul
SAW bersabda :
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي
اثْنَتَيْنِ رَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ
وَرَجُلٍ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh iri (ghibtah) kecuali pada dua orang, yaitu
orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan
dan orang yang Allah beri karunia ilmu lalu ia menunaikan dan mengajarkannya.”
[HR Bukhari]
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :
فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ
عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
Seorang yang ahli agama itu lebih berat bagi setan
melebihi 1000 Ahli ibadah. [HR Tirmidzi]
Di antara Atsar adalah perkataan Muadz bin Jabal RA : “Pelajarilah
ilmu (syariat) karena mempelajarinya merupakan “khasyah” (takut kepada Allah),
Menuntut ilmu adalah ibadah, mengulang-ngulanginya adalah tasbih, membahasnya
adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah dan memberikannya kepada orang yang
tepat adalah “qurbah” (mendekatkan diri kepada Allah).
Sayyidina Ali KW berkata :
اَلْعَالِمُ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ
الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْغَازِي فيِ سَبِيْلِ اللهِ
Orang berilmu itu lebih besar pahalanya daripada orang
yang berpuasa, lagi qiyamul lail lagi Jihad di jalan Allah.
Abu Hurairah dan Abu Dzar RA berkata :
بَابٌ مِنَ الْعِلْمِ نَتَعَلَّمُهُ
أَحَبُّ إِلَيْنَا مِنْ أَلْفِ رَكْعَةِ تَطَوُّعٍ
“Mempelajari
satu bab dai ilmu lebih kami sukai daripada mengerjakan shalat sunnah 1000
rekaat”.
Dan keduanya pernah mendengar Nabi SAW bersabda :
إِذَا جَاءَ الْمَوْتُ طَالِبَ الْعِلْمِ
وَهُوَ عَلَى هَذِهِ الْحَالِ مَاتَ وَهُوَ شَهِيْدٌ
Jika kematian datang kepada penuntut ilmu ketika ia berada
dalam kondisi ini (menuntut ilmu) maka ia mati syahid.
Abu Hurairah RA berkata :
لَأَنْ أُعَلِّمَ بَابًا مِنَ الْعِلْمِ
فِي أَمْرٍ وَنَهْيٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ سَبْعِيْنَ غَزْوَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ
Mengajar satu bab dari ilmu mengenai perintah Allah dan
larangan-Nya itu lebih aku sukai daripada 70 kali perang di jalan Allah.
Abud darda’ berkata :
مُذَاكَرَةُ الْعِلْمِ سَاعَةً خَيْرٌ
مِنْ قِيَامِ لَيْلَةٍ
“Mempelajari ilmu (syariat) selama satu jam itu lebih
baik dari pada mendirikan ibadah satu malam”.
Atha’ (bin Abi Rabah, wafat 114 H) berkata : “Yang
dimaksud dengan majelis dzikir (yang dalam hadits disebut sebagai taman surga)
adalah majelis dimana disitu dijelaskan mengenai halam dan haram, tatacara jual
beli, tatacara shalat dan puasa, menikah dan thalak serta tatacara iabadah haji
dan semisalnya”.
Imam Syafi’i (w 204 H) berkata :
طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ
مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
“Mencari ilmu itu lebih utama daripada Shalat
sunnah”.
Dan beliau juga berkata : “Tidak ada perkara
yang lebih utama setelah ibadah fardlu daripada menuntut ilmu”. “Orang yang
tidak suka kepada ilmu maka tidak ada kebaikan baginya maka jangan sampai
antara kamu dengannya ada hubungan perkenalan dan pertemanan”. “Ilmu itu akan
menjadi harga diri bagi orang yang tidak memiliki harga diri”. “Barang siapa
yang menginginkan dunia maka hendaknya ia mempelajari ilmu dan barang siapa
yang menghendaki akhirat maka hendaknya ia mempelajari ilmu”. “Jika para ahli
ilmu agama yang mengamalkan ilmunya itu tidak menjadi wali maka tidak ada lagi
orang yang menjadi Waliyullah”.
Imam Bukhari (w 256 H) menjelaskan perkataan Uqbah bin
Amir RA :
تَعَلَّمُوا قَبْلَ الظَّانِّيْنَ
“Belajarlah sebelum (datangnya) orang-orang yang
mengira-ngira”
Maksudnya adalah belajarlah ilmu dari ahlinya, yang ahli
tahqiq (meneliti kebenaran) dan wara’ (menjauhi perkara syubhat) sebelum mereka
meninggal lalu digantikan oleh orang-orang yang berbicara ilmu dengan pendapat
pribadinya dan dengan persangkaan-persangkaan yang tidak memiliki sandaran
syariat.
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka fikiran kita
untuk menjauhi senantiasa mempelajari ilmu agama sehingga kita memahaminya dan semoga
kita termasuk orang-orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah SWT.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]