ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA,
Rasulullah SAW bersabda:
أَوْلَى
النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
“Orang yang paling
dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat
kepadaku” [HR. Tirmidzi]
Catatan Alvers
Salah satu peristiwa besar
yang terjadi pada bulan Sya’ban adalah turunnya perintah membaca shalawat. Syeikh
Muhammad Ibnu Allan berkata :
وَقِيْلَ
شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ صلى الله عليه وسلم لِأَنَّ آيَةَ
الصَّلاَةَ : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ الأَيَةَ نَزَلَتْ فِيْهِ ذَكَرَهُ ابْنُ أَبِي
الصَّيْفِ فِى فَضْلِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Dikatakan bahwa
Bulan Sya’ban adalah bulan bershalawat kepada Nabi SAW karena ayat shalawat
yakni QS Al-Ahzab : 56 turun pada bulan tersebut. Hal ini disebutkan oleh (Muhammad
bin Ism’ail) Ibnu Abish Shayf dalam kitabnya, keutamaan malam nisfu Sya’ban.
[Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah]
Maka hadits utama di atas dan
keberadaan bulan sya’ban sebagai bulan shalawat memotivasi kita untuk
memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah SAW supaya kita mendapatkan
kemuliaan hari kiamat kelak
(akhirat). Al-Mubarakfuri menafsiri kata “Awlan-nas” pada hadits tersebut
dengan “orang yang paling berhak mendapatkan syafa’at” [Tuffatul Ahwadzi]
Terlebih lagi hari ini adalah hari jum’at dimana Nabi SAW bersabda :
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ
مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ
Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah
hari Jumat, karena itu perbanyaklah membaca shalawat untukku karena sesungguhnya
shalawat kalian ditampakkan kepadaku. [HR Abu Dawud]
Hadits serupa diriwayatkan dari Anas bin Malik ;Pembantu Nabi SAW ,
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ
أَقْرَبَكُمْ مِنِّي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي كُلِّ مَوْطِنٍ أَكْثَرُكُمْ عَلَيَّ
صَلَاةً فِي الدُّنْيَا مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ
الْجُمُعَةِ، قَضَى اللهُ لَهُ مِائَةَ حَاجَةٍ، سَبْعِينَ مِنْ حَوَائِجِ
الْآخِرَةِ، وَثَلَاثِينَ مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا، ثُمَّ يُوَكِّلُ اللهُ
بِذَلِكَ مَلَكًا يُدْخِلُهُ فِي قَبْرِهِ كَمَا يُدْخِلُ عَلَيْكُمُ الْهَدَايَا،
يُخْبِرُنِي مَنْ صَلَّى عَلَيَّ بِاسْمِهِ وَنَسَبِهِ إِلَى عَشِيرَتِهِ
فَأُثْبِتُهُ عِنْدِي فِي صَحِيفَةٍ بَيْضَاءَ
"
Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku di hari
kiamat di setiap tempat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku di
dunia. Barang siapa bershalawat kepadaku
di hari jumat dan malam jumat maka Allah akan memenuhi 100 hajatnya; 70 hajat
akhirat dan 30 hajat dunia kemudian Allah menyerahkannya kepada malaikat untuk
mengantarkan dalam kuburnya layaknya
mengantarkan hadiah. Malaikat memberitahuku nama, nasab bahkan
keluarganya dari siapa saja yang bershalawat kepadaku kemudian aku tetapkan
catatan di atas kertas putih yang ada padaku [HR Baihaqi]
Maka dari itu Alvers perbanyaklah membaca shalawat.
Membaca shalawat akan menjadikan kita alvers terlepas dari dosa.
Diriwayatkan dari Thufayl bin Ubay bin Ka’b dari ayahnya bahwasannya Rasul SAW
tatkala melewati dua pertiga maka beliau berdiri dan berkata :
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا
الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ
Wahai sekalian manusia, berdzikirlah kepada Allah,
Sungguh akan datang tiupan sangkakala pertama yang menggoncang alam yang
diiringi oleh tiupan kedua. Sungguh akan datang kematian dengan segala resiko
di dalamnya, Sungguh akan datang kematian dengan segala resiko di dalamnya.
Mendengar hal ini, (Sayyidul Qurra’) Ubay bin ka'b (bin Qays Al-Anshari)
RA bertanya kepada Rasul saw :
يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ
صَلَاتِي
Ya Rasulullah, aku banyak membaca shalawat untukmu. Maka
berapa bagiankah aku pergunakan waktuku untuk shalawat itu ?
Nabi menjawab: “Terserah kamu!”.
Ubay berkata : Bagaimana kalau seperempatnya'?
Nabi menjawab:
مَا
شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ
“Terserah kamu, jika lebih banyak, maka lebih baik
bagimu!”.
Ubay berkata : Bagaimana kalau separuhnya'?
Nabi menjawab: “Terserah kamu, jika lebih banyak, maka lebih baik baik
bagimu!”.
Ubay berkata : Bagaimana kalau dua pertiganya'?
Nabi menjawab: “Terserah kamu, jika lebih banyak, maka lebih baik baik
bagimu!”.
Ubay berkata : Bagaimana kalau semuanya kujadikan shalawat untukmu'?
Nabi menjawab:
إِذًا
تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ
“Kalau demikian maka kau akan dicukupi “hammak” (segala
urusanmu) dan diampuni dosamu!" [HR Turmudzi].
Abul ‘Ala Muhammad Abdurrahman Al-Mubarakfuri (W. 1353 H) mengatakan
bahwa kata “hammak” dibaca nashab karena menjadi Maf’ul kedua dari kata “tukfa”
lalu beliau menjelaskan arti “Hammak”:
وَالْهَمُّ
مَا يَقْصِدُهُ الْإِنْسَانُ مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، يَعْنِي إِذَا
صَرَفْت جَمِيعَ أَزْمَانِ دُعَائِك فِي الصَّلَاةِ عَلَيَّ أُعْطِيت مَرَامَ
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Hamm” adalah
segala sesuatu yang dicari manusia baik urusan dunia maupun akhirat. Maksudnya
Jika kau menghabiskan waktu doamu dengan membaca shalawat maka kau akan diberikan semua keinginan
(hajat) dunia dan akhirat. [Tuhfatul Ahwadzi]
Suatu kejadian berikut alvers semakin menambah motivasi kita. Al-Faqih
Abul Laits As-Samarqandy meriwayatkan dalam kitabnya, Suatu ketika Sufyan
ats-Tsauri (96 H – 161 H) melaksanakan thawaf dengan mengelilingi ka’bah. Saat
itu ia melihat seseorang yang setiap langkahnya senantiasa membaca shalawat.
Sufyan bertanya: “Sesungguhnya engkau telah telah meninggalkan tasbih dan
tahlil, dan engkau hanya membaca shalawat atas Nabi. Kenapa engkau melakukan
hal itu? Orang itu menjawab: “Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu. Sufyan
menjawab: “Aku adalah sufyan ats-tsauri”. Orang itu berkata: “seandainya kamu
bukanlah orang yang istimewa di masamu ini niscaya aku tidak akan
memberitahukan masalah ini dan menunjukkan rahasiaku”.
Kemudian orang itu berkata kepada sufyan:
خَرَجْتُ
وَوَالِدِي حَاجًّا إِلَى بَيْتِ اللَّهِ الْحَرَامِ حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِي بَعْضِ
الْمَنَازِلِ مَرِضَ وَالِدِي فَقُمْتُ لِأُعَالِجَهُ فَبَيْنَمَا أَنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ
عِنْدَ رَأْسِهِ إِذْ مَاتَ وَالِدِي اسْوَدَّ وَجْهُهُ، فَقُلْتُ إِنَّا للهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ فَجَذَبْتُ الْإِزَارَ عَلَى وَجْهِهِ فَغَطَّيْتُهُ
“sewaktu aku
mengerjakan haji bersama ayahku, tepatnya berada di pemondokan ayahku
sakit dan mengobatinya dan pada suatu malam ketika aku berada di dekat kepala
ayahku tiba-tiba ia meninggal dan mukanya tampak hitam, lalu aku ucapkan
“innalillah wa inna ilahi rajiun” dan aku menutup mukanya dengan kain”.
Kemudian aku tertidur dan bermimpi, dimana aku melihat ada orang yang
sangat tampan yang tidak pernah aku melihat orang setampan dia, dengan
mengenakan pakaian yang sangat bersih dan aroma semerbak harum mewangi. Dia
melangkahkan kakinya mendekati jenazah ayahku, lalu membuka penutup wajah
ayahku dan mengusap muka ayahku, lalu muka ayahku itu langsung berubah menjadi
putih. Lalu orang tadi beranjak pergi, dan langsung aku pegang pakaiannya
sambil aku bertanya:
“wahai hamba Allah siapakah engkau ini sehingga sebab lantaranmu, Allah
memberikan anugerah kepada ayahku (menjadikan wajah ayahku kembali putih) di
tempat yang istimewa ini?
Orang itu menjawab:
أَوَ
مَا تَعْرِفُنِي أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ صَاحِبُ الْقُرآنِ، أَمَا إِنَّ
وَالِدَكَ كاَنَ مُسْرِفًا عَلىَ نَفْسِهِ وَلَكِنْ كاَنَ يُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَليَّ
فَلَمَّا نَزَلَ بِهِ مَا نَزَلَ اسْتَغَاثَ بِي وَأَنَا غِيَاثٌ لِمَنْ أَكْثَرَ
الصَّلَاةَ عَلَيَّ
“Apakah kamu tidak mengenaliku? Aku adalah Muhammad bin
Abdullah yang membawa al-Quran. Ketahuilah, Ayahmu itu termasuk orang yang
melampaui batas (banyak dosanya) akan tetapi ia banyak membaca shalawat atasku.
Ketika ia berada dalam suasana yang demikian, ia meminta pertolongan kepadaku,
maka akupun memberi pertolongan kepadanya, karena aku suka memberi pertolongan
kepada orang yang banyak memperbanyak shalawat atasku”.
Akupun terbangun dari tidur, dan aku lihat muka ayahku berubah menjadi
putih. [Tanbihun Ghafilin]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk
memperbanyak shalawat dan memperbanyak juga bacaan Al-Quran serta amal shalih
yang lain sehingga dengan demikian kita bershalawat qawlan wa fi’lan dengan
hati, lisan dan perbuatan.
Artikel ini adalah revisi dari artikel sebelumnya dengan judul yang sama.
0 komentar:
Post a Comment