ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit RA, Rasul SAW bersabda :
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى
يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ
حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ
Mudah-mudahan Allah menjadikan orang yang mendengarkan hadits dariku
berseri-seri wajahnya (baik akhlaknya) lalu menjaganya untuk disampaikan, berapa
banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa
banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu." [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Membaca ilmu pengetahuan menjadi jendela dunia dan membaca ajaran agama
adalah cahaya dalam kegelapan, teman dalam kesendirian dan pembantu dalam
setiap kejadian sekaligus menjadi sarana paling penting dalam menuntut ilmu dan
meraihnya. Para Salaf, menjadikan buku-buku sebagai taman dan kebun. Mereka
selalu membacanya, berpindah dari satu taman ke taman yang lain, dari satu
kebun ke kebun yang lain. Mereka merasakan nikmatnya membaca dan belajar
melebihi semua kenikmatan dari dunia yang fana ini. Ibnul Jauzi berkata,
"Jalan mencari kesempurnaan belajar ilmu adalah membaca buku-buku yang
telah ditulis. Perbanyaklah membacanya. Karena anda akan melihat ilmu seseorang
dan semangatnya yang tinggi. Apa yang tidak terlintas di benak, dan akan
menggerakkan keinginan untuk belajar. Tidak ada kitab yang tidak memiliki
manfaat." Ibnul Jauzi sendiri dam Shaidul Khathir disebutkan merasakan
manisnya menuntut ilmu.
Diceritakan dari al-Jahid bahwa tatkala dia mengantuk, maka dia
akan menghilangkan rasa kantuknya dengan membaca kitab. Diceritakan dari
Ibnu Katsir dalam kisah Hasan bin Abi Hasan. Saat dia dijebloskan ke dalam
sarang singa. Singanya tidak mau makan dia, akhirnya diapun dibebaskan. Dan
orang-orangpun bertanya: “Bagaimana perasaanmu tatkala menemui singa-singa
itu?” Tapi apa jawaban dia?? Dia menjawab: saya tidak takut apa-apa, karena
saat itu saya sedang sibuk memikirkan perselisihan ulama tentang najis tidaknya
air liur binatang buas”. Lain halnya dengan Imam Ahmad, ketika beliau dijebloskan
ke dalam penjara. Dia bertemu dengan seorang ulama. Diapun bertanya tentang
suatu hadits yang berkenaan dengan mengusap sepatu. Dan Orang-orang di sekitar
beliau heran.kenapa Imam Ahmad tidak memikir bagaimana kehidupannya di dalam
penjara. Ibnul-Khan menceritakan bahwa Imam Az-Zuhri jika masuk ke dalam
rumahnya dia akan membaca tumpukan kitab sampai dia lupa akan istrinya.
Sampai-sampai istrinya berkata: “sungguh kitab-kitab tersebut lebih berat
bagiku dari pada madu tiga”
Subhanallah, begitu nikmatnya ilmu itu. Lantas bagaimana dengan hadits;
ilmu yang besumber dari Rasul SAW. Wajarlah Nabi SAW mendoakan bagi pelajar
hadits agar wajahnya berseri-seri. Karenanya, Sufyan bin Uyaiyah berkata :
ما من أحد يطلب حديثا إلا وفي وجهه نضرة
Tidak seorang pun yang mempelajari hadits kecuali wajahnya berseri-seri
[Kitab Aunul Ma’bud]
Mempelajari hadits akan menjadikan kita serasa hidup di zaman Rasul
SAW dan ikut larut dalam indahnya hidup di kurun terbaik. Hal inilah yang
dirasakan oleh Abdullah ibn al-Mubarak. Ia dinilai memiliki suatu kebiasaan
yang agak aneh menurut teman-temannya, di mana ia lebih menyukai duduk
sendirian di rumahnya dari pada ngobrol bersama teman-temannya, sehingga mereka
bertanya:
أَلاَ تَسْتَوحِشُ؟ فَقَالَ: كَيْفَ أَسْتَوحِشُ وَأَنَا مَعَ
النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- وَأَصْحَابِهِ؟
“Apakah kamu tidak merasa galau?”. Maka ia menjawab, “Bagaimana Aku
akan galau sedangkan aku bersama Rasulullah SAW dan para sahabatnya RA“, yakni
mengkaji sunah Nabi SAW dan atsar para sahabat. [HR Al-Baihaqi dalam Syuabul
Iman]
Keindahan hidup inilah yang sangat dirindukan para sahabat pasca
ditinggal oleh Rasul saw. Mereka membisu, mulutpun kelu diam seribu bahasa bukan
karena enggan bercerita namun karena kerinduan akan indahnya hidup bersama Rasul
SAW yang membuat mata meneteskan air mata dan mulutpun terkunci karena hati
melayang terbayang sosok pribadi indah nan sempurna. Diriwayatkan oleh Imam
Fakhruddin Al-Razi, terdapat seorang fasih dari kalangan yahudi pada masa
kekhalifahan Umar RA mendatanginya karena ingin mengetahui bagaimanakah akhlak
Nabi Muhammad SAW. Yahudi bertanya : Ceritakanlah kepadaku akhlak Rasul kalian.
Umar RA menjawab: Carilah tau dari Bilal karena ia lebih mengetahui dari pada
aku. Iapun lalu mendatangi Bilal dan menanyakan hal yang sama dan bilalpun
merujuk yahudi tadi agar mendatangi Fatimah RA. Sayyidah Fatimah RA juga tidak
memberikan jawaban dan merujuknya kepada sayyidina Ali KW. Setelah ia
mendatangi dan menanyakan hal tersebut kepada Ali maka Ali KW berkata :
صف لي متاع الدنيا حتى أصف لك أخلاقه
Coba kau ceritakan kepadaku perihal harta dunia maka baru akan
kuceritakan nanti bagaimana akhlak Nabi SAW.
Yahudi menjawab : Tidaklah mudah bagiku untuk menceritakannya.
Ali KW lalu menjawab : Jika kau tidak bisa menceritakan perihal
dunia padahal ia adalah kecil nilainya di sisi Allah, sebagaimana firmanNya:
قل متاع الدنيا قليل
Katakanlah : Harta dunia itu sedikit [QS An-Nisa : 77]
Sementara, Akhlak Nabi sangatlah Agung di sisi Allah sebagai mana
firmanNya:
وإنك لعلى خلق عظيم
Sesungguhnya engkau berada di atas pekerti yang agung [QS Al-Qalam
: 4]
Maka bagaimana aku bisa menceritakan akhlak Nabi yang begitu agung
di sisi Allah swt.? [Tafsir Ar-Razi] Wallahu A’lam. Semoga kajian kita One Day
One Hadith ini menjadi pelipur lara hati yang gundah gulana merindukan
kehadiran sosok mulia, Rasul SAW. Semoga Allah Al-Bari membukakan pintu hati
kita sehingga kita semakin cinta dan akhirnya dikumpulkan bersama beliau SAW.
0 komentar:
Post a Comment