ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abu Musa RA, Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ هَذِهِ النَّارَ إِنَّمَا هِيَ عَدُوٌّ لَكُمْ فَإِذَا
نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ
“Sesungguhnya api
itu adalah musuh kalian maka padamkanlah api jika kalian hendak tidur. [HR
Bukhari]
Catatan Alvers
Kebakaran yang
melanda Los Angeles yang dikenal sebagai tempat tinggal para artis papan atas
dengan rumah yang menjulang tinggi pada (7/1/2025) menarik perhatian dunia
karena luasnya lahan dan bangunan yang terbakar. Diduga dipicu oleh hembusan
angin santa ana dan periode kering. Tercatat, ada belasan korban jiwa dan
puluhan ribu orang yang terpaksa mengungsi. [detik com]
Terlepas dari
kebakaran dahsyat tersebut, maka kebakaran bisa terjadi di negara manapun dan
kapanpun dengan skala yang berbeda-beda. Bahkan kebakaran pernah terjadi
menimpa satu rumah pada malam hari di Madinah di zaman Nabi SAW. Lalu
orang-orang berbicara mengenai kebakaran tersebut dan Nabi bersabda dengan
hadits utama di atas : “Sesungguhnya api itu adalah musuh kalian maka
padamkanlah api jika kalian hendak tidur”. [HR Bukhari]
Setiap kita pasti
tidak berharap mengalami kebakaran bahkan Rasul-pun demikian sehingga beliau
berlindung kepada Allah dari kebakaran. Beliau berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ التَّرَدِّي وَالْهَدْمِ
وَالْغَرَقِ وَالْحَرِيقِ
“Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari jatuh dari tempat tinggi, tertimpa
reruntuhan, tenggelam dan dari kebakaran. [HR An-Nasa’i]
Rasul SAW juga
mengajarkan satu doa agar kita terhindar dari kebakaran. Imam Nawawi
mengemukakan satu riwayat dimana ada seorang datang kepada Abud Darda dan
berkata : “Sungguh rumahmu terbakar”. Abud Darda berkata : Rumahku tidak akan
terbakar karena aku tahu Allah tidak akan meimpakan hal itu sebab beberapa
kalimat doa yang aku dapat dari Rasul SAW. Barang siapa yang membacanya di pagi
hari maka tidak akan tertimpa musibah sehingga sore hari dan Barang siapa yang
membacanya di sore hari maka tidak akan tertimpa musibah sehingga pagi hari.
Doa itu adalah :
اللهم أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ عَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ
وَأَنْتَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ مَا
شَاءَ اللهُ كَانَ ، وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ
إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ ، أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ ، وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا ، اَللهم إِنِّي
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي ، وَمِنْ شَرِّ كُلِّ دَابَّةٍ أَنْتَ آخِذٌ
بِنَاصِيَّتِهَا ، إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
Ya Allah Engkau
adalah tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau. Hanya kepada-Mu aku pasrah dan
Engkau adalah pemilik Arasy yang agung. Apa yang kau kehendaki akan terwujud
dan apa yang tidak Engkau kehendaki maka tidak akan terwujud. Tiada daya dan
kekuatan melainkan atas pertolongan Allah yang maha tinggi dan agung. Aku yakin
bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan Allah maha mengetahui. Ya Allah
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan nafsuku, dan kejelekan setiap hewan
atau kendaraan yang mana semua ada pada kekuasaan-Mu. Sesungguhnya tuhanku
berada pada jalan yang lurus. [Al-Adzkar]
Dan dalam riwayat
lain disebutkan orang tadi memaksa dan berkata : “ayo berangkat bersamaku”
(untuk melihat kondisi rumahmu). Maka mereka berangkat bersama-sama dan setelah
sampai, mereka melihat terjadi kebakaran di sekeliling rumah namun rumahnya
sendiri tidak terbakar. [Al-Adzkar]
Selamat dari
kebakaran juga didapatkan oleh As-Sariy as-Saqathi (W 257 H). Saat itu terjadi
kebakaran di satu pasar di baghdad. Saat itu ada orang tergopoh-gopoh
mengabarkan bahwa pasar baghdad dilanda kebakaran namun toko As-Sariy selamat.
Maka secara spontan As-Sariy mengucap “Alhamdulillah”. Namun setelah dipikir-pikir
olehnya, ternyata ucapan “hamdalah” tersebut merupakan satu kesalahan karena
bak pepatah “menari-nari diatas penderitaan orang lain” sehingga khawatir
menyakitkan hati orang-orang yang tokonya terbakar. Maka As-Sary berkata :
حَمِدْتُ اللهَ مَرَّةً فَأَنَا أَسْتَغْفِرُ مِنْ ذَلِكَ الْحَمْدِ
مُنْذُ ثَلَاثِيْنَ سَنَةً
“Aku pernah
membaca “Alhamdulillah” satu kali namun aku beristighfar dari hamdalah tersebut
sejak 30 tahun yang lalu”. [Siyar A’lamin Nubala’]
Jika terjadi
kebakaran maka hendaklah memperbanyak untuk membaca takbir sambil berusaha
memadamkannya. Dalam hadits disebutkan :
إِذَا رَأيْتُمُ الحَرِيقَ فَكَبِّرُوا فَإِنَّ التَّكْبِيرَ
يُطْفئُهُ
“Jika kalian
melihat kebakaran maka bertakbirlah karena takbir akan memadamkannya”.
[Al-Adzkar]
Al-Munawi berkata
: Dalam Tafsir At-Thabari disebutkan bahwa Nama-nama Ashabul Kahfi jika ditulis
di satu media lalu dilemparkan ke kobaran api maka bisa memadamkannya. Dan
hendaknya seseorang membaca bacaan berikut supaya terhindar dari malapetaka.
Yaitu :
بسم الله الرحمن الرحيم وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
“Dengan nama Allah
yang maha pengasih lagi maha penyayang. Tiada daya dan kekuatan melainkan atas
pertolongan Allah yang maha tinggi dan maha agung”. [Faidlul Qadir]
Dan ada baiknya
pula ia membaca doa yang dibaca oleh Nabi Ibrahim ketika dilemparkan kedalam
api, yaitu :
حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
“Cukuplah bagi
kami Allah sebagai penolong dan Dia adalah sebaik-baik pelindung”. [Faidlul
Qadir]
Kebakaran juga
dikisahkan di dalam Al-Quran. Allah SWT mengisahkan mengenai kisah“Ashabul
Jannah” (beberapa pemilik kebun) dalam Surat Al-Qalam ayat 17-33. Ibnu Katsir
berkata : Sebagian Ulama salaf menyebutkan bahwa mereka adalah penduduk Yaman.
Said bin Jubair berkata : mereka berasal dari desa Dlarawan yang terletak 6 Mil
dari kota shan’a. Mereka adalah Ahlu kitab. Ayah mereka itu kaya dan dermawan.
Ia memiliki kebun yang luas. Setiap kali panen, ia mengambil sebagian untuk
keperluan tanam berikutnya, dan sebagian ia menyimpannya untuk keperluan
keluarganya selama setahun, dan selebihnya ia sedekahkan. Ketika sang ayah
wafat maka anak-anaknya berkata :
لَقَدْ كَانَ أَبُونَا أحمقَ إِذْ كَانَ يَصْرِفُ مِنْ هَذِهِ
شَيْئًا لِلْفُقَرَاءِ، وَلَوْ أنَّا مَنَعْنَاهُمْ لَتَوَفَّرَ ذَلِكَ عَلَيْنَا.
“Sungguh ayah kita
itu bodoh karena memberikan hasil panen kepada fakir miskin. Jika kita tidak
memberikannya niscaya kita akan mendapatkan hasil panen secara utuh tanpa
dikurangi”.
Ketika mereka
berniat demikian maka mereka diberi hukuman oleh Allah dengan kondisi
sebaliknya (dengan kebakaran). Allah menghilangkan semua tanamannya, baik
modal, keuntungan, dan sedekahnya sehingga tak tersisa apapun. [Tafsir Ibnu
Katsir]
Mengenai apa yang
menimpa kebun mereka, Allah SWT berfirman :
فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ.
فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ.
Lalu kebun itu
ditimpa bencana dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur. Maka jadilah kebun itu
hitam seperti malam yang gelap gulita. [QS Al-Qalam : 19-20]
Di dalam Tafsir
Jalalain disebutkan bahwa bencana tersebut berupa api yang membakarnya pada
malam hari. [Tafsir Jalalain] Dan “Nabi SAW melarang untuk memanen hasil kebun
pada malam hari” (seperti rencana dan tujuan mereka). [HR Baihaqi]
Ketika menafsiri
ayat tersebut, Ibnu Mas’ud berkata :
إِيَّاكُمْ
وَالْمَعَاصِيَ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيُذْنِبُ الذَّنْبَ فَيُحْرَمُ بِهِ رِزْقًا
قَدْ كَانَ هُيِّئ لَهُ
“Jauhilah maksiat,
karena seungguhnya seorang hamba yang melakukan dosa itu akan terhalang dari
rizkinya yang telah siap sedia untuknya”.
Lalu ia membaca
ayat tersebut dan berkata : “mereka (ashabul jannah) terhalang dari hasil
kebunnya karena dosa yang mereka perbuat”. [Tafsir Ibnu Katsir]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah Al-Bari membuka hati dan pikiran kita untuk selalu memohon
pertolongan dan perlindungan kepada-Nya dari semua musibah sehingga kita semua bisa
selamat baik di dunia maupun di akhirat.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]
0 komentar:
Post a Comment