ONE DAY ONE HADITH
Rasul saw bersabda :
من مشى في
حاجة أخيه كان خيرا له من اعتكاف عشر سنين ، ومن اعتكف يوما ابتغاء وجه الله جعل الله
بينه وبين النار ثلاث خنادق ، كل خندق أبعد مما بين الخافقين
Barang siapa yang berjalan dalam rangka menolong saudaranya maka
perbuatannya itu lebih baik dari pahala beri’tikaf 10 tahun, dan barang siapa
beri’tikaf sehari karena mencari ridlo Allah maka Allah menjadikan penghalang
berupa 3 parit antara dia dan neraka yang mana setiap paritnya lebih jauh
jaraknya dari ujung timur ke barat. [HR. Ath- Thabrani dalam al-Awsath]
Catatan Alvers
Siang datang tidaklah untuk mengejar malam, malam tiba tidak untuk
mengejar siang. Siang dan malam datang silih berganti dan takkan pernah kembali
lagi. Menanti adalah hal yang paling membosankan, apalagi jika menanti sesuatu
yang tidak pasti, sementara waktu berjalan terus dan usia semakin bertambah,
namun satu pertanyaan yang terus terngiang-ngiang di telinga “Kapan Kawin?”.
Hatipun ragu menjawabnya bahkan bertanya-tanya pada diri seniri “Kapan jodohku
akan datang?“ pertanyaan yang selalu mengganggu “kenapa jodohku tak kunjung
datang?” belum lagi gelar yang disematkan “bujang lapuk” atau”perawan tua”,
“tidak laku“ dll.
Itulah susahnya seseorang yang belum menemukan jodohnya. Teringat
dengan lirik lagunya Bang haji “Enaknya kalau jadi bujangan, Hidup bebas bagai
burung terbang, Kantong kosong tidak jadi persoalan. Tapi susahnya menjadi
bujangan, Kalau malam tidurnya sendirian, Hanya bantal guling sebagai teman, Mata
melotot pikiran melayang, O, bujangan bujangan. Susahnya kalau jadi bujangan, Hidup
tidak akan bisa tenang, Urusi segala macam sendirian.
Jodoh memang di “tangan” Allah dan telah ditakdirkan pada setiap
manusia namun jika sebuah ikhtiyar dan usaha
dalam mencari jodoh tidak kunjung membuahkan hasil maka kesengsaraan bathin dan
kegalauan yang berkepanjangan akan melanda. Dari isinilah kita ketahui bahwa mempertemukan
seseorang dengan jodohnya adalah pekerjaan yang sungguh mulia karena ia akan
membebaskan dua orang yang dilanda galau berkepanjangan, Idkhalus surur kepada
keduanya meskipun sangat berat resikonya, betapa tidak jika rumah tangga yang
diusahakannya itu berhasil maka keduanya akan melupakan jasanya namun jika rumah tangga yang diusahakannya itu retak maka
dialah orang yang disebut-sebut biangkeladinya.
Sejuta pertanyaan akan dialamatkan kepadanya “Kenapa dulu
memperkenalkan? Kenapa dulu menyarankan menerima pinangan? Kenapa dulu tidak
kasih tau kalo si pria ternyata punya kebiasaan seperti itu? Dst”. Sehingga ada
ucapan yang terlontar dari orang yang kapok mengusahakan perjodohan “Saya sudah
kapok setelah beberapa kasus perjodohan terakhir yang membuat hidup saya tidak
tenang. saya berjanji pada diri sendiri, untuk berhenti menjodohkan orang”
Itulah resiko besar dari seseorang yang mengusahakan perjodohan yang
biasanya disebut makcomblang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Makcomblang /mak·com·blang/
Jk n diartikan sebagai perantara pencari jodoh; perantara yang menghubungkan
atau mempertemukan calon suami istri. Maka wajarlah usaha dalam mengusahakan
perjodohan itu masuk dalam keumuman hadits di atas dengan pahala yang sangat
besar yaitu pahala 10 tahun I’tikaf di Masjid. Dan secara khusus, diriwayatkan
dari Abi Hurairah, Nabi SAW bersabda :
من مشى في
تزويج امرأة حلالاً يجمع بينهما رزقه الله تعالى ألف امرأة من الحور العين كل امرأة
في قصر من در وياقوت وكان له بكل خطوة خطاها أو كلمة تكلم بها في ذلك عبادة سنة قيام
ليلها وصيام نهارها.
Barang siapa yang berjalan (mengusahakan) terjadinya pernikahan seorang
wanita dengan lelaki yang halal baginya sehingga keduanya berkumpul (dalam
bahtera rumah tangga), maka Allah memberi rizqi padanya seribu bidadari yang setiap
bidadari tadi berada di istana yang terbuat dari mutiara dan yaqut, Dan baginya
dari setiap langkah kakinya dan kalimat yang diucapkannya (ketika hendak
menjodohkan keduanya) pahala ibadah setahun yang malamnya qiyamul lail
sedangkan siangnya berpuasa. [ Kitab Al-Hawi Lil-Fatawi Imam Suyuthi]
Dari pahala yang begitu besar di atas maka hendaknya seorang
makcomblang memperhatikan adab-adab dalam mempertemukan kedua calon pasangan
dan memberikan penjelasan sejujurnya tentang apa yang diketahuinya mengenai
sifat-sifat masing-masing calon tersebut, jika terdapat sifat buruk maka seyogyanya
ia memberitahukannya dan itu bukanlah termasuk kategori ghibah yang diharamkan.
Wallahu a'lam. Semoga Allah Al-Bari membukakan pintu hati dan fikiran kita untuk
membantu orang lain dengan ikhlas tanpa pamrih.
0 komentar:
Post a Comment