ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Siti Aisyah ra bercerita bahwa pada suatu malam ia
kehilangan Rasulullah SAW. Ia lalu mencari dan akhirnya menemukan beliau di pekuburan
Baqi’ (al-Gharqad) sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata:
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam
nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba
Bani Kalb.” [HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah]
Catatan Alvers
Malam Nishfu Sya’ban berbeda dengan malam yang lain, Ia memiliki
keutamaan- keutamaan yang istimewa di antaranya adalah melimpahnya pengampunan
Allah yang maha pengasih dan penyayang sebagaimana keterangan hadits di atas. Maka
tidaklah mengherankan jika Al-Syafi’i berkata: bahwa permohonan akan dikabulkan
dalam lima malam, salah satunya adalah malam Nishfu Sya’ban.” [Al-Umm]. Banyaknya Pengampunan Allah pada malam itu
diumpamakan dengan jumlah yang lebih banyak dari jumlah bulu domba-domba yang dimiliki
oleh kabilah yang terkenal memiliki banyak domba yaitu bani kalb.
Mengomentari status hadits di atas, pakar hadits dari kalangan wahabi,
Albani mengatakan :
و جملة
القول أن الحديث بمجموع هذه الطرق صحيح بلا ريب و الصحة تثبت بأقل منها عددا ما
دامت سالمة من الضعف الشديد كما هو الشأن في هذا الحديث
Kesimpulannya adalah bahwa hadits ini dengan berbagai jalur
periwayatannya adalah berstatus SHAHIH TANPA KERAGUAN. Mengingat Keshahihan satu
hadits bisa ditetapkan oleh jumlah jalur
periwayatan yang lebih sedikit dari jalur hadits di atas dengan catatan selamat
dari status sangat dla’if sebagai mana status yang dimiliki oleh hadits ini. [As-Silsilah
As-Shahihah Juz III Halaman 218]
Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan dari Siti A’isyah RA berkata, :
"Suatu malam Rasulullah mengerjakan shalat, kemudian beliau bersujud dalam
waktu yang lama sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah wafat, karena
curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah
Rasulullah mengangkat kepala dari sujud dan usai salat, maka beliau berkata:
يَا
عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْت أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ خَاسَ بِك ؟
“Hai A’isyah / Humaira’ apakah engkau menyangku aku meninggalkan (giliran)
mu?”. Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran engkau
wafat karena engkau bersujud begitu lama”. Lalu beliau bertanya: “Tahukah
engkau, malam apa sekarang ini”. “Rasulullah yang lebih tahu”, jawabku.
هَذِهِ
لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى
عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِينَ
وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِينَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ
“Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hambanya pada
malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang
mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki
sebagaimana kondisi mereka” [HR Baihaqi dalam Syua’bul Iman] .
Keutamaaan lainnya adalah diangkatnya amalan kita. Diriwayatkan dari
Usamah bin Zaid R.A, ia bertanya : “Wahai Rasulullah, kenapa aku tidak pernah
melihat Anda berpuasa sunnah dalam satu bulan tertentu yang lebih banyak dari
bulan Sya’ban?, Beliau SAW menjawab:
ذَلِكَ
شَهْرٌ يَغْفِلُ النَّاسُ عَنْهُ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَال إِلى
رَبِّ العَالمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عملي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ia adalah bulan di saat manusia banyak yang lalai (dari beramal
shalih), antara Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan di saat amal-amal dibawa
naik kepada Allah Rabb semesta alam, maka aku senang apabila amal-amalku
diangkat kepada Allah saat aku mengerjakan puasa sunnah.” [HR. An-Nasai]
Sebenarnya pelaporan Amal kita ini ada yang harian ada yang mingguan,
ada pula yang tahunan. Laporan harian dilakukan Malaikat pada siang hari dan
malam hari. Yang migguan dilakukan Malaikat setiap Senin dan Kamis. Adapun yang
tahunan dilakukan pada setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban. Dengan demikian,
Pelaporan amal terbagi menjadi 2 bagian. Pelaporan secara global yaitu terjadi
dua kali seminggu yaitu setiap hari senin dan kamis, dan terjadi dua kali pula
setiap tahunnya yaitu setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban dan demikian
pula Pelaporan secara detail terjadi dua kali setiap harinya yaitu setiap siang
dan malam hari [I’anatut Thalibin]
Sebagai penutup 1D1H ini, terdapat keterangan dari Ibnu Rajab
al-Hanbali bahwa “Malam Nishfu Sya’ban, kaum Tabi’in dari penduduk Syam
mengagungkannya dan bersungguh-sungguh menunaikan ibadah pada malam tersebut.
Khalid bin Ma’dan, Luqman bin Amir dan lain-lain dari kalangan tabi’in Syam
mendirikan shalat di dalam Masjid pada malam Nishfu Sya’ban. Perbuatan mereka
disetujui oleh al-Imam Ishaq Ibnu Rahawaih. Ibnu Rahawaih berkata mengenai
shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban di Masjid-masjid secara berjamaah: “Hal
tersebut tidak termasuk bid’ah.” [al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathaif
al-Ma’arif halaman 263] Wallahu A’lam. Selaku hamba yang dla’if perkenankan
Fathul Bari mengucapkan mohon maaf lahir bathin kepada anda sekalian, mari
hilangkan sekecil apapun uneg-uneg di hati mudah-mudahn kita termasuk orang
yang beruntung mendapatkan ampunan-Nya di malam pelaporan amalan tahunan ini.
0 komentar:
Post a Comment