ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah
RA, Nabi SAW bersabda :
إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ
عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الأُمَّهَاتِ وَوَأْدَ البَنَاتِ...
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas
kalian ; durhaka kepada ibu dan memendam anak-anak perempuan hidup-hidup.” [HR
Bukhari]
Catatan Alvers
Ada seorang ibu hamil yang mengandung
untuk kali ke lima. Keempat anak sebelumnya adalah perempuan semua. Ibu ini
bertekad untuk hamil lagi dan tidak berhenti sebelum ia memiliki anak laki-laki.
Selama masa kehamilan ia senantiasa berharap agar janin yang dikandungnya adalah
kali-laki. Iapun sengaja tidak melakukan USG karena khawatir hasilnya tidak
sesuai harapan. Ketika proses kelahiran, setelah ia mengalami susah payah maka sang
bayi berhasil dilahirkan dengan selamat. Sang ibu itupun segera bertanya kepada
bidan mengenai jenis kelamin sang bayi. Sang bidan memberi selamat karena bayi
lahir dengan sehat dan selamat lalu bidan memberitahukan bahwa bayinya adalah
perempuan. Mendengar jawaban ini sang ibu langsung lemas lunglai karena bayi
yang lahir tidak sesuai harapannya. Bayipun seakan-akan tidak dikehendaki lahir
oleh sang ibu bahkan keluarga.
Kemalangan ini terjadi dikarenakan ibu
atau bapak membeda-bedakan jenis kelamin anak padahal jenis kelamin anak yang
akan dilahirkan itu tidak bisa ditentukan oleh mereka karena yang menentukannya
adalah Allah SWT. Bersusah hati dengan lahirnya anak perempuan itu berarti
tidak menerima hadiah dari Allah SWT dengan tulus ikhlas. Maka dari itulah
seyogyanya bapak ibu tidak menitik beratkan kepada jenis kelamin anak yang akan
dilahirkan. Cukuplah keberadaan sang bayi lahir dengan selamat dan ibunya pun juga
dalam keadaan selamat dan sehat sebagai motivasi keluarga bersyukur kepada
Allah SWT.
Mengantisipasi hal ini, Imam Ghazali menjelaskan
bahwa ada lima tatakrama ketika memiliki anak di antaranya adalah :
أَنْ لَا يُكْثِرَ فَرَحَهُ بِالذَّكَرِ
وَحُزْنَهُ بِالْأُنْثَى، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي الْخَيْرَةَ لَهُ فِي أَيِّهِمَا
Hendaknya
sang ayah tidak lebih bergembira dengan memiliki anak laki-laki dan lebih bersedih
jika dikaruniai anak perempuan karena ia tidak tahu kebaikan itu nantinya ada pada
anak laki-laki ataukah perempuan. [Ihya]
Bersusah
hati dengan memiliki anak perempuan adalah perbuatan jahiliyah. Allah SWT berfirman
:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى
ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ
“Dan apabila
seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah
(merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah”. [QS An-Nahl :
58]
Orang jahiliyah sangat tidak menyukai
anak perempuan bahkan mereka beranggapan bahwa memiliki anak perempuan dianggap
sebagai aib dan kehinaan. Dalam lanjutan ayat disebutkan :
يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ
سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا
سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah
buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. [QS An-Nahl : 59]
Karena
saking dari malunya mereka memiliki anak perempuan maka orang jahiliyah dahulu
memendam bayi perempuan mereka dalam keadaan hidup atau yang dikenal dengan
istilah “Wa’dul Banat”. Ibnu Hajar Al-Asqalany menjelaskan
bahwa tradisi membunuh anak perempuan tersebut pertama kali dilakukan oleh seseorang
yang bernama Qays bin Ashim At-Tamimy. Suatu ketika ada musuh menyerangnya dan
berhasil mengambil putrinya sebagai tawanan kemudian dinikahinya. Setelah
beberapa lama terjadilah perdamaian di antara mereka. Sang putri tadi disuruh
memilih antara kembali ke ayahnya atau ia tetap hidup bersama suaminya lalu
sang putri tanpa diduga memilih tetap hidup bersama suaminya yang tak lain
adalah (mantan) musuh ayahnya. Sang Ayahpun murka dan merasa dipermalukan oleh
putrinya sendiri maka sejak saat itu sang ayah yaitu Qays bersumpah jika sampai
punya anak perempuan lagi maka ia akan menguburnya hidup-hidup. Lalu perbuatan
ini menjadi tradisi turun temurun dikalangan orang-orang arab jahiliyah. [Fathul
Bari]
Ada dua cara yang dilakukan oleh orang
jahiliyah untuk Wa’dul Banat. Pertama, sang ayah menggali lubang di suatu
tempat kemudian ia menyuruh istrinya ketika hendak melahirkan agar mendekat
pada lubang tersebut. Ketika bayi keluar dan dilihat bahwa bayinya adalah
perempuan maka sang ayah langsung membuangnya kedalam lubang dan segera
memendamnya hidup-hidup. Jika bayinya laki-laki maka ia akan merawatnya.
Cara kedua adalah menunggu sampai anak perempuan
berusia enam tahun. Ketika sampai waktunya maka Ibu memakaikan pakaian yang
bagus kepada anak perempuan itu untuk dibawa pergi ayahnya (dengan alasan akan berkunjung
ke rumah kerabat). Sebelumnya sang ayah telah menyiapkan lubang di satu tempat.
Ketika sampai di sana maka sang ayah berhenti lalu memerintahkan anak perempuan
itu melihat isi lubang tersebut. Dan saat itulah secara tiba-tiba sang ayah
mendorong tubuh anak perempuan dari belakang hingga ia jatuh ke dalam lubang dan
sang ayahpun segera menimbunnya dengan tanah dan pasir. [Dalilus Sailin]
Tidak berhenti disitu, mereka juga
membenci istri yang melahirkan anak perempuan. Abu Hamzah Ad-Dlabby menikah dendan
seorang wanita yang melahirkan beberapa anak perempuan dan tidak melahirkan
anak laki-laki. Karena alasan ingin punya anak laki-laki maka Abu Hamzah menikah
lagi dengan wanita lainnya dan iapun dikaruniai anak laki-laki. Dan sejak itu,
Abu hamzah meninggalkan istri pertamanya. Dan pada suatu hari, Istri pertama
bertemu dengan Abu Hamzah lalu ia mengungkapkan isi hatinya dalam sya’ir. “Kenapa
Abu hamzah tidak mendatangiku dan ia memilih masuk rumah lainnya. Ia marah
karena aku tidak melahirkan anak laki-laki. Demi Allah, melahirkan anak
perempuan bukanlah aib bagiku, Karena
... ”.
فَنَحْنُ كَاْلأَرْضِ لِزَارِعِيْنَا :: نُنْبِتُ مَا
قَدْ وُضِعَ فِيْنَا
“Kami
(wanita) seperti tanah sawah bagi petani. Kami menumbuhkan tanaman yang berasal
dari benih yang telah ditaburnya”. [Dalilus Sailin]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari
membuka hati dan fikiran kita untuk menyayangi anak-anak kita, baik
laki-laki maupun perempuan sebagai anugerah dari Allah yang tidak semua orang
mendapatkannya.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat
Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan
Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi
berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment