ONE DAY ONE HADITH
Dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda :
سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي
"Berilah nama dengan
namaku tapi jangan kalian menggunakan kuniyahku (Abul
Qasim) ". [HR Bukhari]
Catatan Alvers
"Where is..? These names get free bottle every
thursday. Muhammad, Maria" Inilah promo yang menggegerkan jagad maya, pasalnya
promo tersebut disertai unsur SARA dengan menyebut Muhammad dan Maria akan
mendapatkan miras gratis setiap hari kamis. Menyadari kekeliruanya maka kemudian
diganti dengan nama Mario dan Maria. Namun demikian, jejak digital terlanjur
menyebar sehingga promo tersebut menjadi masalah besar bagi perusahaan. [republika
co id] dikabarkan bahwa ormas Islam menggeruduk beberapa lokasi perusahaan
tersebut diantaranya di Jakarta dan Surabaya. Selanjutnya Polisi menangkap 6
tersangka dibalik kekisruhan promo tersebut. Bahkan 12 outlet Bar dan Kafe
ditutup oleh pemprov DKI Jakarta. [Tribunnews com]
Kerasnya reaksi ummat Islam dengan promo tersebut dikarenakan
nama Muhammad adalah nama Nabi agung yang terakhir bagi ummat Islam dan Beliau
juga menganjurkan memakai nama muhammad kepada ummatnya sebagaimana hadits
utama di atas. Hal ini menjadikan nama Muhammad identik dengan nama orang
islam. Memberi miras gratis ke orang yang bernama Muhammad sama halnya menghina
Nabi yang memiliki nama tersebut dan menghina agama Islam yang mengharamkan miras.
Menamai anak dengan nama Muhammad dianjurkan oleh para
ulama, diantara Syeikh Abu Abdillah Al-Husein Rahimahullah, beliau menulis buku
yang memuat 29 Hadits mengenai keutamaan nama Muhammad yang berjudul “Fadla’ilut
Tasmiyah bi Ahmad wa Muhammad”. Dari
sinilah kemudian banyak kaum muslimin menamai anak mereka dengan nama Muhammad
padahal sebelumnya tidak demikian. Al-Qadli Iyadl berkata :
لَمْ يُسَمَّ بِهِ أَحَدٌ مِنَ الْعَرَبِ وَلَا غَيْرِهِمْ إِلَى أَنْ شَاعَ
قُبَيْلَ وُجُودِهِ صلى الله عليه وسلم وَمِيْلَادِهِ أَنَّ نَبِيًّا يُبْعَثُ اِسْمُهُ
مُحَمَّدٌ
“Tidak ada seorangpun yang memakai nama “Muhammad” baik dari
kalangan arab maupun lainnya sampai masa dekatnya kelahiran Nabi Muhammad SAW karena
beredar kabar bahwa akan ada Nabi akan diutus yang bernama Muhammad”. [As-Syifa
bi Ta’rifi Huquqil Mushthafa]
Qadli melanjutkan : maka segelintir kaum arab memberi
nama kepada anak-anak mereka dengan nama Muhammad dengan harapan salah satu
dari mereka adalah nabi yang dimaksud. Mereka
berjumlah 6 orang dan tidak lebih. Namun Allah menjaga mereka dari mengaku-ngaku
menjadi nabi atau dinyatakan sebagai nabi. [As-Syifa]
Nama Muhammad justru dihindari
oleh orang-orang yahudi. Sebagaimana As-Suddy
berkata bahwa yang dimaksud dengan “orang-orang yang menyembunyikan” dalam ayat
:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ
الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا
Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah) ….dst [QS Al-Baqarah : 174]
Mereka itu adalah orang-orang yahudi, mereka menyembunyikan nama Muhammad SAW dan mereka menerima
bayaran yang sedikit, itulah yang dimaksud dengan “tsamanan Qalilan”. [Tafsir
Ibnu Abi Hatim]
As-Suddy juga berkata bahwa yang dimaksud dengan
“orang-orang yang kikir” dalam ayat :
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ
بِالْبُخْلِ
(yaitu)
orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir… [QS An-Nisa : 37]
Mereka itu adalah orang-orang yahudi, mereka kikir
untuk menyebut nama “Muhammad” SAW [Tafsir Ibnu Abi Hatim]
Begitu
pula ayat berikut :
فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ
Maka kecelakaan
yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri… [QS Al-Baqarah : 79]
Ustman
bin Affan mengemukakan hadits bahwa ayat tersebut menjelaskan orang yahudi yang
menyelewengkan taurat, mereka menambah apa yang mereka sukai dan menghapus apa
yang mereka benci dan mereka menghapus nama Muhammad dari kitab Taurat. [Kanzul
Ummal]
Adapun Asbabun Nuzul dari hadits utama di atas adalah
suatu ketika Nabi berada di pasar kemudian ada seseorang memanggil-manggil
“Wahai Abul Qasim”, Nabipun menoleh kearahnya dan orang itu berkata “ Aku
memanggil orang (lain) ini, (bukan engkau)”. Maka Nabi bersabda sebagaimana
hadits utama di atas “Berilah nama dengan namaku tapi
jangan kalian menggunakan kun-yahku (Abul Qasim) ". [HR Bukhari]
Jabir bin Abdillah Al-Anshari RA, menceritakan bahwa ada orang menghadap
kepada Nabi SAW dan ia berkata : Ya Rasulullah, Aku memiliki anak laki-laki dan
aku memberi nama kepadanya dengan nama al-Qasim. Maka orang-orang anshar berkata
kepadaku : “Aku tidak akan memanggilmu dengan kun-yah Abal Qasim dan kami tidak
akan memuliakanmu dengan sebutan (kun-yah, Abal Qasim) itu. Rasul SAW bersabda
:
أَحْسَنَتْ الْأَنْصَارُ سَمُّوا بِاسْمِي وَلَا
تَكَنَّوْا بِكُنْيَتِي فَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ
”Orang-orang anshar
itu tepat, berilah nama dengan namaku dan jangan memakai nama kun-yahku karena
akulah “Qasim” (pembagi).
Nama kun-yah adalah
nama yang berawalan “abu” atau “ummu”. Dalam hadits tersebut terdapat larangan
menggunakan Abul Qasim, Kun-yah Nabi Muhammad SAW sebagai nama panggilan
seseorang. Namun sering kita mendengar ada ulama yang berkun-yah dengan abul
qasim misalnya, Syaikh Abdurrahman bin Ishaq Abul Qasim Az-zajjaji pengarang kitab
“Akhbar” dan Abdullah bin Muhammad Abu Qasim Al-Baghawi pengarang kitab “Musnad
Usamah bin Zaid”. Mengapa demikian, tak lain karena ada hadits dari Sayyidina
Ali KW, ia pernah bertanya :
يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ وُلِدَ لِي مِنْ بَعْدِكَ
وَلَدٌ أُسَمِّيهِ بِاسْمِكَ وَأُكَنِّيهِ بِكُنْيَتِكَ
Wahai Rasulullah, Jika aku nanti memiliki
anak setelah (wafat)mu, bolehkah aku menamainya dengan namamu dan memakai
kun-yahmu?
Maka Rasul SAW menjawab :
"Ya (boleh)". [HR Abu Dawud]
Wallahu
A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menghina
simbol-simbol kemuliaan dalam agama Islam maupun agama lainnya sehingga tetap
terjaga kerukunan umat beragama di negara kita ini.
Salam
Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Ngaji
dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment