ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbad RA, Rasul SAW bersabda :
وَمَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Barangsiapa
berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil
tempat duduknya di neraka. [HR. Abu Dawud]
Catatan
Alvers
Dikisahkan di
zaman orde baru terdapat seorang juru kampanye yang mengutip ayat :
وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
....
Dan dengan bintang itulah mereka mendapat petunjuk. [QS A-Nahl : 16]
Ayat
ini dikutip bukan untuk menjelaskan makna tafsiran Al-Qur’an namun karena
hendak menarik massa agar memilih dan mendukung partai berlambang bintang.
Jurkam
partai politik lainnya tidak mau kalah, mereka juga mengutip ayat :
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا
كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ
الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. [QS
Ibrahim: 24-25]
Ia
menjelaskan pohon yang baik dalam ayat tersebut agar massa bisa mendukung
partai berlambang pohon dan dia menafsirkan sendiri jenis pohon baik yang
dimaksud adalah pohon yang ada dalam logo parpol yang didukungnya. Mendengar
jurkam sebelah menggunakan al-Qur’an sebagai alat propagandanya, maka jurkam
parpol lain mengimbanginya dengan mengutip ayat al-Qur’an:
وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا
مِنَ الظَّالِمِينَ
Janganlah
kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
[QS al-Baqarah: 35]
Pernah
terjadi di Inderamayu Jawa Barat, Bupati petahana saat itu membuat iklan di
harian lokal pada 10/1/2009 dengan menyantumkan ayat :
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ
الْأَمِينُ
sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya." [QS al-Qashash : 26].
Dalam
iklan itu juga tertulis; “Bila tidak, sesungguhnya kita akan termasuk golongan
orang yang mengkhianati Allah Swt, Rasul dan kaum muslimin serta demi
terwujudnya Inderamayu yang relijius, mandiri dan sejahtera (Remaja), yang
menjadi cita-cita seluruh rakyat.”
Mencermati
hal ini maka MUI Jabar memberikan reaksi keras dengan menuntut pelaku dan
partainya untuk meminta maaf karena dinilai telah mempolitisasi ayat suci
al-quran (simbol-simbol agama) yang dapat meresahkan masyarakat. [ Republika co
id]
Inilah
realita politisasi ayat untuk kepentingan pribadi dan golongan. Politisasi ayat
saya maksudkan sebagai upaya menjadikan ayat Al-Qur’an, hadits atau teks keagamaan untuk mendukung kelompok
politik tertentu ataupun juga untuk menjatuhkan kelompok politik lain yang
berseberangan dengan cara menafsirkannya sesuai ambisi dan kepentingan pribadi
kelompoknya. Politisasi Ayat seperti inilah yang termasuk kategori “berkata
tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata)” dengan ancaman neraka sebagaimana
terdapat dalam hadits utama di atas.
Ternyata
politisasi ayat seperti ini tidak hanya terjadi di zaman sekarang, namun sudah terjadi
sejak dahulu kala. Imam As-Shaubuni mengisahkan bahwa Marwan adalah seorang
amil (Gubernur) wilayah Madinah mendapat perintah dari Khalifah berkuasa saat
itu yaitu Muawiyah untuk sosialisasi bahwa Yazid putera Muawiyah akan menjadi
khalifah setelah kemangkatannya. Menindaklanjuti hal ini, Marwan mengumpulkan
rakyat dan berpidato di hadapan mereka. “Sesungguhnya Allah telah memperlihatkan
kepada Amirul Mukminin pendapat yang baik dalam diri Yazid (putera muawiyah). Jika
Amirul Mu’minin mengangkatnya sebagai khalifah, sungguh (itu persis dengan apa
yang dilakukan oleh) oleh Abu Bakar dan Umar dalam menunjuk penggantinya (khalifah)”.
Abdurrahman
(putra Abu Bakar RA) menjawab: “(Pengangkatan Yazid sebagai Khalifah) tiada
lain melainkan sistim kerajaan?” Marwan menjawab: Itu sama dengan sunnah (perilaku)
Abu Bakar dan Umar. Abdurrahman menjawab lagi “Tidak, sebab Abu Bakar dan Umar
tidak mengangkat anak atau familinya sebagai khalifah sedangkan Muawiyah
bertindak semata-mata untuk kehormatan anaknya. Mendengar hal ini Marwan ingin menangkap
Abdrurrahman namun ia lari dan masuk ke rumah Sayyidah Aisyah RA (adiknya),
karena prajuritnya tidak dapat menangkapnya karena tidak berani masuk ke rumah
Istri Nabi SAW.
Marwan
mencari justifikasi penangkapan Abdurrahman dengan mempolitisasi ayat. Ia
berkata “Tangkap dia sebab dialah orang yang dimaksud dengan ayat: “Dan orang
yang berkata kepada kedua ibu bapaknya “cis” bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya
memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan padahal sungguh telah
berlalu beberapa umat sebelumku?” [QS Al-Ahqaf : 17]
Dari
balik tabir Aisyah RA menolak politisasi ayat tersebut dengan berkata :
مَا
أَنْزَلَ اللَّهُ فِينَا شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ
عُذْرِي وَلَوْ شِئْتُ أَنْ أُسَمِّيَ الَّذِي أُنْزِلَتْ فِيْهِ لَسَمَّيْتُهُ
“Allah
tidak pernah menurunkan ayat Al-Qur’an tentang kasus seseorang tertentu di
antara kita kecuali ayat yang melepaskan aku dari tuduhan berbuat jahat,
andaikata aku mau menjelaskan orang yang menjadi kasus turunnya ayat tesebut
niscaya akan kujelaskan (dan itu bukan Abdurrahman)”. [At-Tibyan Fi Ulumil
Qur’an]
Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan memberi hidayah kepada kita semua
untuk tidak menjadikan Ayat- Ayat Al-Qur’an sebagai alat politik namun
menjadikannya sebagai landasan dan pedoman berpolitik yang santun, damai dan
tidak mencaci-maki kelompok yang berseberangan.
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain
tanpa menisbatkan kepadanya maka ia adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan
keduanya adalah tercela [Imam Abdullah Alhaddad]
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Nggak Mondok Nggak Keren!
0 komentar:
Post a Comment