ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Zaid bin Tsabit RA, Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ
كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ
بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ
كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي
قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya,
niscaya Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kefaqiran
membayangi kedua matanya, dan harta dunia tidaklah datang kepadanya melainkan apa
yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai
tujuan hidupnya, maka Allah akan mengumpulkan (mengatur) segala urusannya dan
Allah akan menjadikan kekayaan memenuhi hatinya, dan harta dunia dipaksa untuk mendatanginya. [HR
Ibnu Majah]
Catatan Alvers
Tahukah
anda? Jika barometer rizki itu adalah kerja keras, semakin keras semakin kaya
maka yang paling kaya adalah kuli pemecah batu di lereng gunung. Jika barometer
rizki itu adalah waktu kerja, semakin lama jam kerja semakin kaya, maka yang
paling kaya adalah tukang tambal ban yang buka 24 jam. Jika Barometer rizki adalah
kepandaian, maka yang paling kaya tentu guru besar yang bertitel Prof. Dr dst. Jika
Barometer rizki adalah jabatan, maka yang paling kaya tentulah raja atau presiden.
Namun tidaklah demikian, buktinya 100 orang terkaya dunia bukanlah mereka.
Hidup dengan
berorientasi kepada dunia semata hanya akan mendatangkan derita sebagaimana
kita banyak saksikan sendiri
di lingkungan kita bahkan terkadang menimpa kita sendiri. Jika demikian kenapa
kita masih mengejar sesuatu yang tak pasti.
Bukankah yang pasti adalah mati? Berpindah ke alam akhirat? Maka
Kejarlah akhirat niscaya urusan dunia akan dimudahkan oleh Allah SWT
sebagaimana janji Nabi SAW pada hadits di atas. Maka percayailah sabda Nabi SAW
dan berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah yang utama, Nabi SAW bersabda
:
وَإِنَّ اللَّهَ يُعْطِي الْدنيا مَنْ يُحِبُّ
وَمَنْ لا يُحِبُّ، وَلا يُعْطِي الإِيمَانَ إِلا مَنْ يُحِبُّ
Sesungguhnya Allah memberikan harta dunia kepada orang
yang dicintai-Nya dan orang yang tidak dicintai-Nya namun Allah tidak memberi
iman kecuali hanya kepada orang yang dicintai-Nya. [HR Al-Hakim]
Simaklah kisah yang sangat menarik yang saya kutip dari kitab Siratu
Wa Manaqib Umar bin Abdil Aziz Al-Khalifah Az-Zahid karya Al-Hafidz
Abdurrahman Ibnul Jawzi (W.597 H) Hal.338 berikut ini. Suatu hari khalifah Abu
Jafar Abdullah bin Muhammad Al-Mansur (menjabat tahun 136-158 H di usia 36
Tahun ), khalifah kedua Bani Abbasiyah meminta kepada Abdurrahman bin Qasim bin
Muhammad bin Abi Bakar As-Shiddiq untuk memberikan nasehat kepadanya. Beliau
pun balik bertanya :
بِمَا
رَأَيْتُ أَمْ بِمَا سَمِعْتُ؟
“Apakah Aku memberikan nasehat dengan sesuatu yang pernah
saya lihat ataukah dengan sesuatu yang saya dengar?
Khalifah menjawab, “dengan yang engkau lihat...” Maka Abdurrahman
langsung memulai nasehatnya : “Wahai amirul mukminin..! Umar bin Abdil Aziz
(khalifah yang terdahulu; Lahir 61 H – Wafat 99 H) memiliki 11 orang anak dan
meninggalkan warisan hanya 17 dinar, 5 dinar untuk keperluan membeli kafan dan
2 dinar untuk membeli pekuburan beliau, sisanya 10 dinar dibagikan kepada 11
anaknya. Sementara Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (khalifah kesepuluh Daulah
Umayyah; Lahir tahun 70 H Wafat 125 H) punya 11 orang anak juga, dan jatah
warisan tiap anaknya 1 juta dinar. Wahai Amirul Mukminin. Sungguh aku telah
menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri salah seorang anak Umar bin Abdul
Azis bersedekah 100 kuda perang untuk jihad fi sabilillah dalam sehari,
sementara aku lihat salah seorang putra khalifah Hisyam bin Abdul Malik
menerima sedekah (karena menjadi pengemis). [Siratu Wa Manaqib Umar bin Abdil
Aziz]
Mengapa demikian? Inilah rahasianya. Orang-orang pernah bertanya kepada
Umar bin Abdul Azis (menjelang wafatnya) “Apa yang akan kamu tinggalkan untuk
anak-anakmu..?” (Karena umar terkenal dengan sedekahnya yang luar biasa) Maka Umar
bin abdul azis menjawab :
تَرَكْتُ
لَهُمْ تَقْوَى اللهِ، فَإِنْ كَانُوا صَالِحِيْنَ فَاللهُ تَعَالَى يَتَوَلَّى
الصَّالِحِيْنَ، وَإِنْ كَانُوا غَيْرَ ذَلِكَ، فَلَنْ أَتْرُكَ لَهُمْ مَا يُعِيْنُهُمْ
عَلَى مَعْصِيَةِ اللهِ تَعَالَى.
“Aku tinggalkan untuk mereka ketakwaan kepada Allah, Jika
mereka adalah orang-orang yang shalih, maka sesungguhnya Allah akan melindungi
(memberikan kecukupan kepada) mereka. Jika mereka tidak demikian (orang yang bermaksiat),
maka aku tidak tinggalkan sedikit pun fasilitas yang memudahkan mereka untuk
bermaksiat kepada Allah SWT.” [An-Najah, Ihab Hasan Nushair]
Dalam versi lain
yang ditulis oleh DR. Tahsin Ali Syirwani, Umar menjawab :
تَرَكْتُ
لَهُمْ مَا هُوَ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ تَقْوَى اللهِ
Aku meninggalkan untuk mereka sesuatu yang lebih baik
dari harta, yaitu takwa kepada Allah.
Lantas beliau membacakan
ayat :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ
خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ
وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. [QS An-Nisa : 9]
Bekal ketakwaan, diberikan oleh Umar kepada anak-anaknya semenjak mereka kecil. Sebagaimana terdapat kisah di suatu malam hari raya dimana beberapa putri Umar bin Abdul Aziz mendatangi ayahnya seraya berkata : “Kami tidak memiliki baju baru untuk hari hari raya”. Maka bendahara baitul mal yang ada di situ berkata : “Wahai Amirul Mukminin, Apakah perlu aku cairkan sekarang gaji untuk bulan depan dari baitul mal?” Umar berkata : “Aduhai celaka kamu, Apakah engkau dapat melihat Lauh Mahfudz sehingga engkau tahu bahwa aku akan tetap hidup sampai bulan depan?” Kemudian beliau berkata kepada putrinya :
يَا
بَنَاتِي لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدَ إِنَّمَا الْعِيْدُ لِمَنْ خَافَ
يَوْمَ الْوَعِيْدِ
Wahai putri- putriku, hari raya bukanlah dimiliki oleh
orang yang mengenakan baju baru akan tetapi hari raya itu didapatkan oleh orang
yang takut kepada hari kiamat. [Alfu Qisshah wa Qisshah]
Itulah bekal yang
paling utama, ketakwaan yang berorientasi akhirat. Abu Dzar RA berkata : Suatu
ketika Rasul SAW membacakan untukku, Ayat :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan
jalan keluar untuknya. Dan memberinya rizki dari arah yang tak disangka-sangka. [QS At-Thalaq : 2-3]
Kemudian Beliau
bersabda :
يَا أَبَا ذَرٍّ لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ
أَخَذُوا بِهَا لَكَفَتْهُمْ
Wahai Abu Dzar,
jika Semua orang mengambil ayat ini niscaya ia akan mencukupi mereka. [HR Al-Hakim]
Dan kenyataannya memang
demikian, Ibnul Jauzi meriwayatkan perkataan Hasan Al-Bashri, ia berkata:
رَأَيْنَا
مَنْ أُعْطِيَ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْآخِرَةِ، وَمَا رَأَيْنَا مَنْ أُعْطِيَ الْآخِرَةَ
بِعَمَلِ الدُّنْيَا
Kami melihat ada
orang orang diberikan harta dunia berkat amal akhiratnya dan kami tidak pernah
melihat seseorang yang diberikan akhiratnya berkat pekerjaan mencari harta dunianya. [Adabul Hasan Al-Bashri]
Wallahu A'lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk menyadari bahwa hidup dengan
mementingkan urusan dunia hanya akan mendatangkan sengsara sehingga kita
berbalik arah untuk mementingkan akhirat dan mendapatkan kebahagiaan yang
sesungguhnya.
Salam Satu Hadits,
Dr. H. Fathul Bari Alvers
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Sarana Santri ber-Wisata Rohani Wisata Jasmani
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren Lho!
NB.
Hak cipta berupa karya ilmiyah ini dilindungi oleh Allah SWT. Mengubah dan
menjiplaknya akan terkena hisab di akhirat kelak. *Silahkan Share tanpa
mengedit artikel ini*. Sesungguhnya orang yang copas perkataan orang lain tanpa menisbatkan kepadanya maka ia
adalah seorang pencuri atau peng-ghosob dan keduanya adalah tercela [Imam
Alhaddad]
0 komentar:
Post a Comment