Monday, September 23, 2024

TEPATILAH JANJI WALAUPUN BERAT

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :  

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

"Tanda-tanda munafiq ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat". [HR Bukhari]

Catatan Alvers

 

Imam Ghazali berkata : “Mulut sangat mudah melontarkan janji namun hati sangat berat untuk menepatinya. Maka terjadilah janji yang tak ditepati” [Ihya Ulumiddin] Perkataan beliau sangatlah realistis di zaman itu dan terlebih di zaman akhir sekarang ini tentunya akan lebih parah lagi sehingga banyak orang menjadi malas bahkan berputus asa untuk menagih realisasi sebuah janji.

 

Kalau hutang harus dibayar maka janji juga harus ditunaikan bahkan dalam hadits disebutkan :

اَلْوَأْيُ مِثْلُ الدَّيْنِ أَوْ أَفْضَلُ

Janji itu seperti hutang atau bahkan lebih utama (untuk ditunaikan). [HR Ibnu Abid Dunya]

 

Tidak menepati janji merupakan sepertiga tanda dari kemunafikan sebagaimana hadits utama di atas bahkan dalam riwayat lain Rasul SAW bersabda :

وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ

(orang tersebut menjadi munafik) meskipun ia menunaikan puasa, shalat dan ia menyangka bahwa dirinya adalah muslim. [HR Muslim]

 

Munafik (Nifaq) merupakan status yang tercela. Inipula yang dikhawatirkan oleh Abdullah Bin Amr bin Al-Ash RA menjelang wafatnya. Pernah ada seorang pemuda dari Quraisy meminang putrinya lalu Abdullah tidak sungguh-sungguh menerimanya sehingga ia berjanji dengan setengah-setengah (Syibhul Wa’di).  Namun demikian, ia berkata :

فَوَاللَّهِ لَا أَلْقَى اللهَ بِثُلُثِ النِّفَاقِ! أُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ زَوَّجْتُهُ اِبْنَتِي

“Demi Allah, Aku tidak akan bertemu dengan Allah dengan status sepertiga sifat munafik. Saksikanlah bahwa aku telah menikahkan putriku dengannya”.[ Ihya Ulumiddin]

 

Dan sebaliknya, menepati janji merupakan perangai yang terpuji. Di dalam Al-Qur’an Allah memuji Nabi Ismail dengan perilaku menepati janji. Allah SWT berfirman :

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا

Ceritakanlah (Nabi Muhammad, kisah) Ismail di dalam Kitab (Al-Qur’an). Sesungguhnya dia adalah orang yang benar janjinya, dan Ia adalah seorang rasul, dan nabi. [QS Maryam : 54]

 

Al-Qurtubi berpendapat bahwa hal ini dikarenakan adanya riwayat yang menyatakan :

إِنَّ إِسْمَاعِيْلَ لَمْ يَعِدْ شَيْئاً إِلَّا وَفَّى بِهِ

Sesungguhnya Ismail tidak pernah berjanji tentang sesuatu kecuali ia memenuhinya. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Diriwayatkan bahwasannya Nabi Ismail memiliki janji dengan seseorang untuk bertemu di satu tempat. Pada hari yang dijanjikan Nabi Ismail menunggunya namun orang tersebut tidak juga datang. Nabi Ismailpun menunggunya hingga 22 Hari sampai orang tersebut datang karena lupa. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Kisah serupa juga pernah menimpa Rasul SAW. Abdullah bin Abil Hamsa’ pernah menjual sesuatu kepada Baginda Nabi SAW dan ada sisa uang kembalian yang dijanjikan oleh Abdullah kepada Nabi yang akan diberikannya besok di tempat yang sama. Namun Abdullah lupa akan janjinya sehingga pada hari ketiga ia baru teringat dan iapun bergegas menuju tempat perjanjian itu dan ternyata Nabi SAW telah menunggunya dan beliau bersabda:

يَا فَتًى لَقَدْ شَقَقْتَ عَلَيَّ أَنَا هَاهُنَا مُنْذُ ثَلَاثٍ أَنْتَظِرُكَ

“Wahai pemuda, sungguh engkau telah merepotkanku. Aku menunggumu di sini sejak tiga hari yang lalu”. [HR Abu Dawud]

Syeikh Syaraful Haq berkata : Penantian Rasul SAW tersebut merupakan wujud dari kesungguhan beliau dalam menepati janji, bukan karena faktor mengambil uang kembalian. [Awnul Ma’bud]

 

Menepati janji merupakan satu kewajiban sehingga tidak ada pilihan lain selain memprioritaskan janji. Satu ketika Siti Fatimah mendengar bahwa Rasul SAW memiliki budak baru sehingga ia bermaksud untuk memintanya agar bisa diperbantukan dalam urusan dapur di rumahnya. Siti Fatimahpun memperlihatkan kepada sang Ayah akan tangannya yang lemah lembut menjadi kapalan karena sering memutar batu gilingan gandum sendiri. Meskipun sangat besar iba dan belas kasihan kepada putri tercinta, namun beliau tidak memberikan budak tersebut kepada Fatimah karena terlanjur ada janji memberikan budak tersebut kepada Abul Haytsam Ibnu At-Tayyihan. Beliau bersabda :

كَيْفَ بِمَوْعِدِي لِأَبِي الْهَيْثَمِ؟

“Lantas bagaimana dengan janjiku kepada Abul Haytsam?  (jika aku memberikan budak itu padamu).” [Ihya Ulumiddin]

 

Menepati janji itu sangatlah berat apalagi jika janjinya berupa pemberian yang sangat banyak. Namun demikian seberat-berat menepati janji tentu lebih berat ancaman hukuman Allah bagi orang munafik yang tak menepati janji. Allah SWt berfirman :

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًا

"Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." [QS An-Nisa : 145]

 

Rasul SAW mengajarkan kepada kita bahwa menunaikan janji pemberian seberat apapaun masih kalah berat  dengan apa yang diberikan oleh Nabi Musa AS. Suatu ketika Rasul SAW sedang membagi-bagikan harta ghanimah perang Hunain, terdapat seorang laki-laki menagih janji pemberian dari Rasul SAW. Beliau menyanggupinya dan bertanya apa yang ia minta. Orang itu berkata :

أَحْتَكِمُ ثَمَانِيْنَ ضَائِنَةً وَرَاعِيَهَا

“Aku meminta 80 ekor kambing betina dan seorang penggembalanya”.

Rasul memberikan apa yang ia minta lalu bersabda : permintaanmu itu lebih sedikit dibanding dengan permintaan wanita tua kepada Nabi Musa ketika ia berhasil menunjukkan lokasi kuburan Nabi Yusuf. [Ihya Ulumiddin]

 

Memang apa yang diminta wanita itu sehingga 80 ekor kambing dan penggembalanya terhitung sedikit jika bibanding dengan permintaan wanita tersebut? Begini kisahnya.

Suatu ketika Nabi Musa mencari-cari kuburan Nabi Yusuf tapi tidak juga diketemukan. Hingga satu ketika ada kabar bahwa ada wanita tua mesir yang berasal dari kaum Qibthy yang dahulu pernah mengetahui keberadaan kuburan Nabi Yusuf. Nabi Musa lalu menjumpainya dan menyanggupi akan memberikan apapun yang diminta asalkan wanita itu mau menunjukkan keberadaan Jasad Nabi Yusuf. Wanita itu memiliki permintaan yang tak main-main. Ia berkata :

حُكْمِي أَنْ تَرُدَّنِي شَابَّةً وَأَدْخُلَ مَعَكَ الْجَنَّةَ

“Aku meminta agar engkau mengembalikan aku menjadi muda lagi dan agar aku bisa masuk surga bersamamu”.

 

Nabi Musa berjanji akan memenuhi permintaannya sehingga wanita itu menunjuk ke arah sungai nil. Nabi Musa mengarahkan tongkatnya ke arah sungai lalu seketika itu sungaipun surut sehingga terlihatlah peti mati Nabi Yusuf. Peti tersebut kemudian dibawa oleh Nabi Musa ke Baytul Maqdis untuk dikuburkan di dekat area pekuburan para nabi sebelumnya.

 

Karena wanita itu telah berhasil menunjukkannya maka Nabi Musa memenuhi janjinya. Ia berdoa kepada Allah lalu seketika wanita tua itu menjadi muda dan cantik seperti dahulu pada saat gadisnya kemudian Nabi musa juga meminta kepada Allah agar kelak wanita itu dimasukkan surga bersama-sama Nabi Musa dan Allahpun memenuhi permintaan tersebut. [Ithafus Sadatil Muttaqin]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menepati janji seberat apapun sehingga kita terhindar dari sifat munafik karena seberat-berat menepati janji masih jauh lebih berat hukuman mengingkari janji.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW  menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah kita semua.

0 komentar:

Post a Comment