ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
لِكُلِّ
شَيْءٍ زَكَاةٌ وَزَكَاةُ الْجَسَدِ الصَّوْمُ زَادَ مُحْرِزٌ فِي حَدِيثِهِ
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصِّيَامُ نِصْفُ
الصَّبْرِ
Segala sesuatu memiliki Zakat, adapun zakatnya badan adalah puasa.
Perawi Muhriz menambahkan hadits, Rasul SAW bersabda : Puasa itu separoh Kesabaran{HR
Ibnu Majah]
Catatan Alvers
Berdasarkan hadits ini, Imam Ghazali mengatakan bahwa posisi ibadah
puasa adalah seperempat bagian dari iman. Sehingga barang siapa yang tidak
puasa maka imannya kurang seperempat. Bagaimana bisa demikian? Lihatlah sabda Nabi
di atas yang berbunyi “ الصوم نصف الصبر”
puasa merupakan setengah dari kesabaran. Dan hadits berikut “ الصبر
نصف الإيمان ” sabar adalah
setengah dari iman. Dari sini menjadi jelas secara matematis, puasa adalah
seperempat bagian dari iman. [Ihya Ulumiddin]
Puasa identik dengan kesabaran, bahkan semua jenis kesabaran terdapat
dalam ibadah puasa. Bukankah sabar ada tiga macam yaitu sabar dalam menjalani
ketaatan, sabar dalam menjauhi larangan dan sabar dalam menghadapi taqdir Allah
yang terasa menyakitkan. Dan sekarang lihatlah kesabaran yang dijalani orang
yang berpuasa. (1) orang yang berpuasa menahan sabar dalam melakukan ketaatan, (2)
ia-pun sabar dalam menjauhi larangan Allah seperti menjauhi berbagai macam
syahwat dan nafsu. (3) ia juga sabar terhadap rasa sakit yang harus dilalui
saat menjalani puasa seperti rasa lapar, dahaga, dan badan yang terasa lesu dan
lemas. [Latha’if Al-Ma’arif]
Sungguh besar pahala yang didapat oleh orang yang bersabar. Ia akan
mendapat balasan sebagaimana difirmankan oleh Allah swt :
إِنَّمَا
يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan
pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar [39]: 10)
Seperti itu pulalah yang didapat oleh orang yang berpuasa, maka itulah
rahasia mengapa Allah berfirman dalam hadits qudsy :
كُلُّ
عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِى
“Setiap amalan manusia adalah
untuknya kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”.[HR Bukhari]
Lebih jelas lagi, dalam riwayat lain disebutkan :
وَالصَّوْمُ
لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
“Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah
sebagai kafaroh/tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah
untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya” [HR Ahmad]
Puasa dan sabar tidaklah bisa dipisahkan meskipun hakikat keduanya
berbeda sebab kalau puasa itu untuk Allah (As-Shaumu Li) maka sabar sebenarnya
untuk manusia. Betapa tidak manfaat sabar akan kembali kepada diri sendiri. Sabar
dapat menjadikan hidup ini penuh kesejukan, kedamaian, dan mendorong
tercapainya cita-cita, menumbuhkan semangat hidup dan tidak mudah putus asa,
mendapatkan kebahagiaaan, dan terhindar dari hal-hal yang buruk dan jauh dari masalah
bahkan konflik.
Di satu pagi, seorang guru bijak berjalan melintasi sebuah desa. Tiba-tiba,
langkahnya dihentikan oleh seorang pemuda yang bertubuh besar, beraut wajah
marah dan tampak tidak senang."Hei," katanya kasar. "Anda itu tidak
berhak mengajari orang lain!" Tak berhenti di situ, pemuda ini terus
berteriak menantang dan menghina guru bijak ini. "Tahu tidak? Anda ini
sama saja bodohnya dengan orang lain. Punya kepandaian sedikit saja, sudah sok
tahu! Badan begitu kecil nyalimu cukup besar ya. Ayoo... kalau berani kita
berkelahi!" Mendapat "serangan" dari orang yang tak dikenalnya,
sang guru muda justru tersenyum dan berkata, "Teman, Bolehkah aku bertanya
keapdamu? Jika kamu memberi hadiah untuk seseorang, tapi seseorang itu tidak
mengambilnya, siapakah pemilik hadiah itu?" Si pemuda terkejut, karena
tiba-tiba diberi pertanyaan yang aneh. Spontan, ia menjawab lantang,
"Pertanyaan bodoh! Tentu saja hadiah itu tetap menjadi milikku karena
akulah yang memberikan hadiah itu." Guru bijak ini tersenyum, lalu berkata,
"Kamu benar sekali. Kamu baru saja memberikan “hadiah” marah dan hinaan kepadaku
dan aku tidak mengambilnya, apalagi merasa terhina. Maka kemarahan dan hinaan
itu pun kembali kepadamu. Dan kamu menjadi satu-satunya orang yang tidak
bahagia. Bukan saya, karena sesungguhnya, melampiaskan emosi kemarahan adalah
sebuah proses menyakiti diri sendiri. Membangkitkan sel-sel negatif di dalam
diri" Pemuda itu terdiam, mencoba mencerna kata demi kata sang guru.
Perlahan tapi pasti, kepala dan hatinya seperti tersiram air dingin, ketika
mendapat sebuah kesadaran baru. Sebelum meninggalkan sang pemuda ini, sang guru
bijakpun menyampaikan sebuah “Closing Remarks” untuknya, "Jika kamu ingin
berhenti menyakiti diri sendiri singkirkan kemarahan dan ubahlah menjadi cinta
kasih. Ketika kamu membenci orang lain, dirimu sendiri tidak bahagia bahkan
tersakiti secara alami. tetapi ketika kamu mencintai orang lain, semua orang
menjadi bahagia." Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita agar senantiasa bersabar dalam
segala hal sehingga kita mendapatkan balasan tak terhingga yang dijanjikan-Nya.
0 komentar:
Post a Comment