Thursday, May 16, 2024

BAPAK DURHAKA

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

"Setiap anak terlahir dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Viral di medos, seorang lansia asal surabaya yang menderita stroke dilimpahkan oleh kedua anaknya sendiri ke sebuah Panti Jompo di Malang jatim. Pihak panti lalu menjemput sang bapak dengan kondisi diterlantarkan dengan menumpang di rumah kerabatnya di Rusunawa. Mirisnya sang anak berpesan kepada panti “Kalau ayah saya meninggal, saya tidak usah dikabari. Langsung dikubur saja”.  Sang anak mengaku sakit hati karena sejak kecil tak dapat perhatian seorang ayah. Panti menggolongkan bapak tersebut sebagai lansia terbuang. (12/24) [tribunnews com] Kisah bapak itupun viral di media sosial dan menyita perhatian warganet. Banyak warganet yang pro kontra dengan keputusan dua anak kandung tersebut. Benarlah kata pepatah : “satu ibu bisa mengasuh 10 anak, tapi 10 anak belum tentu mampu mengasuh satu ibu”. Terlepas dari apa yang menjadi latar belakangnya mari kita doakan semoga anak-anaknya dibukakan pintu hati agar bisa berbakti dengan merawat bapaknya dengan baik.

 

Mengapa anak tumbuh dewasa menjadi anak durhaka? Anak durhaka boleh jadi sebagai wujud pembalasan anak atas perlakuan orang tua kepada anaknya ketika  ia masih kecil. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah pernah mengisahkan seorang anak yang durhaka kepada ayahnya dan ketika ditanya oleh sang bapak mengenai penyebabnya, ia menjawab :

يَا أَبَتِ إِنَّكَ عَقَقْتَنِي صَغِيرًا فَعَقَقْتُكَ كَبِيرًا وَأَضَعْتَنِي وَلِيْدًا فَأَضَعْتُكَ شَيْخًا

Wahai ayahku, sesungguhnya engkau telah berbuat durhaka kepadaku ketika aku masih kecil maka aku durhaka kepadamu ketika aku besar. Engkau menyia-nyiakan aku ketika aku kecil dan akupun menyia-nyiakanmu ketika engkau tua. [Tuhfatul Mawdud fi Ahkamil mawlud]

 

Ada juga kemungkinan anak menjadi durhaka karena orang tuanya dahulu juga durhaka kepada orangtuanya. Dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah “Kwalat”. Tsabit Al-Bunani (Tabi’in) bercerita : “Ada seorang lelaki memukul ayahnya di satu tempat umum. Orang-orang di sana sama-sama mencegah sang anak agar ia tidak memukuli ayahnya namun ayahnya menyuruh orang-orang di sana agar membiarkan anaknya memukulinya. Lalu dia menjelaskan alasannya. Dahulu di tempat ini juga aku memukul ayahku maka aku sekarang diuji dengan anakku yang memukuli aku.

هَذَا بِذَاكَ ، وَلَا لَوْمَ عَلَيْهِ

Ini adalah balasan dari perbuatan jelekku dan dia tidak patut disalahkan!”. [Tanbihul Ghafilin]

 

Anak sebagaimana dijelaskan oleh Nabi SAW pada hadits utama di atas, adalah terlahir dalam keadaan fithrah, suci. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi. [HR Bukhari] dan Al-Qadhi Abu Bakar Ibnul Araby berkata :

إِنَّ الصَّبِيَّ أَمَانَةٌ عِنْدَ وَالِدَيْهِ ، وَقَلْبُهُ الطَّاهِرُ جَوْهَرَةٌ نَفِيْسَةٌ سَاذِجَةٌ خَالِيَةٌ عَنْ كُلِّ نَقْشٍ وَصُوْرَةٍ

“Anak kecil adalah titipan (Allah) kepada ke dua orangnya. Hatinya yang masih suci itu layaknya permata yang mahal yang masih putih dan bersih dari ukiran dan gambar”.

Ia bisa diukir dengan gambar apa saja dan bisa arahkan kemana saja. Jika ortu membiasakannya melakukan kebaikan dan mengajarkannya maka ia akan tumbuh besar dengan kebaikan tersebut dan akan bahagia dunia akhirat. Orang tua, pendidik dan guru juga akan mendapat bagian pahala dari kebaikan yang dilakukannya. Namun jika ortu membiasakan anak melakukan kejelekan dan membiarkannya maka ia akan celaka dan binasa. Ortu dan wali juga akan menanggung dosa dari setiap kejelekannya. [Al-Mawsuah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah]

 

Maka orang tua wajib memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Sayyidina Ali menafsiri perintah Allah SWT untuk menjaga keluarga dari api neraka pada firman-Nya:

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 

Jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka. [QS At-Tahrim : 6]

dengan menjelaskan juknis (petunjuk teknisnya) yaitu :

عَلِّمُوْهُمْ، وَأَدِّبوُهُمْ

Ajarkanlah kepada mereka (anak dan istri kalian) ; ilmu agama dan tata krama. [Tafsir Ta-Thabari]

 

Anak yang tumbuh dewasa dalam kondisi tidak mengetahui tata krama dan ilmu agama maka akan rentan menjadi anak durhaka. Ada seorang ulama dari samarkand ia mengisahkan bahwa suatu ketia ia didatangi oleh seorang bapak-bapak. Ia mengadukan bahwa dirinya telah dipukul oleh anaknya sendiri. Ulama bertanya :

هَلْ عَلَّمْتَهُ الْأَدَبَ وَالْعِلْمَ

“apakah engkau telah mengajarkan kepadanya tata krama dan ilmu?”

Ia menjawab : tidak. Ulama bertanya : apakah engkau telah mengajarkan kepadanya Al-Qur’an? Ia menjawab : tidak. Lantas apa kesibukannya? Ia menjawab : bercocok tanam. Ulama berkata : “Boleh jadi di pagi hari  ketika ia hendak pergi ke sawah dengan naik himar sedang di depannya ada sapi-sapi dan di belakangnya ada anjing (penjaga). Karena ia tidak pandai membaca Qur’an maka ia mendendangkan lagu. Dan ketika saat itu engkau mendekatinya maka ia menyangka engkau adalah sapi, (sehingga ia memukulmu). Untunglah kepalamu tidak hancur”. [Tanbihul Ghafilin]

 

Kisah lain terjadi pada zaman khalifah Umar RA. Ada seorang lelaki membawa putranya menghadap kepada khalifah untuk mengadukan sang putra yang durhaka kepadanya.  Sang anak bertanya kepada khalifah : “Apakah anak memiliki hak atas ayahnya?”. Khalifah menjawab: Iya, yaitu Memilih ibu yang baik, memberi nama yang baik dan mengajarkan Al-Quran kepada anaknya. Sang anak berkata : “Wahai amirul mukminin. Ayahku tidak melakukan semua itu, Ibuku adalah wanita negro (zanjiyah) budak milik seorang majusi, ia memberi nama kepadaku dengan nama “Ju’lan” (kumbang), dan ia tidak mengajariku Al-qur’an walaupun sekedar satu huruf “.

Khalifah menoleh kepada sang ayah dan berkata :

جِئْتَ إِلَيَّ تَشْكُو عُقُوْقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يَعُقَّكَ وَأَسَأْتَ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُسِيْءَ إِلَيْكَ

Engkau datang kepadaku untuk mengadukan kedurhakaan anakmu sementara engkau terlebih dahulu durhaka kepadanya sebelum ia durhaka kepadamu. Dan engkau terlebih dahulu berbuat jelek kepada anakmu sebelum ia berbuat jelek kepadamu. [Abdullah Nashih, Tarbiyatul Awald fil islam / Majallatul Jamiatil Islamiyyah bin madinah Al-Munawwarah]

 

Di samping mengajarkan, tentunya orang tua juga harus memberi contoh dalam hal kebaikan. Kata pepatah “ Buah akan jatuh tak jauh dari pohonnya”. Dalam lanjutan hadits utama di atas, Nabi menjelaskan bahwa kondisi anak tidak akan jauh dari kondisi bapaknya. Nabi SAW bersabda :

كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

Sebagaimana binatang ternak yang sempurna akan melahirkan binatang ternak yang sempurna pula. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?". [HR Bukhari]

 

Selanjutnya, orang tua sebaiknya menolong anaknya agar ia menjadi anak yang berbakti sebagaimana dalam hadits disebutkan :

رَحِمَ اللهُ وَالِدًا أَعَانَ وَلَدَهُ عَلَى بِرِّهِ

Allah SWT merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk birrul walidayn (berbakti kepada orang tuanya) [HR Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf]

 

Bagaimana caranya? Al-Faqih abu al-Laits menjelaskan : Orang tua tidak banyak menyuruh-nyuruh anaknya yang kemungkinan berakibat anak tersebut enggan melaksanakan sebagian besar perintah orangtua dan selanjutnya hal itu akan menyebabkan konsekwensi anak tadi berstatus durhaka. Dengan tidak menyuruh-nyuruh anak, maka orangtua telah menjauhkan anak dari kedurhakaan kepada orang tua. Ada seorang salaf sholeh (bernama khalaf bin ayyub) ia tidak pernah menyuruh anaknya untuk memenuhi kebutuhannya. Jika ia perlu sesuatu maka ia menyuruh orang lain untuk mengerjakannya. Ketika ia ditanya mengenai hal ini maka ia menjawab : Aku khawatir jika aku menyuruh anakku kemudian ia tidak melakukannya maka anakku menjadi anak durhaka dan masuk neraka, aku tidak mau itu terjadi. Makanya lebih baik aku menyuruh orang lain saja untuk membantuku. [Tanbihul Ghafilin]

 

Jika semua kewajiban dan kiat sudah dilakukan oleh orang tua namun takdir berkata lain maka boleh jadi ini adalah kehendak Allah untuk menghapuskan dosa orang tua atau menambahkan banyak pahala kepadanya. Maka hendaknya orang tua tetap bersabar, dan tetap optimis dalam setiap usaha dan doanya.

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus berbakti kepada kedua orang tua sehingga anak-anak kita juga menjadi anak-anak yang berbakti kepada kita selaku orang tua mereka.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.


0 komentar:

Post a Comment