ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Bahwa Rasul SAW bersabda :
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
Mudahkanlah dan jangan kamu persulit. Gembirakanlah dan jangan kamu
membuat lari”. [HR. Bukhari]
Catatan Alvers
Kehidupan di dunia tidak terlepas dari baik dan buruk, suka dan
duka. Setiap orang memiliki fitrah untuk senang kabar baik dan membenci kabar
buruk. Maka suatu hal yang sangat berat jika kita terpaksa memberikan kabar
buruk yang menimpa seseorang. Meskipun tidak akan merubah apa yang terjadi,
penyampaian informasi akan berdampak pada penerimanya. Jika kita menyampaikannya
dengan cara yang tepat maka si penerima info akan legawa dan menerima kabar
tersebut dengan ikhlas. Namun sebaliknya, jika cara yang tidak tepat dalam
menyampaikannya akan menambah beban berat si penerima informasi.
Dalam Hadits di atas, Rasul SAW bersabda : Gembirakanlah. Ini bukan
berari kita tidak boleh menyampaikan berita buruk yang membuat orang lain susah
akan tetapi hadits itu anjuran kepada kita supaya tetap meringankan orang lain
betapapun ia sedang tertimpa musibah seperti dengan metode penyampaian yang
baik. Maka menyampaikan berita buruk haruslah dengan cara yang terbaik.
Dalam hal ini, dalam Ilmu Balaghah terdapat sebuah teori yang disebut
dengan “Ta’nis”. Definisinya adalah :
تقديم ما يؤنس المخاطب قبل اخباره بمكروه
Mendahulukan kabar yang dapat menentramkan hati mitra bicara
sebelum memberikan kabar buruk kepadanya.
Seperti contoh ketika seseorang akan mengabarkan kematian maka ia
meberikan pendahuluan yang menjadikannya bersabar dan menerima musibah dengan
lapang dada. Ia berkata :
“Sesungguhnya Allah telah mentakdirkan segala yang hidup akan mati,
dan Allah memberikan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar atas
musibah yang menimpanya. Ketahuilah bahwa anakmu telah meninggal dunia”.
Seperti itu pula yang dilakukan Ummu sulaim ketika mau mengabarkan
kematian putera tercintanya kepada sang suami, Abu Thalhah. Ummu sulaim
memberikan makan malam, dan mengajak suami untuk memenuhi hajatnya terhadapnya.
Setelah itu ummu sulaim berkata :
أَبَا طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا
عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ
يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ.
“Wahai Abu Thalhah, Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum
meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga, lalu mereka meminta pinjaman
mereka lagi, bolehkah keluarga itu melarangnya?” Abu Tholhah menjawab, “Tidak
boleh.” Ummu Sulaim, “Maka carilah pahala dari kematian puteramu.” [HR Muslim]
Pentingnya manajemen informasi juga tergambar pada kisah berikut. Suatu
saat ada seorang raja yang bermimpi "aneh", di dalam mimpinya gigi
sang raja rontok tak tersisa. Karena penasaran, sang raja memanggil dua
penafsir mimpi yang paling terkenal di kerajaan tersebut untuk menafsirkan
mimpinya. Setelah mendengar penjelasan mimpi sang raja, sang penafsir mimpi
pertama berkata, "daulat Tuanku, berdasarkan mimpi tuanku Raja, sebentar
lagi seluruh keluarga raja baik istri dan anak-anak tuanku akan meninggal
mendahului Tuanku". Mendengar penjelasan sang penafsir pertama, raja kaget
dan murka karena tidak senang mendengarnya, Lalu sang raja memerintahkan
pengawal menjebloskannya ke dalam penjara. Kemudian dipanggillah penafsir yang
kedua, setelah diceritakan mimpi sang raja, sang penafsir yang kedua sambil
tersenyum berkata" sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat tuanku,
karena tuanku raja akan panjang umur. Tuanku raja akan menikmati dan melihat
kejayaan kerajaan kita dalam waktu lama bahkan lebih lama dari anak dan istri
tuanku raja". Mendengar penjelasan itu sang raja merasa senang dan
memerintahkan pengawalnya memberikan hadiah keping emas yang melimpah pada sang
penafsir kedua. Dari contoh kisah ini,
benarlah perkataan dalam Mahfudzat:
الطريقة أهم من المادة
“Metode itu lebih penting daripada materinya.”
Mungkin metode inilah yang ditempuh kyai Kyai Wahab dengan mengizinkan
kurban sapi untuk berdelapan orang. Kisahnya ada seorang warga desa
berkeinginan untuk berkurban sapi. Namun persoalannya orang tersebut
menginginkan agar kurban
tersebut dapat diniatkan untuk delapan orang, bukan tujuh. Ia
berkata : “kita akan kurban satu sapi yang gemuk biar muat delapan orang, kan
anak saya masih kecil-kecil. Soalnya kalau satu sapi dan satu kambing, nanti
kalau di oro-oro mahsyar ketlingsut, susah nanti carinya. Kita ingin masuk
surga bareng-bareng.” Sang Kiai, pertama mendengar ia tertegun namun setelah
berpikir sejenak, kemudian ia menjawab, “Ya ngak apa-apa, bisa kok”. Tapi ia
masih ragu, “Kata ustadz sebelah rumah saya gak boleh jika berdelapan.” Sang
Kyai : Kalau disini boleh saja,
Namun begini, anakmu kan kecil, tidak bisa naik sapi. Jadi tambahilah
kambing satu untuk tangganya. Kalau ngak kamu tambahi kambing satu, nggak bisa naik,
nanti malah ditinggal sapi. Nggak masuk surga bersama-sama.” Bujukan sang Kiai tersebut
masuk di logika warga kampung tersebut dan akhirnya iapun menyetujui perintah sang
kyai. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membukakan hati dan fikiran kita dan
mengilhami kita seni dalam menyampaikan informasi apapun sehingga mudah
diterima.
0 komentar:
Post a Comment