ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari sayyidah Aisyah RA bahwa Rasul saw bersabda:
إِنَّهُمْ
لَا يَحْسُدُونَا عَلَى شَيْءٍ كَمَا يَحْسُدُونَا عَلَى يَوْمِ الْجُمُعَةِ
الَّتِي هَدَانَا اللَّهُ لَهَا وَضَلُّوا عَنْهَا وَعَلَى الْقِبْلَةِ الَّتِي
هَدَانَا اللَّهُ لَهَا وَضَلُّوا عَنْهَا وَعَلَى قَوْلِنَا خَلْفَ الْإِمَامِ
آمِينَ
Sesungguhnya mereka (orang yahudi) tidaklah dengki kepada kita (orang
islam) atas sesuatu seperti kedengkian mereka atas hari jumat, dimana kita
diberi petunjuk untuk menghadap mengagungkan hari jumat sedangkan mereka sesat
darinya, dan atas kiblat yang mana kita diberi petunjuk untuk menghadap kiblat
sedangkan mereka sesat darinya, dan atas ucapan “amin” kita di belakang imam.
[HR Ahmad]
Catatan Alvers
Kiblat (ka’bah) adalah lambang persatuan ummat islam yang tidak
dimiliki oleh ummat lain. Inilah yang menyebabkan mereka iri dan hasud atas
agama islam dan mereka mengatkan bahwa Tuhannya orang Islam adalah batu, karena
di waktu sholat pasti mereka menghadap ke arah Ka'bah, dan ka'bah itu sendiri
hanyalah sebuah batu yang disusun. Mereka menyelipkan keraguan kepada hati
orang awam dengan berkata “Jika Islam memang menentang penyembahan berhala,
lalu mengapa umat Islam menyembah dan sujud kepada Ka'bah?” Lantas bagaimana
nasib orang-orang yang dulu shalatnya menghadap baitil maqdis dan mereka telah
mati?.
Untuk menjawab itu semua maka kita perlu mengetahui sejarah perintah
dan pemindahan kiblat. Dalam Shahih Bukhari, al-Bara’ meriwayatkan : Ketika
Nabi Muhammad Saw berada di Madinah, beliau shalat menghadap ke arah Bait
al-Maqdis selama 16 atau 17 bulan. Adapun Nabi Muhammad Saw menyukai menghadap
ke arah Ka’bah, kemudian Allah menurunkan ayat:
قَدْ
نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96], maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu
ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang mereka kerjakan. [QS Al-Baqarah 144]
Lantas orang-orang Yahudi berkata“Apakah yang memalingkan mereka (umat
Islam) dari kiblatnya (Bait al-Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat
kepadanya?”. Allah menurunkan Ayat :
سَيَقُولُ
السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا
عَلَيْهَا قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Orang-orang yang kurang akalnya[93] diantara manusia akan berkata:
"Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul
Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah:
"Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus" [QS AL-Baqarah 142]
Dalam tafsirnya, Al-Baghawi mengatakan : Mujahid dan yang lain
mengatakan
نزلت هذه
الأية ورسول الله صلى الله عليه وسلم فى مسجد بنى سلمة , وقد صلى بأصحابه ركعتين
من صلاة الظهر, فتحوّل فى الصلاة و إستقبل الميزاب, وحوّل الرجال مكان النساء و النساء
مكان الرجال , فسمىّ ذلك المسجد مسجد القبلتين
bahwasannya ayat ini turun saat Rasul SAW berada di masjid bani
salamah, beliau dan para sahabat sedang shalat dzuhur mendapat dua rekaat. Maka
rasul dan para sahabat berpindah kiblat dengan menghadap mizab (arah talang
emas ka’bah) saat sholat tersebut maka orang laki-laki berpindah tempat ke
tempat sholat orang perempuan dan sebaliknya. Masjid ini kemudian dikenal
dengan masjid Qiblatayn (dua Kiblat) (yang terletak di Madinah). [tafsir Al-Baghawi]
Setelah kejadian pindah kiblat itu maka para sahabat memberitahukan
kepada yang lain agar berpindah kiblat dalam setiap sholat mereka. Dalam Shahih
Bukhari, Dari Barra' bahwa setelah peminadahan kiblat, salah seorang yang
selesai bermakmum kepada Nabi keluar dan pergi melewati sebuah masjid pada saat
jamaahnya sedang ruku' menghadap Baitul Maqdis. Lantas orang itu berkata,
أَشْهَدُ
بِاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قِبَلَ مَكَّةَ
"Demi Allah, baru saja saya shalat bersama Rasulullah SAW
menghadap ke (Baitullah di) Makkah."
Maka dengan segera mereka mengubah kiblat menghadap ke Baitullah. Orang
Yahudi dan ahli kitab mulanya sangat bangga ketika Nabi dan para pengikutnya
shalat menghadap Baitul Maqdis. Tetapi setelah umat Islam beralih ke Baitullah
mereka mencela perubahan itu. Zuhair berkata, Abu Ishaq mengatakan dari Barra'
dalam hadits ini, bahwa banyak orang yang telah meninggal di masa kiblat masih
ke Baitul Maqdis dan banyak juga yang terbunuh setelah kiblat menghadap ke
Baitullah. Kami tidak mengerti bagaimana hukumnya shalat itu. Lalu turunlah
ayat,
وَمَا
جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ
الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً
إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ
إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak
akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia.[QS Al-Baqarah : 143]
Dari uraian ayat dan hadits tersebut maka kita ketahui bahwa Ka'bah
menjadi kiblat untuk memberi pengertian bahwa dalam shalat itu bukanlah arah
Baitul Maqdis dan Ka'bah yang menjadi tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Allah.
Kaum muslimin hanya menghadap Ka'bah dalam sholat bukan menyembah Ka'bah sebab
mereka hanya menyembah dan bersujud kepada Allah. Begitu pula tatkala mereka thawaf
di Ka'bah atau mencium Hajar Aswad, itu semua dilakukan sebagai bentuk ketaatan
kepada Allah karena Allah-lah yang memerintahkan semua itu. Hikmah yang lain adalah
agar Ka'bah menjadi kiblat persatuan umat Islam dalam beribadah sebab Islam Menghendaki
Persatuan. Islam tidak mempermasalahkan perbedaan arah sebab kaum muslimin
ketika shalat ada yang menghadap ke timur, kebarat, ke selalatan dan ke utara, namun
pada hakikatnya mereka bersatu untuk taat kepada perintah Allah. Maka islam
adalah satu satunya agama yang memiliki kiblat baik untuk pemeluknya yang masih
hidup maupun mereka yang sudah meninggal dunia. Dan terakhir, ternyata ka’bah
adalah pusat dunia. Ketika kaum muslimin menggambar peta dunia dengan selatan
menunjuk ke atas dan utara ke bawah maka Ka'bah berada di pusatnya. Kemudian,
para kartografer Barat membuat peta terbalik dengan utara menghadap ke atas dan
selatan ke bawah. Namun Meski begitu, ternyata Ka'bah tetap terletak di tengah-tengah
peta. Wallahu A’lam. Semoga kita semakin yakin akan kebenaran Agama Islam yang
bersumber dari Allah yang maha benar dan selanjutnya kita semakin mantap
melakukan shalat menghadap kiblat dengan keyakinan yang benar.
0 komentar:
Post a Comment