Diriwayatkan dari Sulaim bin
Jubair, ia berkata : aku mendengar Abu hurairah membaca ayat :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ
تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ
كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [QS An-Nisa 58]
قال رايت رسول الله صلى الله عليه
وسلم يضع إبهامه على أذنه والتي تليها على عينيه
Abu Hurairah berkata: saya melihat
Rasulullah meletakkan ibu jarinya atas telinga dan jari telunjuk atas mata
beliau [HR Abu Daud]
Catatan Alvers
Amanah Secara bahasa berarti tenang
dan aman. Hal ini karena orang yang menunaikan Amanah akan mendapatkan
ketenangan hidup. Penyakit yang banyak di derita oleh kebanyakan manusia sekarang
adalah rasa takut dan sedih karena kebanyakan mereka gagal dalam menjalankan
Amanah. Lawan amanah adalah khianat. Dan orang yang berkhianat sebagaimana
disebut dalam QS An-Nisa:145 akan ditempatkan didasar neraka, tiada seorangpun
yang mampu menolongnya. Dan dia senantiasa mendapat laknat. Hindarilah Khianat
karena semua yang kita lakukan akan diketahui oleh Allah SWT. Maka dari itulah
ketika Rasul memerintahkan untuk menunaikan amanat pada hadits di atas maka
beliau menunjuk telinga dan mata sebagai isyarah bahwa Allah maha mendengar dan
maha melihat.
Terdapat sebuah kisah menarik tentang
amanat yang terjadi dari dua sahabat Nabi yang disebutkan :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
آخى بين عوف بن مالك والصعب بن جثامة.
Sesungguhnya Rasul SAW
mempersaudarakan antara Auf bin malik dan Sha’b bin Jutsamah. [Mushannaf Abi
Syaibah]
Imam Ibnu Hajar menceritakan dalam
kitab Al-Ishabah bahwa Ada dua orang lelaki dari kalangan sahabat Rasulullah
s.w.a. berteman baik saling ziarah menziarahi antara satu dengan lainnya.
Mereka adalah Sha'b bin Justamah dan Auf
bin Malik Al-Asyja’i. "Wahai saudaraku, siapa di antara kita yang pergi
(meninggal dunia) terlebih dahulu, hendaknya saling kunjung mengunjungi."
kata Sha'b kepada Auf di suatu hari. "Betul begitu?" tanya Auf.
"Betul." jawab Sha'b. Ditakdirkan Allah, Sha'b meninggal dunia
terlebih dahulu, yaitu pada era kekhalifahan Ustman. Pada suatu malam Auf
bermimpi melihat Sha'b datang mengunjunginya. "Engkau wahai
saudaraku?" tanya Auf. "Benar." jawab Sha'b. "Bagaimana
keadaan dirimu?" "Aku mendapatkan ampunan setelah mendapat
musibah." Ketika Auf melihat pada
leher Sha'b, dia melihat ada tanda hitam di situ. "Apa gerangan tanda
hitam di lehermu itu?" tanya Auf. "Ini adalah akibat sepuluh dinar
yang aku pinjam dari seseorang Yahudi, maka tolong jelaskan hutang tersebut.
وأخبرك إنه ما وقع شيء في بيتي بعد
موتي إلا علمت به، حتى هرة توفيت من أيام، وأخبرك أن ابنتي فلانه ستموت بعد سبعة
أيام
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa
tidak satupun kejadian yang terjadi di dalam keluargaku, semua terjadi pula
setelah kematianku. Bahkan terhadap kucing yang matipun dipertanggungjawabkan
juga. Mohon beritahukan bahwa anak perempuanku akan mati tujuh hari lagi ."
Perbincangan di antara kedua lelaki yang bersahabat itu terhenti kerana Auf terjaga dari tidurnya. Dia menyadari bahwa semua yang dimimpikannya itu merupakan pelajaran dan peringatan baginya. Di pagi hari itu dia segera pergi ke rumah keluarga Sha'b. "Selamat datang wahai Auf. Kami sangat gembira dengan kedatanganmu." kata keluarga Sha'b. "Beginilah semestinya kita bersaudara. Mengapa anda datang setelah Sha'b tidak ada di dunia?"
Auf menerangkan maksud kedatangannya yaitu untuk memberitahukan semua mimpinya malam tadi. Keluarga Sha'b faham akan semuanya dan percaya bahwa mimpinya itu benar. Mereka pun mengumpulkan sepuluh dinar dari uang simpanan Sha'b sendiri lalu diberikan kepada Auf agar dibayarkan kepada si Yahudi. Auf segera pergi ke rumah si Yahudi untuk menjelaskan hutang Sha'b. "Adakah Sha'b mempunyai tanggungan sesuatu kepadamu?" tanya Auf. "Semoga Rahmat Allah atas Sha'b Sahabat Rasulullah S.A.W. Benar, aku telah memberinya pinjaman sebanyak sepuluh dinar." jawab si Yahudi. Setelah Auf menyerahkan sepuluh dinar, si Yahudi berkata:
Perbincangan di antara kedua lelaki yang bersahabat itu terhenti kerana Auf terjaga dari tidurnya. Dia menyadari bahwa semua yang dimimpikannya itu merupakan pelajaran dan peringatan baginya. Di pagi hari itu dia segera pergi ke rumah keluarga Sha'b. "Selamat datang wahai Auf. Kami sangat gembira dengan kedatanganmu." kata keluarga Sha'b. "Beginilah semestinya kita bersaudara. Mengapa anda datang setelah Sha'b tidak ada di dunia?"
Auf menerangkan maksud kedatangannya yaitu untuk memberitahukan semua mimpinya malam tadi. Keluarga Sha'b faham akan semuanya dan percaya bahwa mimpinya itu benar. Mereka pun mengumpulkan sepuluh dinar dari uang simpanan Sha'b sendiri lalu diberikan kepada Auf agar dibayarkan kepada si Yahudi. Auf segera pergi ke rumah si Yahudi untuk menjelaskan hutang Sha'b. "Adakah Sha'b mempunyai tanggungan sesuatu kepadamu?" tanya Auf. "Semoga Rahmat Allah atas Sha'b Sahabat Rasulullah S.A.W. Benar, aku telah memberinya pinjaman sebanyak sepuluh dinar." jawab si Yahudi. Setelah Auf menyerahkan sepuluh dinar, si Yahudi berkata:
والله هي هي ما تصرفت فيها
"Demi Allah dinar ini adalah dinarku,
ternyata ia tidak menggunakannya".
Setelah menyerahkan dinar
tersebut, pergilah auf ke rumah saudaranya sha’b dan menanyakan hal-hal yang
terjadi setelah wafatnya sha’b. Mereka bercerita : Kucingnya mati setelah
wafatnya sha’b. Auf berkata : benar itu yang kedua. Kemudian manakah putri dari
sha’b? Mereka lalu mendatangkan putri kecil yang dimaksud yang masih berusia 5
atau 6 tahun dan Auf menyentuh kepalanya dan ternyata badannya panas. Maka auf
berkata: uruslah anak ini dengan baik. Setelah enam hari dari kejadian itu ternyata
putri tadi meninggal dunia pada hari ke tujuh. [Sumber : Khutab Wa Durus Li Syaikh Abd Rahim
At-Thahhan] Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita
agar senantiasa bertanggung jawab atas semua yang kita lakukan utamanya
menunaikan amanat yang diembankan kepada kita.
0 komentar:
Post a Comment