إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Wednesday, November 19, 2025

KAMPANYE ANTI BULLYING

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Rasul SAW bersabda :

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Orang Islam adalah orang yang kaum muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.” [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Ketua DPR RI merespons maraknya kasus bullying yang kembali terjadi di berbagai daerah dan dapat dikatakan telah masuk kategori darurat (18/11/2025). Ia menyampaikan keprihatinan mendalam terkait meningkatnya kasus perundungan, baik di tingkat SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. [liputan6 com] Kampanye anti-bullying pun mulai digalakkan. Baik berupa sosialisasi, pembuatan kebijakan, dukungan untuk korban, bahkan membuat poster atau video edukatif bahkan film agar tercipta lingkungan yang aman dan sportif.

 

Bullying itu bukanlah masalah yang baru. Bullying telah ada pada kasus anak Adam pertama. Lihatlah bullyan yang dilakukan oleh Qabil kepada Habil. Bullying tidak dilakukan oleh orang yang jauh saja, namun ia juga bisa dilakukan oleh orang dekat. Lihatlah Nabi Yusuf AS, ia dibully oleh saudara-saudaranya sendiri, dan Nabi Muhammad SAW dibully oleh pamannya sendiri yaitu Abu Lahab.

 

Apa itu Bullying? Menurut "bapak penelitian bullying" Dan Olweus (1973), yang merupakan seorang psikolog Swedia-Norwegia, bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja, yang dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang dan dari waktu ke waktu terhadap seorang korban yang tidak dapat mempertahankan dirinya dengan mudah atau sebagai sebuah penyalahgunaan kekuasaan atau kekuatan secara sistematik. .  [Indri Kesuma, Kontrol Diri Dan Konformitas, Jurnal Psikologi, Vol.19]

 

Dalam bukunya “Bullying at School”, Olweus (1993) mengidentifikasi tiga bentuk utama bullying : Fisik seperti memukul, menendang, atau merusak barang. Verbal seperti mengejek, menghina, atau mengancam. Sosial seperti mengucilkan, menyebarkan gosip, atau mempengaruhi orang lain agar menjauhi korban.

 

Pertama, bullying dalam bentuk fisik seperti memukul, menendang, atau merusak barang sangat dilarang dalam Islam. Pada hadits utama, Nabi SAW menegaskan bahwa seorang Muslim tidak akan menggangu orang lain dengan “Yadihi” (tangannya). Orang menyakiti fisik maupun psikologi orang lain akan merugi di hari kiamat. Ia datang dengan membawa banyak pahala namun pahalanya habis dibagikan kepada orang-orang yang pernah ia bully sehingga masuk neraka. Rasul SAW bersabda :

قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا

Ia dulu pernah mencaci maki orang ini, menuduh orang itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu, dan memukul orang ini. [HR Muslim]

Dalam riwayat yang terkenal ketika perang Badar, Rasul SAW meluruskan barisan pasukan dan melihat pasukan bernama Sawad bin Ghaziyyah berdiri tidak sejajar. Maka beliau mendorong perutnya dengan tongkat kecil sambil berkata: "Luruskan barisanmu, wahai Sawad!" Namun sawad berkata :

يَا رَسُوْلَ اللهِ أَوْجَعْتَنِي

“Ya Rasul engkau telah menyakitiku”.

Engaku diutus dengan membawa keadilan maka berikanlah kesempatan kepadaku untuk membalas!" [HR Al-Asbihani] Singkat cerita beliau membuka bajunya dan berkata: "Silakan balas." Namun Sawad mencium perut Rasul SAW.

 

Selain ketika perang, Rasul SAW tidak pernah memukul. Aisyah RA berkata :

مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلَا امْرَأَةً وَلَا خَادِمًا إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Rasulullah sama sekali tidak pernah memukul siapa pun dengan tangannya, baik itu perempuan maupun pelayan, kecuali saat berjihad di jalan Allah." [HR Muslim]

 

Kedua, bullying dalam bentuk verbal seperti mengejek, menghina, atau mengancam juga dilarang dalam Islam. Allah SWT melarang mengejek orang lain, dalam firman-Nya :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ

“Wahai orang-orang beriman, janganlah sebagian di antara laki-laki memperolok-olok laki-laki yang lainnya. Boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka yang merendahkan…” [QS Al-Hujurat : 11]

 

Allah SWT juga melarang seseorang menghina orang lain dengan menyebut panggilan yang mengandung ejekan seperti sinting, tuli, pesek, ompong, buntung, dan lain sebagainya., Allah SWT berfirman  :

وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَاب

“Dan janganlah kalian memanggil dengan gelar (panggilan) yang tidak disukai.." [QS Al-Hujurat : 11]

 

Rasul SAW juga melarang seseorang mengancam orang lain. Rasul SAW bersabda :

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain”. [HR Abu Dawud]

 

Ketiga, bullying dalam bentuk sosial seperti mengucilkan semisal dengan mengeluarkan seseorang dari kelompok pertemanan atau meninggalkannya dari berbagai hal secara disengaja. Pernah kejadian di bandung pada tahun 2023, Seorang admin grup WA tewas dibunuh, pelaku sakit hati karena dikeluarkan dari grup WA. [antaranews com] Rasul SAW melarang bullying semacam ini dengan sabdanya :

لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ

"Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki, dan janganlah kalian saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam." [HR Bukhari]

 

Begitu pula bullying dengan menyebarkan gosip, memfitnah atau mempengaruhi orang lain agar menjauhi korban juga dilarang. Rasul SAW bersabda :

وَمَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدْغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ

Barang siapa yang berkata tentang seorang mukmin dengan yang tidak ada padanya, maka Allah akan menempatkannya di Radghatul-Khabal (tempat berkumpulnya lumpur nanah penghuni neraka) hingga ia keluar dari apa yang ia katakan." [HR Abud Dawud]

 

Maka sejak awal Islam mengkampanyekan anti bullying. Bahkan lebih tegas lagi, Nabi SAW memproklamirkan bahwa orang islam bukanlah pelaku bullying. Pada hadits utama, Nabi SAW bersabda : “Orang Islam adalah orang yang kaum muslimin (lainnya) selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya.” [HR Bukhari]

 

Tidak hanya korban bullying, pelaku juga wajib kita tolong. Nabi SAW bersabda:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau yang dizalimi”.

Seseorang bertanya : Wahai Rasul SAW aku akan menolongnya tatkala ia didzalimi lantas bagaimana aku menolongnya jika ia berbuat dzalim?. Rasul SAW menjawab : Engkau cegah dia dari perbuatan dzalimnya, itulah arti menolong saudaramu yang berbuat dzalim. [HR Bukhari]

 

Rasul SAW menjanjikan pahala besar bagi siapa saja yang mau menolongnya. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan sebuah hadits:

مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُؤْمِنٍ مَغْمُومٍ، أَوْ أَعَانَ مَظْلُومًا، غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ثَلَاثًا وَسَبْعِينَ مَغْفِرَةً

Barang siapa yang membantu orang mukmin yang sedang tertimpa kesusahan atau menolong orang yang didzalimi maka Allah memberikan 73 ampunan-Nya kepada orang tersebut. [Ihya Ulumuddin] Wallahu A’lam.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mengkampanyekan anti bullying dan kita sendiri juga menjauhi berbagai bentuk bullying.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Monday, November 17, 2025

SEANDAINYA ADA NABI LAGI

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir RA, Rasul SAW bersabda :

لَوْ كَانَ مِنْ بَعْدِي نَبِيٌّ لَكَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ

Seandainya ada nabi setelahku niscaya Umar bin Khattab (menjadi nabi). [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Apa jadinya kita seandainya Al-Quran tidak dibukukan dalam bentuk mushaf seperti sekarang ini?  Keberadaan Mushaf Al-Quran di tangan kita itu berkat usulan dari Umar RA. Ia berkata kepada Abu Bakar : "Sesungguhnya pembunuhan telah berkecamuk pada hari (perang) Yamamah terhadap manusia, dan aku khawatir pembunuhan akan berkecamuk terhadap para penghafal Al-Qur’an di berbagai tempat, sehingga banyak bagian dari Al-Qur’an akan hilang kecuali jika kalian mengumpulkannya. Maka aku berpendapat agar engkau (khalifah Abu Bakar) mengumpulkan Al-Qur’an (menjadi satu, mushaf)." [HR Bukhari]

 

Umar memiliki pikiran tajam dan pandangan yang jauh ke depan disertai dengan hati yang bersih dan tulus. Inilah keutamaan Umar. Rasul SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ

"Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar." [HR Ahmad]

 

Pikiran dan pendapatnya tidak hanya disetujui nabi dan para sahabat namun seringkali pendapatnya sesuai dengan firman Allah yang turun kemudian. Umar bin Khattab menyampaikan suatu pendapat atau usulan hukum mengenai suatu masalah, lalu kemudian turun wahyu Al-Qur'an yang isinya sama persis (atau menguatkan) pendapat yang telah diutarakan oleh Umar sebelumnya.

 

Dalam Shahih Bukhari diriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khathab RA berkata : ”(Pendapat) Aku cocok dengan (kehendak) Allah SWT dalam tiga hal ; (Pertama) Aku berkata,’Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita jadikan Maqam Ibrahim tempat shalat?, maka turunlah ayat : 

وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى

Dan jadikanlah Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat. [QS Al-Baqarah : 125]

 

(Kedua) Ayat Hijab, aku berkata, ’Wahai Rasulullah, bagaimana jika engkau perintah istri-istri Anda berhijab, karena yang berbicara kepada mereka ada orang baik dan ada pula orang-orang jahat. Maka Allah SWT menurukan ayat hijab. Yaitu :

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. [QS Al-Ahzab : 53]

(Ketiga) tentang istri-istri Rasul SAW yang semuanya berkumpul dalam kecemburuan kepada beliau, maka aku berkata kepada mereka : 

عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ

Jika dia (Nabi) menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya istri-istri yang lebih baik daripada kalian.

Lalu turunlah ayat ini. (QS At-tahrim : 5). [Shahih Bukhari]

 

Dalam Imam Muslim meriwayatkan lanjutan perkataan Umar di atas : “dan tentang Tawanan Badar” [Shahih Muslim] Imam Thabrani meriwayatkan bahwa umar berkata : Aku berkata kepada Nabi tentang Tawanan Badar : “Bunuh saja mereka”. Nabipun bermusyawarah dengan para sahabat dan mereka mengusulkan agar tawanan itu ditebus saja. Lalu turunlah ayat (yang sesuai dengan pendapat Umar) yaitu :

 مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ

Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. [QS Al-Anfal : 67]

 

Diriwayatkan pula dari Abdullah (bin Mas‘ud) RA : Ketika Abdullah bin Ubayy (pemimpin kaum munafik) wafat, anaknya datang kepada Rasul SAW dan berkata:

"Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku gamismu agar aku bisa mengafani ayahku dengannya, dan shalatkanlah dia serta mohonkanlah ampunan untuknya." Maka Rasul SAW memberikan gamisnya dan bersabda : "Jika engkau telah selesai darinya, kabarkanlah kepadaku." Setelah selesai, ia pun mengabarkan kepada beliau. Maka Rasul SAW datang untuk menshalati jenazahnya. Namun Umar bin al-Khattab menarik beliau dan berkata : "Bukankah Allah telah melarangmu untuk menshalatkan orang-orang munafik?" Maka Rasul bersabda: "(Allah berfirman): 'Mintakanlah ampunan bagi mereka atau tidak usah kamu mintakan ampunan bagi mereka. Jika kamu mintakan ampunan bagi mereka tujuh puluh kali pun, Allah tidak akan mengampuni mereka.'"

Kemudian turunlah ayat (yang sesuai dengan pendapat Umar) :

وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ

"Dan janganlah kamu menshalatkan seorangpun yang mati dari mereka selama-lamanya, dan janganlah kamu berdiri di atas kuburnya." [QS At-Taubah : 84]

Maka Rasul SAW pun tidak lagi menshalatkan (jenazah) orang-orang munafik. [HR Bukhari]

 

Dari keistimewaan yang dimiliki Umar itulah maka tak heran jika Rasul SAW bersabda dalam hadits utama : “Seandainya ada nabi setelahku niscaya Umar bin Khattab (menjadi nabi)”. [HR Ahmad] Al-Mubarakfuri berkata : Hadits ini menunjukkan keutamaan yang diberikan Allah kepada Umar, yaitu berupa sifat-sifat kenabian dan pekerti para rasul. [Tuhfatul Ahwadzi] Ya, demikianlah adanya. Tidak ada lagi nabi baru karena Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi. Allah SWT berfirman :

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ

Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kalian, melainkan dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. [QS Al-Ahzab: 40]

 

Dan ketika Nabi SAW wafat, maka Abu bakar RA memilih mengajak para sahabat untuk membaiat Umar (sebagai khalifah).  Namun perselisihan terjadi di antara mereka lalu merekapun membaiat Abu Bakar. Abu Bakar berkata kepada Umar: "Engkau lebih kuat dariku." Dan Umar menjawab: "Engkau lebih utama dariku." [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mengetahui keutamaan dari para sahabat Nabi SAW sehingga kita semakin mencintai Nabi dan para sahabat beliau.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

Sunday, November 16, 2025

ROBOHKAN SAJA MENARA MASJID!

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudry RA, Rasul SAW bersabda :

لَا يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلَا إِنْسٌ وَلَا شَيْءٌ إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidaklah jin dan manusia serta (segala) sesuatu itu mendengar suara muadzin melainkan mereka memberikan kesaksian untuknya pada hari Kiamat. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Viral pidato seorang takmir masjid terkemuka di jogja berkata dengan lantang : “Robohkan saja itu menara. Tidak ada gunanya menara masjid yang tinggi kalau tetangganya tidak bisa menanak nasi”. Rasulullah SAW membangun menara bukan untuk keindahan. Bilal bin Rabah naik ke Menara dan hanya 5 kali sehari tapi rasulullah yang paling sering naik ke Menara. Untuk apa? Melihat jiran - jiran masjid. Apakah mereka dipastikan tidur nyenyak, dipastikan sudah makan sudah kenyang. Maka kalau Rasulullah naik ke Menara itu dilihat tadi ada dapur yang tidak mengepul didatangi. “Hei kamu hari ini kenapa enggak masak dapurmu enggak mengepul”. “Kami enggak punya gandum Ya Rasulullah tidak ada daging.” maka Rasulullah akan memanggil Abdurrahman bin Auf bendaharanya Rasul. Itu Jiran masjid tidak ada daging!. Apakah sekarang menara Masjid takmirnya sering naik untuk melihat nasib kiri kanan? Kalau nggak, robohkan saja itu menara. Tidak ada gunanya menara masjid yang tinggi kalau tetangganya tidak bisa menanak nasi. Tetangganya gak bisa tidur karena anaknya gak bisa bayar sekolah. Robohkan itu menara. Menara itu fungsinya untuk memantau nasib jiran masjid bukan untuk sebagai kebanggaan bangunan masjid. Bahkan ditanya, boleh apa tidak kas masjid untuk beli beras orang miskin? Wajib! Kalau perlu speaker masjid jual untuk beli beras kalau ada orang sekitar masjid tidak bisa makan. [IG Marbot.aplikasi]

 

Ada beberapa hal yang perlu saya luruskan. Pertama, benarkah Rasul sering naik ke Menara?. Dan kedua, benarkah menara masjid itu tidak ada gunanya jika tetangganya tidak bisa menanak nasi?. Yang pertama, tidak benar pernyataan bahwa Rasul sering naik ke atas menara karena di zaman Nabi SAW belum ada bangunan menara masjid. Dahulu bilal mengumandang-kan adzan dari rumah yang tinggi di dekat masjid. Diriwayatkan dari ‘Urwah bin az-Zubair, dari seorang wanita dari Bani an-Najjar, ia berkata:

كَانَ بَيْتِي مِنْ أَطْوَلِ بَيْتٍ حَوْلَ الْمَسْجِدِ وَكَانَ بِلَالٌ يُؤَذِّنُ عَلَيْهِ الْفَجْرَ

"Rumahku adalah rumah yang paling tinggi di sekitar masjid. Dan Bilal biasa mengumandangkan adzan Subuh dari atasnya (rumahku)”.

Ia datang saat waktu sahur (sebelum fajar), lalu duduk di atas rumah sambil memperhatikan munculnya fajar. Ketika melihat fajar, ia meregangkan tubuhnya lalu berdoa. Kemudian ia mengumandangkan adzan. [HR Abu Dawud]

 

Sesuai dengan kondisi tersebut, Al-wahbah Az-Zuhaily berkata : “Disunnahkan dalam adzan... agar dilakukan di atas tempat yang tinggi dan di dekat masjid. Hal itu supaya lebih maksimal dalam  menyampaikan suara adzan”. [Al-Fiqhul Islamy wa Adillatuh] dan di sisi lain, muadzin dianjurkan untuk mengeraskan suara adzannya agar lebih banyak makhluk yang bersaksi kebaikan untuknya. Dalam hadits utama di sebutkan : “Tidaklah jin dan manusia serta (segala) sesuatu itu mendengar suara muadzin melainkan mereka memberikan kesaksian untuknya pada hari Kiamat. [HR Bukhari] Ibnu Hajar berkata :

وَفِي الْحَدِيث اِسْتِحْبَاب رَفْعِ الصَّوْت بِالْأَذَانِ لِيَكْثُرَ مَنْ يَشْهَدُ لَهُ مَا لَمْ يُجْهِدْهُ أَوْ يَتَأَذَّى بِهِ

Dan dalam hadis ini terdapat anjuran untuk mengeraskan suara saat adzan, agar semakin banyak yang menjadi saksi baginya (muadzin), selama tidak memberatkannya atau membuat orang lain terganggu karenanya. [Fathul Bari]

 

Abu Ayyub Al-Anshari berkata : Adzan di zaman Nabi SAW pada hari jum’at tidaklah dilakukan melainkan di hadapan beliau saat berada di atas mimbar. Ketika beliau turun (dari mimbar) maka para sahabat mendirikan shalat.

فَلَمَّا وُلِّيَ عُثْمَانُ أَمَرَ أَنْ يُؤَذَّنَ عَلَى الْمَنَارَةِ لِيَسْمَعَ النَّاسُ

Tatkala khalifah Utsman berkuasa maka beliau memerintahkan agar adzan dilakukan di atas menara supaya suara terdengar oleh orang banyak. [Fathul Bari Ibnu Rajab]

 

Dan Ibnu Abidin menyebutkan :

إنَّ أَوَّلَ مَنْ عَمِلَ الْمَنَائِرَ فِي مِصْرَ لِلْأَذَانِ مَسْلَمَةُ بْنُ مُخَلَّدٍ

“Orang pertama yang membangun menara di Mesir untuk adzan adalah (Sahabat Nabi) Maslamah bin Mukhallad al-Anshari RA”,

atas perintah dari Muawiyah bin Abi Sufyan RA di Masjid Amr bin al-‘Ash RA pada tahun 53 Hijriah. Dan orang pertama yang naik ke menara untuk mengumandangkan adzan adalah Sharhabil bin ‘Amir al-Muradi. [Ahkamul Masajid Fis Syari’ah Al-Islamiyah]

 

Dan Abdullah bin Syaqiq berkata :

مِنَ السُّنَّةِ الأَذَانُ فِي الْمَنَارَةِ، وَالإِقَامَةُ فِي الْمَسْجِدِ، وَكَانَ عَبْدُ اللهِ يَفْعَلُهُ.

Termasuk sunnah, melaksanakan adzan di menara dan iqamat di dalam masjid. Dan Abdullah (Ibnu Mas’ud RA) melakukan hal itu. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

 

Dan menurut Creswell, seorang sarjana Inggris yang mengkaji arsitektur Islam bahwa jejak menara di dunia Islam pertama kali ditemukan di Damaskus mulai 673 M dimulai sekitar 41 tahun setelah wafatnya Nabi SAW. [Republika co id] Dan ada juga yang berpendapat bahwa pembangunan menara masjid pertama kali dilakukan oleh al-Walid I - bin Abdul Malik, (Khalifah tahun 86-97 H/705-715 M dari Dinasti Umayyah) ketika memugar bekas basilika (gereja besar) Santo Johanes untuk dijadikan sebagai masjid besar (sekarang Masjid Agung Damaskus). Saat dipugar, bangunan basilika yang memiliki dua buah menara dipertahankan bahkan ditambah dengan sebuah menara baru yang kini dikenal dengan nama Menara Utara Masjid Damaskus. [islamic-center or id]

 

Lalu kedua, benarkah “menara masjid itu tidak ada gunanya jika tetangganya tidak bisa menanak nasi?”. Saya pribadi tidak menemukan keterangan yang menyatakan bahwa menara masjid itu berfungsi untuk memantau keberadaan tetangga yang miskin atau dapur yang tidak mengepul. Syeikh Ibrahim Al-Khudlayri berkata : Membangun menara dan meletakkan speaker di atasnya adalah perkara yang bermanfaat (1) untuk menyampaikan suara (adzan), meskipun muaddzin tidak lagi naik ke atas menara. (2) untuk menunjukan keberadaan masjid (terutama bagi musafir) dan (3) untuk membedakan bangunan masjid dengan rumah-rumah pada umumnya. [Ahkamul Masajid] Maka keberadaan orang yang miskin yang kelaparan itu tidak berkaitan dengan menara masjid akan tetapi berkaitan dengan pribadi kita selaku orang beriman. Rasul SAW bersabda :

لَيْسَ بِالْمُؤْمِنِ الَّذِي يَبِيتُ شَبْعَانَ، وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ

Tidaklah beriman, orang yang kenyang di malam hari sementara tetangganya lapar di sampingnya. [HR Al-Hakim]

 

Adapun dana masjid yang berkaitan dengan para tetangga adalah dengan semisal memberi jamuan minuman ataun makanan untuk jama’ah sekira hal itu dapat menarik untuk memakmurkan masjid tersebut sebagaimana keterangan dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa melakukan kebaikan dan memotivasi orang lain untuk melakukan kebaikan dengan berlandaskan ilmu dan tidak hanya mencukupkan diri dengan niat baik semata.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.