ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata : tiga hari sebelum
meninggalnya Rasulullah SAW, aku mendengar beliau bersabda :
لاَ
يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
Janganlah seorang diantara kalian meninggal kecuali dia telah berbaik
sangka kepada Allah “ (H.R. Muslim)
Catatan Alvers
Suka dan duka silih berganti dalam kehidupan ini. Kewajiban kita adalah
tetap husnudzan kepada Allah meski kondisi yang ada tidak sesuai harapan bahkan
terbalik 180 derajat. Husnudzan adalah berpikiran positif, berpandangan mulia
terhadap sesuatu yang terjadi di hadapannya karena keyakinan kepada sang
pencipta bahwa ia adalah maha pengasih dan penyayang. Orang yang berhusnudzan
akan selalu berperasangka baik dan selalu berpikiran positif terhadap sesuatu
yang menimpa dirinya, meskipun sesuatu itu sangat membebaninya.
Orang yang memiliki sikap perilaku husnudzan tidak akan mudah mengkambing-hitamkan orang lain dengan tujuan menutupi kelemahan dan kekurangan dirinya sendiri. Sebaliknya, jika ada sesuatu menimpa dirinya, ia segera melakukan koreksi terhadap dirinya sendiri, dan selanjutnya Ia akan “legawa” dengan apa yang menimpanya bahkan hebatnya ia meyakini bahwa dibalik hal tersebut mesti ada hikmah yang luar biasa yang diberikan Allah swt. Ia berpedoman kepada firman Allah :
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ
تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ
Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedangkan kamu tidak mengetahui.” [QS Al-Baqarah: 216]
Orang yang berhusnudzan akan selalau berpikiran positif bahwa apapun
kejadian berat atau musibah yang menimpanya adalah kebaikan dari Allah
untuknya. Ia beranggapan bahwa Allah mengirimkan masalah-masalah dalam hidupnya
justru untuk memberinya maslahat. Ada sebuah analogi menarik tentang hal ini. Orang-orang
jepang dikenal sebagai penggila makan ikan. Kebutuhan konsumsi ikan sangatlah
besar setiap harinya, sehingga jumlah ikan diperairan jepang berkurang drastis.
Akibatnya nelayan jepang harus menempuh perjalanan selama 1 minggu bolak-balik
untuk menangkap ikan. Minggu pertama para nelayan membawa ikan yang sudah mati
dan diberikan es sebagai pengawet, akan tetapi ikan tangkapan mereka tidak
laku. karena orang jepang tidak suka makan ikan beku. Minggu kedua para nelayan,
berinisiatif membuat kolam besar di tengah kapal, ikan yang ditangkap dimasukkan
ke kolam dan pada saat dijual di daratan, ikan tangkapan mereka dibeli dengan
harga murah karena ikannya sudah banyak yang lemes dan mati. Minggu berikutnya
sang nelayan berpikir keras untuk menemukan bagaimana caranya supaya ikan tetap
hidup dan segar sampai di daratan. Akhirnya para nelayan menemukan ide yaitu ketika
beberapa hari dalam perjalanan ke daratan saat ikan-ikan yang di kolam sudah
mulai lemas dan malas bergerak, para nelayan segera melepas seekor ikan hiu
kecil yang langsung mengejar ikan-ikan di kolam, merasa nyawanya terancam sang
ikan terus bergerak kesana kemari di dalam kolam hingga sampai di daratan. dan
ketika dijual, ikan hasil tangkapan nelayan dibeli dengan harga mahal karena
kondisinya masih hidup dan segar.
Orang yang berhusnudzan akan menganggap bahwa semua masalah yang
mengejarnya bahkan yang menimpanya itu tak ubahnya seperti hiu-hiu kecil yang
dilepas sang nelayan yang memaksanya untuk bergerak, berpikir kreatif sehingga
ia bisa survive dalam kehidupannya. Maka jadikanlah “masalah” seperti adanya orang-orang
yang membenci, sirik dan memusuhi anda bahkan tantangan dan rintangan sebagai
hiu-hiu yang memacu anda tambah maju bukan malah menjadikan anda lemah dan mundur
serta putus asa. So mulai sekarang katakan dalam diri anda tatkala ada masalah:
"alhamdulillah ala kulli hal" Tetap smangat, pastilah Allah
menghendaki kebaikan dari setiap masalah yang diberikan kepada kita.
Tidak hanya ketika hidup kita berhusnudzan kepada Allah bahkan ketika
mau matipun kita harus tetap husnudzan kepada-Nya. Diriwayatkan dari Anas RA
bahwa Rasul SAW menjenguk seorang pemuda yang sedang menghadapi kematiaanya.
Rasul SAW bertanya kepadanya : Bagaimana perasaanmu (kepad Allah)?, Pemuda
menjawab: Ya Rasul, Demi Allah Aku mengharap (rahmat) Allah dan aku takutkan (siksa
Allah karena) dosa-dosaku. Maka Rasul bersabda :
لَا
يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ
اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ
Tidaklah berkumpul kedua perkara tersebut dalam hati seseorang pada
saat (menghadapi kematian seperti) ini kecuali Allah akan memberikan harapannya
dan menjauhkan dari apa yang ditakutkannya [HR Turmudzi] Wallahu A’lam. Semoga
Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk bisa berhusnudzan kepada
Allah sehingga kita sukses dalam kehidupan bahkan kematian kita nantinya.
Aamiiin...
ReplyDelete