ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Muadz Bin Abdillah bin Khubayb, dari Ayahnya, dari Pamannya bahwa ia
berkata : Kami sedang berada dalam satu majelis dan Rasul SAW datang dengan
keadaan kepala beliau terdapat sisa bekas air maka kami berkata : YA Rasulallah,
Kami melihat negkau bahagia? Rasul SAW menjawab : Iya. Kemudian orang-orang
membicarakan tentang kekayaan maka Rasul SAW bersabda :
لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنْ اتَّقَى اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ وَالصِّحَّةُ لِمَنْ اتَّقَى اللَّهَ خَيْرٌ مِنْ الْغِنَى وَطِيبُ
النَّفْسِ مِنْ النِّعَمِ
”Tidak
mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu
lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.” [HR
Ahmad]
Catatan
Alvers
Kaya
di dunia bukanlah suatu dosa dan tidak pula tercela bahkan sebaliknya, harta
kekayaan merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Bukankah Di kalangan Nabi, Nabi Sulaiman AS adalah
nabi yang kaya? Di kalangan Sahabat, Abu Bakar adalah pengusaha yang kaya? Zubair bin Awwam pun juga demikian. Dalam
riwayat Shahih dikisahkan :
فَكَانَ لِلزُّبَيْرِ أَرْبَعُ نِسْوَةٍ
وَرَفَعَ الثُّلُثَ فَأَصَابَ كُلَّ امْرَأَةٍ أَلْفُ أَلْفٍ وَمِائَتَا أَلْفٍ
فَجَمِيعُ مَالِهِ خَمْسُونَ أَلْفَ أَلْفٍ وَمِائَتَا أَلْفٍ
Zubair
bin Awwam RA memiliki isteri empat. (kendati) Ia mewasiatkan sepertiga hartanya.
tapi masing-masing isterinya masih mendapatkan bagian 1.200.000 Dinar atau
setara Rp. 2.400.000.000.000,- (2 Trilyun 400 Milyar). Adapun jumlah harta
kekayaan beliau seluruhnya adalah 50.200.000 Dinar (Yang ini hitung sendiri ya!).
[HR Bukhari]
Sabda
Nabi di atas ”Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa” menegaskan bahwa
yang menjadi masalah bukan kaya-nya namun faktor lainnya seperti kufur nikmat,
pelit dan sombong. Begitupula keadaan miskin bukanlah berpahala karena
kemiskinannya namun karena sifat sabar dan rendah hati yang menyertainya.
Jika
sebaliknya, miskin namun berkeluh kesah dan kaya namun kikir maka hal ini akan
menjadi tercela sebagaimana Allah SWT berfirman :
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا . إِذَا
مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا . وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah
lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir. [QS al-Ma’arij :19-21]
Kaya
di satu sisi adalah anugerah namun di sisi lain ia adalah ujian Allah kepada
hambanya. Demikian pula kemiskinan. Allah SWT berfirman :
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
"dan
kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan (karena dengan) ujian (akan diketahui
siapakah diantara mereka yang bersabar dan bersyukur)" [QS al-Anbiya' : 35]
Dalam
hadits utama di atas Rasul menyatakan bahwa kaya tidaklah mengapa bagi
seseorang yang bertakwa. Mengapa demikian? Karena orang yang bertaqwa memiliki
orientasi dunia sekaligus akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT :
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ. وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ
الْحِسَابِ
Maka
di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di
akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada
yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. [QS Al-Baqarah : 200-202]
Berdasarkan
ayat ini, tidaklah mengapa seseorang meminta kaya kepada Allah sebagaimana hal
ini dilakukan oleh Nabi Sulaiman AS, beliau berdoa :
رَبِّ اغْفِرْ لى وَهَبْ لى مُلْكاً لا
يَنْبَغى لأَحَدٍ مِنْ بَعْدى إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun sesudahku,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”. [QS Shaad: 35].
Nabi
Sulaiman AS setelah menjadi raja dan kaya raya ia tetap ikhlas, rendah hati dan
tidak congkak. Simak kisah menarik dalam ayat berikut:
حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ
قَالَتْ نَمْلَةٌ يَاأَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا
يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ. فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا
مِنْ قَوْلِهَا
Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut,
masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan
tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari"; maka dia tersenyum dengan
tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. [QS An-Naml: 18-19]
Perhatikan
ayat terakhir “maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan
semut itu”. Hal ini menegaskan bahwa Nabi sulaiman AS tidak marah kepada semut
yang mana ia telah menyebutnya dengan nama sulaiman tanpa embel-embel gelar
nabi atau raja. Betapa ikhlasnya Nabi sulaiman! Itulah orang-orang berjiwa besar,
mereka berkeyakinan bahwa tiadanya penghormatan orang lain tidak akan
mengurangi ketinggian derajatnya disisi Allah SWT.
Selanjutnya
seorang yang kaya haruslah terus bersyukur kepada pemberinya, Allah SWT. Sebagaimana
Nabi Sulaiman AS berdoa dipuncak kesuksesannya :
رَبِّ أَوْزِعْنى أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الّتى أَنْعَمْتَ عَلَىّ وَعَلى والِدَىَّ وَأَنْ اَعْمَلَ صالِحاً تَرْضيهُ وَأَدْخِلْنى
بِرَحْمَتِكَ فى عِبادِكَ الصَّالِحينَ
“Ya Tuhanku berilah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
kepada kedua orang tuaku dan ilhamkan aku untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau
ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu
yang shaleh”. [QS An-Naml: 19]
Inilah bagian penting yang harus
dimiliki oleh orang kaya. Kaya minus syukur akan menjadi sengsara sebab ia akan
terus menerus berada dalam kekurangan harta. Bersyukur akan menjadikannya sadar bahwa tiada
manusia yang sempurna di dunia yang fana ini. Bukankah ketika kita mendapat sebuah karunia maka akan
hilang karunia lainnya. Coba perhatikan : ketika masa puber: anda punya waktu
dan kekuatan tetapi tidak punya uang. Ketika masa bekerja: anda punya harta dan kekuatan,
tetapi tidak punya waktu. Ketika masa tua: anda punya harta dan punya waktu,
tetapi tidak punya kekuatan.
Bersyukur juga akan akan mendatangkan
kebahagiaan. Terkadang Kita yakin bahwa kehidupan orang lain lebih baik dari
kehidupan kita padahal orang lain meyakini bahwa kehidupan kita lebih baik darinya. Ini semua karena kita melupakan sikap Qanaah
(mensyukuri apa yang kita miliki). Seandainya ada toko yang menjual
kebahagiaan, niscaya orang- orang kaya akan berebut mendatanginya dan mereka akan
membelinya meskipun mahal harganya. Alhamdulillah!. Alvers, Bersyukurlah
Niscaya Allah akan tambahkan rejeki kita. Wallahu
A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk mensyukuri setiap
nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita dan keluarga.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind
ONE DAY ONE HADITH
On WhatsApp Group
Gabung ALVERS#2 Klik :
https://chat.whatsapp.com/1eIP9uoGhBT87VkPQKc9M1
0 komentar:
Post a Comment