ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Nabi
SAW bersabda :
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ
الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia ini adalah perhiasan. Dan
perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR
Muslim]
Catatan Alvers
Fitrah setiap pria adalah menyukai wanita. Allah
SWT berfirman :
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita… [QS Ali Imran : 14]
Semua pria normal akan menyukai wanita tak terkecuali Rasul SAW. Rasul
SAW bersabda :
إِنَّمَا
حُبِّبَ إِلِيَّ مِنْ دُنْيَاكُمُ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ
عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
“Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian ; wanita-wanita dan
wewangian serta dijadikannya penyejuk hatiku dalam shalat” [HR Baihaqi]
Wanita, parfum dan
shalat. Dari tiga perkara itu, dua yang pertama adalah berlaku untuk kebanyakan
manusia namun tidak untuk yang ketiga. Secara fitrah lelaki akan lebih tertarik
kepada wanita yang
cantik. Hal ini sebagaimana Rasul menjelaskan kecondongan manusia dalam
menikah. Beliau bersabda :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا
وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا
Wanita itu (biasanya
terpilih untuk) dinikahi karena empat hal yaitu karena
hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. [HR Bukhari]
Istri yang cantik akan berpotensi
lebih besar untuk menjadikan suami senang ketika memandangnya. Dan ini merupakan
salah satu unsur yang menjadikan istri sebagai wanita shalihah yang disabdakan
oleh Nabi SAW pada hadits utama di atas : “Dunia
ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita
shalihah.” [HR
Muslim]
As-sindy berkata :
قَوْلُهُ
مَتَاعٌ أَيْ مَحَلٌّ لِلْاِسْتِمْتَاعِ
Sabda Nabi “perhiasan” dalam
hadits itu maksudnya adalah tempat untuk bersenang-senang. [Hasyiyah As-Sindy]
Al-Qurtubi berkata : Wanita
shalihah dalam hadits tersebut dijelaskan dalam sabda Nabi yang lain yaitu :
اَلَّتِي
إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ
عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ
Wanita yang tatkala suami memandangnya maka ia
membahagiakannya, jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya, dan ketika
suami pergi maka ia bisa menjaga diri sendiri dan harta saumi. [Tathriz Riyadis
Shalihin]
Rasul SAW sendiri memuji
sang istri, sayyidah Aisyah yang berkulit putih dengan memanggilnya “Humaira”. Diriwayatkan bahwa suatu ketika orang-orang
Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu
Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah :
يَا حُمَيْرَاءُ
أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ
“Wahai Humaira,
apakah engkau mau melihat mereka?”
Lalu Aisyah
menjawab, “Iya.” Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku
letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi
beliau.” [HR An-Nasa’i]
Ibnu Mandzur berkata :
كاَنَ
يَقُولُ لَهَا أَحْيَاناً تَصْغِيْرُ الْحَمْرَاءِ يُرِيْدُ الْبَيْضَاءَ
Rasulullah terkadang memanggil Aisyah dengan sebutan “Humaira” yang
merupakan bentuk tasghir dari kata “Al-Hamra” (merah) yang dimaksud beliau
adalah wanita yang berkulit putih. [Lisanul Arab]
Mengapa Humaira (merah) bermakna putih? Al-Asqalany menyebutkan :
وَالْعَرَبُ
تُطْلِقُ عَلَى الْأَبْيَضِ الْأَحْمَرَ كَرَاهَةَ اسْمِ الْبَيَاضِ لِكَوْنِهِ
يُشْبِهُ الْبَرَصَ ، وَلِهَذَا كَانَ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لِعَائِشَةَ
يَا حُمَيْرَاءُ
Orang Arab menyebut (kulit yang) putih dengan kata “Ahmar” (merah)
karena mereka tidak menyukai sebutan putih sebab putih itu serupa dengan
putihnya barash (penyakit belang). Maka dari itu Rasul memanggil Aisyah dengan
“Ya Humaira”. [Fathul Bari]
Dengan demikian, jika istri memakai make
up dan skincare supaya tampil cantik di hadapan suami sehingga suami senang saat
memandangnya, bukan untuk pamer kecantikan atau kesombongan maka hal itu adalah perbuatan terpuji. Istri
yang shalihah akan menjaga penampilannya untuk suami agar tetap terlihat cantik
dan menarik. Umamah Bintul Harits berpesan kepada putrinya ketika menikah :
يَا بُنَيَّةُ
... فَلَا تَقَعْ عَيْنَاهُ مِنْكِ عَلَى قَبِيْحٍ ، وَلَا يَشُمَّ أَنْفُهُ مِنْكِ
إِلَّا أَطْيَبَ الرِّيْحِ
Wahai putriku, jangan sampai
padangan suamimu melihat sesuatu yang jelek darimu, dan jangan pula hidungnya
mencium darimu melainkan bau yang wangi. [Jamharatul Amtsal]
Dan sebaliknya, suami juga
harus berpenampilan baik. Ibnu Abbas RA berkata :
أُحِبُّ
أَنْ أَتَزَيَّنَ لِلْمَرْأَةِ كَمَا أَحَبَّ أَنْ تَتَزَيَّنَ لِي
Aku senang berhias untuk istriku sebagaimana aku
senang istriku berhias untukku. [Tafsir At-Thabari]
Kalau dalam hadits utama disabdakan “perhiasan dunia yang paling baik
adalah wanita shalihah” maka ingat Rasul SAW juga bersabda
:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا اَلزَّوْجُ
الصَّالِحُ
Dunia dalah perhiasan dan perhiasan terbaiknya adalah suami yang shalih.
[HR Thabrani]
Dan yang tak boleh terlewatkan,
mempercantik wajah jangan sampai melupakan mempercantik akhlak, bahkan hal itu
yang lebih penting sehingga Nabi menambahkan “jika suami memerintahnya
maka ia mentaatinya”. Dan Nabi SAW mengajarkan
doa :
اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي
Ya Allah, sebagaimana Engkau
baguskan fisikku, maka baguskanlah akhlakku." [Al-Adzkar lin Nawawi]
Wahai para istri, tampillah di hadapan suami
dengan mode cantik maksimal. Jangan lupa, jika bibir pakai lipstik maka hiasi pula bibir dengan kata
kata lembut. Jika pipi sudah pakai blush
on maka hiasi pula pipi dengan lesung pipi seyum. Jika mata dihiasi dengan
celak maka jadikan mata dengan pandangan cinta dan memuliakan. Jika jari jemari
sudah dihiasi hena maka hiasi pula jari itu dengan sentuhan lembut.
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjaga penampilan kita di hadapan pasangan sehingga keluarga tetap harmonis dan samara.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada
semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin
amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._
[At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment