ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Sa’d bin Hisyam bin ‘Amir (tabi’in),
Aisyah RA berkata :
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Akhlaknya Nabi adalah Al-Qur’an. [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Ar-Razi meriwayatkan dalam tafsir Mafatihul
Ghaib bahwa ada seseorang dari kalangan pembesar Yahudi datang kepada Umar pada
masa kekhilifahannya. Ia berkata :
أَخْبِرْنِي عَنْ
أَخْلَاقِ رَسُوْلِكُمْ
“Ceritakan kepadaku mengenai akhlak rasulmu”.
Umar berkata : “Tanyakanlah hal itu kepada
Bilal, karena ia lebih tahu daripada aku”. Berangkatlah Yahudi tadi menemui
Bilal dan ia berkata : “Ceritakan kepadaku mengenai akhlak rasulmu” Bilal berkata
: “Tanyakanlah hal itu kepada Fathimah, karena ia lebih tahu daripada aku”. Berangkatlah
Yahudi tadi menemui Fathimah dan ia berkata : “Ceritakan kepadaku mengenai
akhlak rasulmu” Fathimah berkata : “Tanyakanlah hal itu kepada Ali, karena ia
lebih tahu daripada aku”. Berangkatlah Yahudi tadi menemui Ali dan ia berkata :
“Ceritakan kepadaku mengenai akhlak rasulmu” Ali berkata : “Ceritakanlah kepadaku
mengenai keindahan harta dunia sehingga aku akan menceritakan kepadamu mengenai
akhlak rasul”. Si Yahudi tadi menjawab : “Itu bukanlah hal yang mudah”. Ali
berkata : “Engkau tidak mampu menceritakan keindahan dunia padahal Allah bersaksi
bahwa dunia itu kecil sekira Allah berfirman” :
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا
قَلِيلٌ
“Katakanlah, harta dunia itu sedikit” [QS
An-Nisa: 77]
“Maka bagaimana aku bisa menceritakan akhlak
Nabi yang mana Allah bersaksi bahwa beliau adalah pribadi yang agung sekira
Allah SWT berfirman” :
وَإِنَّكَ لَعَلَى
خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sungguh Engkau berada diatas akhlak yang
agung” [QS Al-Qalam : 4]
Dalam riwayat lain disebutkan. Abud Darda’ bertanya
kepada Aisyah mengenai Akhlak Nabi SAW. Aisyah menjawab :
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ،
يَغْضَبُ لِغَضَبِهِ، وَيَرْضَى لِرِضَاهُ
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Beliau marah
karena murkanya Al-qur’an dan beliau ridla karena ridlanya Al-qur’an. [HR Thabrani]
Al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan : Bahwasannya
Nabi SAW itu beradab dengan adab Al-qur’an, Beliau ber-akhlak dengan akhlak Al-qur’an.
Apa saja yang dipuji oleh Al-qur’an maka disitu terdapat ridla beliau dan apa
yang dicela oleh Al-qur’an maka disitu terdapat murka beliau. [Jami’ul Ulum Wal
Hikam]
Imam Nawawi menjelaskan perkataan Aisyah
bahwasannya akhlaknya Nabi adalah al-Qur’an. Imam Nawawi berkata :
اَلْعَمَلُ
بِهِ وَالْوُقُوْفُ عِنْدَ حُدُوْدِهِ وَالتَّأَدُّبُ بِآدَابِهِ وَالْاِعْتِبَارُ
بِأَمْثَالِهِ وَقِصَصِهِ وَتَدَبُّرُهُ وَحُسْنُ تِلَاوَتِهِ
Beliau mengamalkan isi Al-Qur’an,
memperhatikan hukum-hukumnya, beradab dengan adabnya, mengambil pelajaran dari
metafor dan kisah-kisah di dalamnya, serta merenungkan maknanya dan membaguskan
bacaannya. [Syarah Muslim]
Ada pertanyaan yang sama diajukan kepada
Aisyah. Sa’d bin Hisyam bin ‘Amir bertanya kepada Aisyah mengenai Akhlak Nabi
SAW. Aisyah menjawab :
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ
عَظِيمٍ
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an. Tidakkah
engkau membaca al-Quran firman Allah Azza wajalla “Sungguh engkau berada pada
akhlak yang agung”
Aku ingin melakukan “Tabattul” (beribadah
dengan sungguh-sungguh hingga tidak menikah). Aisyah berkata : Jangan lakukan
hal itu. Tidakkah engkau membaca firman Allah “Sungguh terdapat tauladan yang
baik dalam diri Rasulillah untuk kalian”. Beliau menikah dan memiliki anak.
[HR Ahmad]
Dan jawaban Aisyah lebih jelas terdapat dalam
riwayat berikut. Yazib bin Babanus bertanya kepada Aisyah mengenai Akhlak Nabi
SAW. Aisyah menjawab : Bacalah Al-Qur’an Surat Al-Mukminun. Iapun membacanya
hingga sampai pada ayat yang ke sepuluh. Ketika sampai di ayat tersebut maka Aisyah
berkata :
هَكَذَا كَانَ خُلُقُهُ
Seperti itulah Akhlak beliau. [HR Baihaqi]
Berikut adalah terjemah Al-Qur’an Surat
Al-Mukminun ayat ke satu hingga yang ke sepuluh. 1. Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
terceIa. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. 8. Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang yang
memelihara sembahyangnya. 10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi(Surga
Firdaus).
10 ayat tersebut memiliki keistimewaan
sebagaimana diriwayatkan dalam tafsir Ibnu Katsir dari Umar bin Khattab RA, Rasul
SAW bersabda :
لَقَدْ أُنْزِلَتْ
عَلَيَّ عَشْرُ آيَاتٍ مَنْ أَقَامَهُنَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Telah diturunkan
kepadaku 10 ayat. Barangsiapa yang mengamalkannya maka ia akan masuk surga.
(Lalu beliau membaca QS Al-Mukminun ayat 1-10) [Tafsir Al-Qur’anil Adzim]
Kalau boleh saya simpulkan bahwa dalam ayat
tersebut terdapat 3 dimensi utama dalam akhlakul karimah. Pertama, akhlak
kepada Tuhan, Allah yaitu melakukan shalat dengan khusu’ dan menjaganya. Kedua,
akhlak kepada diri sendiri yaitu menjaga kemaluan dan menjauhi hal yang tidak berguna.
Ketiga akhlak kepada orang lain yaitu membantu mereka dengan memberi zakat dan
tidak mencelakai orang lain dengan menunaikan amanat dan tidak berkhianat.
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk meneladani akhlak Nabi SAW baik akhlak kepada Allah,
akhlak kepada diri sendiri maupun akhlak kepada orang lain.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment