ONE DAY ONE HADITH
Dari Ammar bin Yasir RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا
ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا
Sesungguhnya seseorang selesai (dari shalat)
dan tidaklah ditulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya,
sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya,
seperempatnya, sepertiganya, setengahya. [HR
Abu Dawud]
Catatan Alvers
Berbeda dengan ibadah lain, kewajiban sholat diberikan
langsung oleh Allah tanpa perantara kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau Mi’raj.
Ini menegaskan betapa pentingnya sholat sehingga ia digelari sebagai “Amudul
Islam” (Tiang Agama) sehingga sholat juga menjadi penentu amalan sebagaimana
beliau bersabda : “Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada
hari kiamat adalah shalat”.
فَإِنْ
صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
“Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya
pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk”. [HR Thabrani
dalam Al-Mu’jam Al-Awsath]
Namun demikian sholat tidak akan mendatangkan
pahala jika tidak disertai khusu’ . Nabi SAW bersabda: Tidaklah seorang muslim
mendapati shalat wajib,
فَيُحْسِنُ
وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا
“kemudian dia melakukan wudlu`, khusyu’ dan
ruku’nya dengan baik”,
Melainkan sholat tersebut akan menjadi
penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama dia tidak melakukan dosa
besar; dan ini untuk sepanjang masa. [HR Muslim]
Bahkan dalam hadits utama di atas ditegaskan
bahwa pahala sholat sesuai kadar khusu’nya, yaitu sepersepuluh shalatnya,
sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya,
seperempatnya, sepertiganya atau setengahya.
Lantas, Apakah Khusu’ itu? Secara etimologi,
khusu’ berarti tenang, takut, “Adz-Dzull” (merasa hina) dan “Khadla’a” (tunduk patuh)
[almaany com] dan secara terminology,
Syekh Zainuddin al-Malibary mendefinisikan :
(خُشُوْعٌ بِقَلْبِهِ) بِأَنْ لَا يُحْضِرَ فِيْهِ غَيْرَ مَا هُوَ
فِيْهِ وَإِنْ تَعَلَّقَ بِالْآخِرَةِ (وَبِجَوَارِحِهِ) بِأَنْ لَا يَعْبَثَ بِأَحَدِهَا
Khusu’ dengan hatinya yaitu dengan tidak terbesit dalam hatinya selain sesuatu yang sedang ia kerjakan, meskipun itu
berhubungan dengan akhirat. Dan khusu’ dengan anggota
badannya yaitu dengan tidak bermain-main dengans alah satu anggota badannya. [Fathul Mu’in]
Maka khusu’ itu mengosongkan hati Ketika sholat dari segala macam pikiran kecuali
hanya untuk Allah, sebagaimana Nabi SAW bersabda : Apabila dia berdiri untuk
mengerjakan shalat, kemudian memuji dan mengagungkan Allah dengan pujian yang
pantas bagi Allah,
وَفَرَّغَ
قَلْبَهُ لِلَّهِ
“Dan dia mengosongkan hatinya untuk Allah,
melainkan ia akan berpisah dengan
kesalahannya sebagaimana keadaannya pada hari dilahirkan oleh ibunya. [HR
Muslim].
Khusu’ itu tidak melamun atau memikirkan
perkara diluar sholatnya. Rasulullah SAW : "Barang siapa berwudlu seperti
wudlu’ku ini lalu ia sholat dua rakaat,
لَا يُحَدِّثُ
نَفْسَهُ فِيهِمَا بِشَيْءٍ
“sedangkan ia tidak
berbicara sedikit pun dengan hatinya (selain urusan sholat)”
niscaya ia diampuni dosa-dosanya yang
lalu." [HR Bukhari]
Khusu’ itu ketenangan dalam hati yang
terpancar dalam anggota tubuh. Imam Ghazali meriwayatkan bahwa suatu ketika beliau
SAW melihat seseorang sedang memainkan jenggotnya ketika shalat. Maka beliau bersabda :
لَوْ
خَشَعَ قَلْبُ هَذَا لَخَشَعَتْ جَوَارِحُهُ
"Seandainya hatinya khusyu' maka khusyu'
pula anggota badannya. [Ihya’ Ulumuddin]
Maka hati dan badan harus sama-sama khusu’ dan tidaklah cukup hanya khusyu’
pada anggota badan saja. Sahabat Abud Darda’ RA berkata : Mintalah perlindungan kepada Allah dari “khusyu’in Nifaq” (Khusyu’nya orang
munafik). Apa itu? Abud Darda’ RA berkata :
أَنْ
تَرَى الجَسَدَ خَاشِعاً وَالقَلْبُ لَيْسَ بِخَاشِعٍ
“Jasad terlihat khusyuk, tetapi hatinya tidak.” [Syu’abul Iman]
Maka dai itu khusu’ itu mudah dalam teori namun sulit dalam prakteknya,
apalagi Rasulullah SAW bersabda :
أَوَّل
مَا يُرْفَعُ مِن هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى َلَا تَرَى فِيهَا رَجُلًا
خَاشِعًا
Yang pertama kali diangkat dari umatku adalah
khusyu’, sehingga engkau tidak akan melihat seorang pun yang khusyu’. [HR
Thabrany dalam Musnadus Syamiyyin]
Ada cara unik yang dilakukan oleh Sahabat Ammar bin Yasir RA supaya
shalatnya bisa khusu’. Diriwayatkan dalam Musykilul Atsar bahwa Ammar melakukan
shalat dengan cepat lalu ada yang menegornya dan Ammar berkata : “Apakah kau
melihatku mengurangi batasan-batasan shalat?” Orang itu menjawab: tidak. Maka
Ammar berkata :
بَادَرْتُ وَسْوَاسَ الشَّيْطَانِ
Aku terburu-buru sebelum setan datang mengganggu sholatku.
Sebab Aku mendengar, Rasul SAW bersabda : Seseorang selesai (dari shalat) dan tidaklah
ditulis (pahala) baginya, kecuali sepersepuluh shalatnya, sepersembilannya,
seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya,
sepertiganya, setengahya. [HR Abu Dawud]
Maka tidak ada cara lain melainkan kita memohon pertiolongan Allah
sebagaimana Nabi SAW berdoa :
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ
Ya, Allah. Aku berlindung kepadaMu dari hati
yang tidak khusyu’. [HR Tirmidzi]
Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk senantiasa berusaha menghadirkan
khusyu’ dalam setiap sholat sehingga sholat kita diterima oleh Allah SWT dan ia
menjadi pelebur dosa-dosa kita serta menjadi sebab diterimanya semua amal
ibadah kita.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment