ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :
كُلُّ
ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap anak Adam berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang
bersalah adalah yang bertaubat" [HR Turmudzi]
Catatan Alvers
Kebanyakan orang enggan untuk mengakui sebuah kesalahan apalagi sampai harus
meminta maaf. Jika seseorang mengucapkan kata maaf bukan berarti merendahkan
harga diri, justru sebaliknya, ungkapan kata maaf yang sederhana sekalipun akan
menunjukkan bahwa seseorang telah berbesar hati untuk mengakui bahwa telah
terjadi sebuah kesalahan.
Mengakui kesalahan bukanlah pertanda kelemahan. Justru diperlukan
kekuatan yang luar biasa besar untuk mampu melihat dan mengakui suatu kesalahan.
Terlebih lagi untuk meminta maaf sekaligus membangun komitmen baru untuk
memperbaikinya. Orang yang bertaqwa bukanlah orang yang selalu benar dan tidak
pernah berbuat salah, Namun orang yang bertaqwa jika ia berbuat salah maka ia
mengakui kesalahannya dan meminta ampunan-Nya. Allah SWT berfirman :
وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ
Dan (Orang yang bertaqwa itu adalah) orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka [QS Ali Imran 135]
Kesalahan bukan berarti aib yang harus ditutup-tutupi tetapi kesalahan itu
adalah sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri dan untuk belajar lebih banyak
lagi. Bukankah setiap manusia itu melakukan kesalahan? Sebagaimana keterangan
hadits utama di atas. Orang yang menutupi-nutupi kesalahan justru menaburkan
bibit rasa bersalah dan pada akhirnya merasa tidak pernah salah.
Seseorang yang takut akan kesalahan bisa dipastikan adalah orang yang takut
untuk menjadi benar. Oleh karena itu jangan takut mengakui kesalahan, karena
menyadari sebuah kesalahan adalah awal dari perubahan menuju kesempurnaan. Mengakui
kesalahan akan menjadikan suatu masalah cepat selesai, Image diri dikenal sebagai
orang yang jujur dan dapat dipercaya.
Lihatlah kebesaran hati sayyidina umar RA, ia berpidato di depan
rakyatnya agar ada diantara mereka yang mengoreksinya jika ia bersalah.
Sayyidina Umar RA berkata :
"أيها الناس، من رأى فيَّ اعوجاجا
فليقوّمه"
“Wahai manusia, siapa saja diantara kalian yang melihatku berbuat
kesalahan (bengkok) maka luruskanlah (tegurlah kesalahanku)!”
Lalu Seorang badui menjawab:
والله يا
أمير المؤمنين لو وجدنا فيك اعوجاجا لقومناه بسيوفنا هذه،
“Demi Allah wahai amirul mukminin, jika aku menemukan kebengkokan
(kesalahan) dalam dirimu maka akan aku luruskan dengan pedangku ini”.
Mendengar ada orang yang bersedia meluruskan kesalahannya, Sayyidina
Umar RA sangat bersyukur dan berkata :
"الحمد لله الذي جعل في هذه الأمة من يقوّم
اعوجاج عمر بسيفه إذا اعوج".
Puji syukur kepada Allah yang menjadikan di antara ummat ini, seseorang
yang meluruskan kembali kebengkokan (kesalahan) umar dengan pedangnya. [Al-Fiqh
Al-Islami]
Di waktu yang lain, Umar bin Khattab RA memberikan kebijakan agar emas
kawin lebih dari 40 uqiyah (1240 gram). Barangsiapa melebihkannya maka
kelebihannya akan diserahkan ke baitul mal. Dengan tegas, seorang wanita
menjawab,”Apakah yang dihalalkan Allah akan diharamkan oleh Umar? Bukankah
Allah berfirman
وَآتَيْتُمْ
إِحْدَاهُنَّ قِنْطَارًا فَلَا تَأْخُذُوا مِنْهُ شَيْئًا
sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta (maskawin)
yang banyak, maka janganlah kamu mengambil sedikitpun dari padanya [An-Nisa’:20]
Umar berkata,
"امرأة أصابت ورجل أخطأ"
Seorang wanita (yang menegurnya) telah melakukan kebenaran dan seorang
lelaki (umar) telah berbuat kesalahan.[ Majmu Rasail Ibn Rajab]
Suatu ketika ada seseorang yang menasehati beliau dan berkata :
“bertaqwalah wahai amirul mukminin”. Orang-orang di sekeliling umar RA
terheran-heran mendengar ucapan ini mengingat sayyidina umar adalah seorang
khalifah sekaligus pembesar kalangan sahabat Nabi dan mendapat jaminan masuk
surga. Orang-orang berkata: “Apa? Kau berkata kepada sang amirul mukminin untuk
bertaqwa?”. Maka Umarpun menepis keheranan ini dan berkata :
دعه
فليقلها، فإنه لا خير فيكم إذا لم تقولوها، ولا خير فينا إذا لم نسمعها
منكم".
Biarkan dia mengatakannya, karena tidak akan ada kebaikan diantara
kalian jika kalian tidak mengatakannya dan tidak ada kebaikan dalam diri kami jika
tidak mendengarnya [Al-Fiqh Al-Islami]
Subhanallah, itulah keteladanan sayyidina umar yang rendah hati dan
berlapang dada untuk menerima kebenaran dan mengakui kesalahannya. Lantas
siapakah kita? Sahabat nabikah? Dijamin masuk surgakah? Sehingga merasa gengsi
mendapat teguran dan merasa tidak pantas mendapatkan teguran dan nasehat orang
lain. Inilah kiranya mengapa para sahabat Rasulullah saw ketika bertemu, mereka
tidaklah berpisah kecuali salah satu dari mereka membaca Surat Wal-`Ashri
terlebih dahulu, lalu mengucapkan salam. [Tafsir Ibnu Katsir] Hal ini bukanlah
sekadar bertujuan untuk tabarruk (mengambil barokah) namun lebih dari itu untuk
saling memperingatkan isi kandungan surat tersebut: Sesungguhnya manusia itu
benar-benar merugi, kecuali mukmin yang beramal amal saleh dan saling menasihati
supaya mentaati kebenaran dan kesabaran.” [QS Al-'Ashr : 1–3] Wallahu A’lam. Semoga
Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu berlapang dada untuk mengakui
kesalahan yang terjadi dan memperbaikinya sehingga Allah senantiasa memberi
hidayah kepada jalan kebenaran.
0 komentar:
Post a Comment