ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu Sa’id Al-Khudry RA, Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ عَالَ ثَلَاثَ
بَنَاتٍ فَأَدَّبَهُنَّ وَزَوَّجَهُنَّ وَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ فَلَهُ
الْجَنَّةُ
Barang
siapa yang menanggung biaya tiga anak perempuan, mengajarkannya adab,
menikahkannya dan berbuat baik kepada mereka maka baginya surga. [HR Muslim]
Catatan
Alvers
Tanggal 21 April diperingati sebagai hari
kartini yang mana tanggal tersebut merupakan tanggal kelahiran Raden Adjeng Kartini.
Peringatan
ini ditetapkan secara resmi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia
No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964 yang didalamnya
juga memuat penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. [okecoy
com]
Kartini,
dalam surat-suratnya kepada Nyonya Abendanon tertanggal 21 Januari 1901
menyatakan betapa penting peran perempuan dalam memajukan peradaban dan
moralitas manusia.
Kartini
menyatakan bahwa perempuan merupakan Soko Guru Peradaban, artinya melalui
didikan perempuan, anak-anak menerima pendidikan pertama, belajar merasakan,
belajar berpikir, dan belajar berkata-kata. [ubaya ac id]
Dalam lain bahasa, Hafidz Ibrahim (1932 M)
yang terkenal sebagai penyair sungai Nil berkata :
الأم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعبا
طيب الأعراقِ
الأم مدرسة الأساتذة الألى شغلت مآثرهم مدى الآفاقِ
“Ibu
adalah madrasah. Jika engkau persiapkan dengan baik, maka engkau tengah
mempersiapkan satu bangsa yang unggul.”
“Ibu adalah madrasah bagi para guru yang memiliki
pengaruh luas di sepanjang ufuk.” [Mawsu’at al-Raqa’iq wal al-adab]
Sejalan
dengan hal tersebut, dalam pepatah arab mengatakan bahwa Wanita adalah tiang
negara. Pepatah itu berbunyi :
المرأة عماد البلاد إذا صلحت صلحت البلاد وإذا
فسدت فسدت البلاد
“Wanita
adalah tiang negara. Jika ia baik maka baiklah negara, jika ia buruk maka
buruklah negara.”[anonim, bukan hadits]
Dan
dalam kata-kata bijak disebutkan : “Jika kau ingin merusak suatu bangsa
rusaklah sejarah pemudanya, jika kau ingin merusak suatu negara rusaklah moral
wanitanya”. [anonim]
Berbicara
mengenai peranan wanita, setiap anak memiliki ketergantungan kepada wanita
yaitu ibu, bukan hanya soal nutrisi namun bahkan eksistensi. Terdapat sebuah kisah,
Raja Frederick penguasa Jerman abad ke-13 pernah
merampas 50 bayi dari dekapan ibunya. Ia ingin tahu, jika bayi-bayi manusia
tidak diasuh dan diajak bicara, bahasa seperti apa yang mereka gunakan.
Berhari-hari bayi-bayi malang itu hanya diasupi susu, dimandikan, lalu
ditinggal di tempat tidur. Hingga akhirnya bayi-bayi itu meninggal satu
persatu. Sang Raja pun tak pernah menemukan jawabannya hingga kini.
[Hidayatullah com]
Maka
dari itu sangatlah penting eksistensi wanita dalam kehidupan keluarga bahkan
bangsa. Rasul SAW memotivasi kita untuk mendidik para wanita dengan sabda-Nya pada
hadits utama di atas: Barang siapa yang menanggung biaya tiga anak perempuan,
mengajarkannya adab, menikahkannya dan berbuat baik kepada mereka maka baginya
surga. (Dalam redaksi yang lain : tiga saudara perempuan atau tiga anak perempuan atau dua saudara perempuan atau dua
anak perempuan) [HR Muslim]
al-Qur’an
memberikan apresiasi yang sangat besar terhadap perempuan. Lihat saja, dalam
al-Qur’an terdapat banyak nama-nama perempuan misalnya surat an-Nisa
(perempuan-perempuan). Secara spesifik, misalnya surat Maryam, Ibunda Nabi Isa
AS. Adalagi surat yang bernama al-Mujadilah, perempuan yang mengajukan gugatan.
ada lagi surat bernama al-Mumtahanah, perempuan yang teruji. Begitu pula
surat-surat yang lain meskipun tidak memakai nama perempuan secara spesifik
namun kandungannya banyak yang berbicara mengenai hal-ihwal perempuan perempuan.
Disinilah
pentingnya kita memahami dengan benar emansipasi yang menjadi semangat kartini.
Emansipasi berasal dari bahasa
Inggris “emacipation” (ex manus capere) yang berarti lepas dari genggaman. Emansipasi
dalam KBBI memiliki dua pengertian. Pengertian yang pertama, emansipasi adalah
pembebasan dari perbudakan. Pengertian emansipasi yang kedua adalah persamaan
hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum
wanita dengan kaum pria).[KBBI]
Memang
demikian, dahulu wanita tidak diakui eksistensinya. Pada zaman jahiliyah
wanita dianggap sebagai sumber kecelakaan dan malapetaka. Kelahiran seorang
bayi perempuan mereka anggap sebagai kesialan sehingga harus dikubur hidup-hidup
untuk menjauhkan kesialan dari kesialan. Allah swt menceritakannya :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ
وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ. يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ
بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا
يَحْكُمُونَ
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar
dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya
berita yang sampai kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Alangkah buruknya
apa yang mereka tetapkan itu” [QS An Nahl: 58-59]
Pada
masa jahiliyah, Wanita juga tak memiliki hak sedikitpun terhadap harta warisan.
Mereka tak sudi untuk makan dan minum bersamanya selama ia haidh. Cerai tidak
ada batasannya sehingga pria menjadikan wanita tersiksa dan terlunta-lunta. Umar
bin Khatthab RA mengatakan:
وَاللَّهِ إِنْ كُنَّا فِي
الْجَاهِلِيَّةِ مَا نَعُدُّ لِلنِّسَاءِ أَمْرًا حَتَّى أَنْزَلَ اللَّهُ
تَعَالَى فِيهِنَّ مَا أَنْزَلَ وَقَسَمَ لَهُنَّ مَا قَسَمَ
Demi
Allah, semasa Jahiliyyah kami tak pernah menganggap wanita punya kedudukan
apapun, hingga Allah menurunkan ayat-ayat tentang mereka dan menetapkan bagi
mereka harta warisan. [HR Bukhari]
Maka
emansipasi haruslah dipahami dengan benar yaitu disertai batasan-batasan sesuai
ajaran islam. Dalam urusan pekerjaan, Islam tidak membatasi perempuan. Lihatlah Khadijah
binti Khuwailid, seorang pedagang yang sukses. Zainab binti Jahsy, Istri
Rasulullah, juga aktif dalam bekerja menyamak kulit binatang. Tentunya itu
semua tanpa meninggalkan peran utama kodrat sebagai istri dan ibu.
Jangan
sampai emansipasi disalah pahami sehingga alih-alih menjadikan wanita mulia
malah menjadikan wanita terhina. Jika laki-laki di kampung diberi tugas ronda
malam, maka jangan dengan dalih emansipasi kemudian mengusulkan agar wanita
juga bertugas ronda malam. Jika ada cabang angkat besi untuk olah raga
laki-laki jangan pula mengadakan angkat besi untuk wanita. Sebab hal itu bukan
emansipasi tapi emanisasi (bahasa jawa eman : sungguh disayangkan).
Emansipasi
haruslah dipahami dalam konteks saling melengkapi. Hubungan laki-laki (suami)
dengan perempuan (istri) layaknya striker dan penjaga gawang yang memiliki
tugas dan daerah yang berbeda namun saling menguatkan, bukan untuk
membeda-bedakan. Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari menjadikan
kaum semakin wanita mulia dengan menjalankan semua ajaran islam dan tidak
tertipu dengan istilah emansipasi tanpa batasan.
Salam Satu Hadits,
DR.H.Fathul Bari.
SS., M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jawa Timur Indonesia
Artikel lain
bisa anda dapatkan versi bukunya dalam
BUKU ONE DAY ONE
HADITH
sistem SPAA
(Singkat, Padat, Akurat). SINGKAT karena
Didesain sekali duduk bisa selesai baca satu judul ::PADAT karena Tidak bertele-tele :: AKURAT karena disertai
referensinya dan AKTUAL karena membahas fenomena yang sedang terjadi.
0 komentar:
Post a Comment