ONE
DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Aisyah RA, ketika ditanya tentang aktifitas Rasul SAW di rumah. Ia menjawab
:
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ فَإِذَا سَمِعَ
الْأَذَانَ خَرَجَ
Beliau
mengerjakan pekerjaan rumah hingga tatkala mendengar adzan dikumandangkan maka
beliau keluar (rumah menuju masjid). [HR Bukhari]
Catatan
Alvers
Siapa
sangka orang yang disegani di depan khalayak namun begitu romantis tatkala bersama
istri dan harmonis di dalam kehidupan keluarganya. Pemimpin di luar juga
pemimpin di dalam dalam rumah keluarga yang jauh dari kata kaku dan protokoler.
Kemuliaan yang begitu tinggi tidak menghalanginya untuk bermain-main bersama
istri dan anaknya serta mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri. Dialah Rasul
SAW.
Ibnu
Katsir berkata :
وَكَانَ مِنْ أَخْلَاقِهِ صلى الله
عليه وسلم أَنَّهُ جَمِيْلُ الْعِشْرَةِ دَائِمُ الْبِشْرِ، يُدَاعِبُ أَهْلَهُ، وَيَتَلَطَّفُ
بِهِمْ، وَيُوسِّعُهُم نَفَقَتَهُ، وَيُضَاحِكُ نِسَاءَهُ، حَتَّى إنَّهُ كَانَ يُسَابِقُ
عَائِشَةَ أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ يَتَوَدَّدُ إِلَيْهَا بِذَلِكَ.
Termasuk
akhlak Nabi SAW, beliau sangat baik dalam mempergauli istri, selalu
berseri-seri, suka bersenda gurau dan bercumbu rayu dengan keluarga, bersikap
lembut dan melapangkan nafkahnya serta tertawa bersama istrinya. Sampai-sampai,
beliau pernah mengajak ‘Aisyah Ummul Mukminin berlomba lari untuk menambah
kasih sayang. [Tafsir Ibnu Katsir]
Maka
Rasul menetapkan barometer kebaikan dengan sabda-Nya :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ
لِأَهْلِي
Lelaki
terbaik di antara kalian adalah lelaki yang terbaik (prilakunya) kepada
keluarganya. Dan aku adalah lelaki yang terbaik (prilakunya) kepada keluargaku.
[HR Turmudzi]
Al-mubarakfuri
berkata :
أي لِعِيَالِهِ وَذَوِي رَحِمِهِ وَقِيْلَ لِأَزْوَاجِهِ
وَأَقَارِبِهِ
Maksudnya
(“Ahlihi” adalah) keluarga dan sanak kerabat. Ada yang mengatakan istri dan
kerabat. [Tuhfatul Ahwadzi]
Suatu
ketika Aisyah ditanya mengenai hal apa saja yang dilakukan Rasulullah SAW waktu
berada di rumahnya. Senada dengan hadits utama, Aisyah menjawab :
كَمَا يَصْنَعُ أَحَدُكُمْ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُرَقِّعُ
ثَوْبَهُ
Rasul
SAW sebagaimana (keadaan) salah seorang diantara kalian, beliau menjahis
sandalnya dna menambal bajunya. [HR Ahmad]
Dalam
riwayat lain, Aisyah menjawab :
كَانَ بَشَرًا مِنْ الْبَشَرِ يَفْلِي ثَوْبَهُ
وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ
Beliau
(ketika berada di rumah) seperti orang lain, beliau menjahit pakaiannya,
memeras susu kambingnya, dan melakukan keperluannya sendiri (tanpa menyuruh
orang lain). [HR Ahmad]
Begitulah
Rasul SAW dan begitu pula beliau mengajarkan puterinya untuk mandiri dan tidak
berpangku tangan dengan menyuruh-nyuruh suami atau orang lain. Suatu ketika Fatimah
RA mengeluhkan (kapalan) yang ia dapati di tangannya karena (sering memegang) alat
penggilingan, lalu ia mendatangi Nabi SAW untuk meminta pembantu namun ia tidak
mendapati beliau. Lalu apa jawaban Rasul SAW? Apakah beliau memberikan pembantu
layaknya staf khusus? Tidak, Beliau bersabda :
أَلَا أَدُلُّكُمَا عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ لَكُمَا
مِنْ خَادِمٍ
“Maukah kalian aku tunjukkan
sesuatu yang lebih baik bagi kalian dari pada seorang pembantu?
Apabila
kalian sudah bersiap-siap hendak tidur maka bacalah takbir sebanyak 33 kali,
tasbih sebanyak 33 kali dan tahmid sebanyak 33 kali. Ini lebih baik bagi kalian
dari pada pembantu.” [HR Bukhari]
Ini
semua dikarenakan semata-mata Rasul ingin mengajarkan hidup mandiri dalam
melayani suami dan tidak bermalas-malasan meskipun di sisi lain, Fatimah adalah
putri yang beliau sayangi. Lihat bagaimana Beliau memuliakannya. Rasul SAW
menyambut kedatangan fatimah dengan ucapan “Marhaba bibnaty” (selamat datang
puteriku) lalu beliau mendudukkannya di sisi kanan atau kirinya beliau [HR
Bukhari]
Dan
Sayyidah Aisyah RA berkata :
كَانَتْ إِذَا دَخَلَتْ عَلَيْهِ قَامَ إِلَيْهَا
فَأَخَذَ بِيَدِهَا وَقَبَّلَهَا وَأَجْلَسَهَا فِي مَجْلِسِهِ
Jika
Fatimah datang (ke rumah) Nabi SAW, maka beliau berdiri, meraih tangan fatimah,
mencium tangannya dan mendudukkannya di tempat duduk beliau. [HR Abu Dawud]
Memang
demikianlah Rasul menyayangi anak-cucunya. Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa
Rasulullah SAW membawa Husain bin Ali di atas pundaknya, maka seorang laki-laki
berkata;
نِعْمَ الْمَرْكَبُ رَكِبْتَ يَا غُلَامُ
"Alangkah baiknya
kendaraan yang kamu kendarai wahai anak kecil (Husain)." Maka Nabi SAW
menjawabnya:
وَنِعْمَ الرَّاكِبُ هُوَ
"Penumpang
terbaik adalah dia (Husain)." [HR Turmudzi]
Suatu
ketika beliau sedang berkhutbah di hadapan para sahabat, lalu datanglah Hasan
dan Husein dengan mengenakan baju merah berjalan dan terjatuh. Beliau langsung
turun dari mimbarnya lalu membawa keduanya dan meletakkannya di depan beliau. [HR
Turmudzi]
Dalam
lain kesempatan, Rasul sedang menjadi imam shalat berjamaah dan beliau bersujud
dalam waktu yang lama sehingga setelah usai shalat para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah,
kenapa baginda sujud lama sekali, sampai kami khawatir terjadi sesuatu, atau
ada wahyu yang turun pada baginda”. Nabi SAW menjawab :
كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ وَلَكِنَّ ابْنِى ارْتَحَلَنِى
فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِىَ حَاجَتَهُ
“Bukan
karena hal itu, tetapi anakku (Hasan atau Husein) tadi menaiki (punggung)-ku,
jadi aku enggan mempercepat (sujud) hingga ia menyelesaikan keinginannya”. [HR Nasa’i]
Urusan
makanan, Rasul tidak pernah rewel. Abu Hurairah RA berkata :
مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ كَانَ إِذَا اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِلَّا تَرَكَهُ
Rasul
SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali, apabila suka maka beliau
memakannya dan apabila tidak menyukai maka beliau meninggalkannya. [HR
Turmudzi]
Bahkan
ada makanan di rumah atau tidak, beliau tidak mempermasalahkannya. Di suatu
pagi, Nabi SAW bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan?". Aisyah menjawab: "Tidak." Beliau
bersabda:
فَإِنِّي إِذَنْ صَائِمٌ
"Kalau
begitu, saya akan berpuasa."
Kemudian
di lain hari, kami berkata, "Wahai Rasulullah, kita telah dihadiahi makanan
“Hais”. Maka beliau bersabda:
أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا فَأَكَلَ
"Bawalah
kemari, sungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa." [HR Muslim]
Subhanallah,
"sungguh sweet" keluarga Nabi. Keluarga mandiri namun penuh dengan kebahagiaan. Diksi "sungguh sweet" ini diambil dari lirik lagu Asiyah yang mana ini menandakan artikel ini adalah berkaitan dengan artikel sebelumnya, Romantisme Aisyah. Wallahu
A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk terus meneladani kehidupan
nabi tidak hanya dalam ibadah namun juga dalam rumah sehingga kita bisa
mewujudkan “home sweet home”
Salam
Satu Hadits,
Dr.
H. Fathul Bari Alvers
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Sarana
Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
NB.
Hak
Cipta berupa Karya Ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa mengedit
artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment