إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Monday, June 13, 2022

KATA PENGANTAR ODOH 6 KELUARGA SAMARA


Bismillahirrahmanirrahim

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ النِّكَاحَ سُنَّةَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ

قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً (الرعد: 38). وَجَعَلَهُ سَبَبًا لِلنَّسْلِ الَّذِي بِهِ بَقَاءُ الْإِنْسَانِ

إِلَى يَوْمِ الِّديْنِ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ

وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً (النساء: 1). أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

الَّذِى أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِي قُلُوْبِ الْمُتَزَوِّجِيْنَ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ

أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

(الروم 21) . اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَفْضَلِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ الْقَائِلِ : أَصُومُ

وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي (رواه البخاري)

وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. وَبَعْدُ,

“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah

adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara

tiada tara adalah keluarga.” Itulah lirik lagu yang berjudul “Harta

Berharga” yang menjadi Ost. (original soundtrack) dari film Keluarga

cemara yang yang diadaptasi dari novel berseri karya Arswendo

Atmowiloto dan sinetron dengan judul yang sama.

Dari lirik lagu ini saya kemudian tertarik untuk mencari tahu isi dari

film tersebut. Sedikit saya sampaikan bahwa Novel atau film tersebut

mengisahkan seorang kepala keluarga yang dipanggil “Abah” yang

awalnya menjadi pengusaha kaya raya sehingga keluarganya memiliki

fasilitas yang serba ada dan dipenuhi dengan keceriaan dan

kebahagiaan namun kemudian bangkrut sehabis-habisnya karena

terkena tipu rekan kerjanya. Saat itulah keluarga ini menjalani hidup

yang berat sekali, orang yang pernah tinggal dengan fasilitas serba ada,

sekarang harus pindah ke rumah petak serba terbatas. Disinilah Abah

memiliki tugas yang berat untuk menjadikan anak istri bisa menerima

keadaan dan lambat laun mereka mendapatkan kebahagiaan yang


dahulu pernah mereka dapatkan walaupun kondisi sekarang berbeda

180 derajat karena mereka sekarang dalam kondisi serba terbatas.

Kisah tersebut memberikan contoh nyata dimana hidup dalam

keterbatasan (baca: kemiskinan) tidak menghalangi mereka untuk

mendapatkan kebahagiannya. Dan memanglah demikian, karena

bahagia bukanlah monopoli keluarga sultan yang kaya raya dengan

bergelimang fasilitas yang serba ada namun bahagia juga bisa

didapatkan oleh siapa saja yang tahu cara mendapatkannya lalu

menerapkannya.

Keluarga itu sendiri adalah sumber kebahagiaan yang utama dalam

kehidupan. Orang yang bergelimang harta, memiliki jabatan tinggi

namun ia hidup sendirian, tidak memiliki keluarga maka

kebahagiaannya tidak akan sempurna. Bukankah kenikmatan surga

dengan semua fasilitas yang serba ada, dirasa hampa oleh Nabi Adam

dan kurang sempurna tanpa kehadiran Siti Hawa di sisinya.

Kebahagiaan dalam keluarga tercermin dalam 3 perkara yaitu Sakinah,

mawaddah wa rahmah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam

firmannya :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي

ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Di antara tanda-tanda (kemahaan-Nya) adalah Dia telah menciptakan

dari jenismu (manusia) pasangan-pasangan agar kamu memperoleh

sakiinah disisinya, dan dijadikannya di antara kamu mawaddah dan

rahmah. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu terdapat tanda-

tanda (kemahaan-Nya) bagi kaum yang berpikir.” [QS Ar-Rum : 21]

Menurut ayat tersebut, pernikahan merupakan keterpaduan antara

ketentraman (sakinah), penuh rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang

(rahmah) atau disingkat SAMARA.

Ibnu Katsir berkata : Mawaddah berarti mahabbah atau cinta, Rahmah

berarti ra’fah atau belas kasih. Seorang suami tetap mempertahankan

rumahtangganya boleh jadi karena masih cinta kepada istrinya, atau

karena belas kasihan kepadanya karena pertimbangan anaknya, atau si

istri membutuhkan nafkah darinya atau karena ulfah, saling cinta dari

keduanya. [Tafsir Ibnu Katsir] Dan Ibnu Abbas RA berkata :


اَلْمَوَدَّةُ حُبُّ الرَّجُلِ اِمْرَأَتَهُ ، وَالرَّحْمَةُ رَحْمَتُهُ إِيَّاهَا أَنْ يَصِيْبَهَا بِسُوْءٍ

“Mawaddah adalah rasa cinta kasih seorang laki-laki kepada istrinya,

sementara rahmah adalah kasih sayang suami kepada istrinya yang

membuatnya khawatir istri tertimpa kejelekan atau bahaya.[Tafsir Al-

Qurthubi]

Rumah (tangga) sebagai tempat tinggal keluarga dalam bahasa Arab

disebut dengan “Maskan” yang berarti tempat sakinah (ketenangan).

Benarlah demikian, jika seseorang memiliki masalah di tempat kerja

maka ketika ia sampai di rumah ia akan menjadi tenang, jika seseorang

memiliki masalah di jalan maka ketika ia sudah berada di rumah ia akan

menjadi tenang, namun bagaimana jika ia memiliki masalah di dalam

rumah? tentu ini akan menjadi masalah yang sangat besar karena

dimana lagi ia akan menemukan ketenangannya?

Keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk kita perhatikan

dalam kehidupan kita maka dari itu Rasul SAW menjadikan kebaikan

kepada keluarga sebagai barometer kebaikan sebagaimana Rasul SAW

bersabda :


خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

“Lelaki terbaik diantara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya

dan aku adalah lelaki terbaik untuk keluarganya” [HR Turmudzi]

Hadits ini juga menegaskan bahwa Nabi SAW merupakan Uswah

hasanah (suri tauladan) dalam urusan keluarga. Dengan demikian

seharusnya kita sebagai kaum muslimin, ummat Nabi Muhammad SAW

menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan keluarga kita

sehai-hari. Dan buku serial ODOH ke 6 ini memuat berbagai teladan dan

ajaran Nabi Muhammad SAW dalam lingkup keluarga untuk kita jadikan

pedoman dalam membina keluarga samara, sakinah mawaddah wa

rahmah.

Pembahasan dalam buku ini dimulai dengan motivasi menikah dan cara

memilih wanita yang akan dinikahi. Kemudian membahas masalah

prosesi khitbah (melamar), menetapkan mahar hingga hal ihwal

penyelenggaraan pernikahan.

Pada bagian kedua buku ini menyuguhkan pengertian keluarga samara

dilanjut dengan suri tauladan Nabi SAW dalam urusan keluarga,


bagaimana keromantisan beliau dengan istri dan potret kehidupan

keluarga beliau.

Pada bagian ketiga, membahas perspektif dan kiat-kiat membina rumah

tangga bahagia. Dan Pada bagian keempat, membahas problematika

rumah tangga dan solusinya mulai menyambut buah hati, mengelola

kecemburuan, selingkuh hingga perceraian.

Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk selalu

meneladani suri taudalan Nabi SAW dalam berbagai sendi kehidupan

termasuk dalam upaya membina keluarga sehingga keluarga kita

menjadi sakinah mawaddah wa rahmah. Amin..

Malang, 3 Mei 2022

Penulis,

DR.H.Fathul Bari, SS.,M.Ag

MEMBANGUN RUMAH LAYAKNYA SURGA

(Kata Sambutan ODOH 6)

Di bahasa Inggris dikenal home dan house yang keduanya bermakna rumah.

Apakah perbedaan keduanya? House mengacu pada bangunan fisik, berbeda dengan

penggunaan kata home. Home lebih mengacu pada sebuah tempat seseorang bisa

merasakan rasa nyaman dan terikat secara emosional.

Menurut saya, rumah tidak hanya mengacu kepada bangunan saja, tetapi juga

mengacu kepada suasana di dalamnya. Lihat saja rumah sakit! Bangunannya bagus

dan mewah. Orang tidak suka tinggal di sana meskipun gratis. Saya pernah melihat

rumah besar dan megah. Seandainya punya uang, saya ingin membangun rumah

seperti itu. Sayangnya, rumah itu sepi. Rumah sebesar itu diiisi penjaga dan pembantu.

Sementara, pemiliknya sibuk entah ke mana.

Di dalam agama Islam, rumah tidak hanya mengacu kepada bangunan fisik saja,

tetapi lebih pada suasana dan terbentuknya keluarga. Di dalamnya ada visi dan misi

hidup yang luhur. Saya jadi ingat agar kita menjaga diri dan keluarga kita dari api

neraka. Itulah sebabnya, berbicara rumah, tidak bisa dilepaskan dengan berbicara

keluarga dan berumah tangga. Untuk itu, kita perlu menikah terlebih dahulu.

Untuk menikah perlu persiapan. Pernikahan merupakan pertemuan antara

seorang pria dan wanita. Pertemuan dua pribadi yang berbeda. Perbedaan dari latar

belakang sosial, psikologi, budaya, dan lainnya akan menjadi hal menarik ketika

dipertemukan. Itulah sebabnya, Allah menyatakan bahwa pernikahan merupakan

tanda-tanda kekuasaan-Nya. Simak saja Al Quran surat Ar Rum ayat 21.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan

merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih

dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat

tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir” 


Pernikahan adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Siapa jodoh kita, tempatnya di

mana, dengan cara apa kita bisa menikah, berapa jumlah anak kita, bagaimana rupa

anak kita, semuanya adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Saya dikaruniai tiga anak.

Semuanya dari rahim yang sama. Ternyata wajahnya berbeda-beda meskipun ada

garis kemiripannya. Ada anak yang merupakan gabungan dari wajah saya dan wajah

istri; ada yang dominan wajah saya, ada yang dominan wajah istri saya. Saat anak saya

bersama keluarga besar saya, wajah mereka mirip. Anehnya, saat mereka berkumpul

dengan keluarga besar istri saya, wajah mereka juga mirip. Padahal, wajah saya dan

istri saya tidak mirip. Mata saya sipit, sementara mata istri saya lebar; hidung istri saya

mancung dan kecil, sementara hidung saya sedikit besar. Ini berlum berbicara tentang

sifat, kemampuan, kebiasaan, gaya berbicara, gaya berjalan, sungguh semuanya

merupakan kebesaran Allah.

Supaya tenteram, kita perlu menikah. Saya sering bepergian. Semua pulau

besar di Indonesia sudah pernah saya kunjungi. Sering kali, perjalanan ke suatu daerah

memakan waktu yang tidak singkat. Pernah saya pergi ke Sumatra, dijemput oleh travel

pukul 2 atau 3 untuk berangkat ke bandara. Perjalanan ke bandara, menunggu

penerbangan, naik pesawat, ditambah perjalanan darat , ternyata sampai di tujuan

pukul 4 pagi hari berikutnya. Istirahat beberapa jam, dilanjutkan dengan kegiatan.

Dalam kondisi semacam ini, kata pulang atau rumah merupakan saat-saat yang saya

tunggu. Kelelahan selama perjalanan, bisa hilang atau reda setelah tiba di rumah,

bertemu istri dan anak. Ada rasa tentram yang tidak bisa saya jelaskan setelah di

rumah.

Saya pernah mengikuti penataran selama 26 hari di Balai Bahasa Jakarta.

Panitianya begitu baik. Mereka paham betul bahwa para peserta datang dari seluruh

Indonesia yang memiliki keragaman budaya. Oleh karena itu, materi dan penyajinya

pun dipilih. Tidak hanya itu, makanan yang disajikan setiap hari berganti-ganti. Tetapi

tetap saja, semakin lama, saya dilanda kebosanan. Mandi tidak terasa segar dan yang

tidak bisa dibohongi adalah saya rindu pada masakan istri di rumah dan ingin pulang.

Rumah menjadi tempat yang tenteram.


Bila ingin mengenal arti mencintai-dicintai dan menyayangi-disayangi,

menikahlah. Mengapa? Karena dengan menikah kita akan belajar mencintai-dicintai

dan menyayangi-disayangi istri atau suami beserta keluarga besar mereka, juga anak-

anak kita.

Pernikahan merupakan proses belajar yang tidak pernah berhenti. Kita akan

belajar mengenal pasangan kita yang jelas berbeda jenis kelaminnya, berbeda

kebiasaan, selera, etika, norma, adat, organisasi, dan pikiran. Pengenalan ini tidak

hanya dalam hitungan satu dua hari, minggu, atau bulan. Kita perlu mengenal

pasangan kita seumur pernikahan kita. Tidak hanya mengenal, kita perlu menyesuaikan

diri. Penyesuaian diri ini bisa memberi dan menerima, menambah dan mengurangi.

Pasangan bisa menjadi karunia bisa menjadi cobaan buat kita.Tidak hanya pasangan

yang menjadi karunia atau cobaan, anak juga bisa mempunyai kedudukan yang sama.

Saya harus menyesuaikan diri dengan istri, demikian juga sebaliknya. Waktu

kecil, saya sering senang ketika menerima pemberian. Setelah menikah, barulah

merasakan bahwa kebahagiaan itu ketika berbagi. Saat menerima hadiah makanan

atau kue yang enak, yang justru teringat adalah istri dan anak. Kita merasa senang

kalau bisa membawa oleh-oleh ke rumah.

Untuk menikah, tidak perlu harus menunggu mapan dulu. Kita bisa kaya dengan

menikah. Jika kita miskin, Allah akan menjadikan kita mampu dengan karunia-Nya,

bukankah Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui. Hal ini dapat kita baca di Al Quran

surat An Nur ayat 32 dan surat An-Nahl ayat 72. Sebelum menikah, gaji saya cukup

untuk keperluan saya selama sebulan, tanpa bisa menabung. Setelah menikah, dengan

penghasilan yang sama, ternyata saya bisa menabung. Setelah itu, penghasilan pun

semakin bertambah dan bertambah.

Setelah menikah, ternyata banyak hal yang saya pelajari. Saya belajar

memperbaiki diri melalui pergauan saya dengan istri. Saya banyak belajar bagaimana

cara mendidik anak dan menata hati melalui anak-anak saya. Saya merasa bahwa

rumah tangga benar-benar sekolah buat saya yang tidak pernah selesai untuk terus

belajar dan belajar lagi.


Saya merasakan bahwa betapa saya menikah tanpa persiapan dan pemahaman

tentang bagaimana berrumah tangga yang ideal menurut agama Islam. Saya menikah

tanpa mengetahui bagaimana membuat visi dan misi, mewujudkannya dalam

kehidupan sehari-hari bersama istri dan anak. Saya merasa sangat terlambat menjadi

imam, ayah, dan suami yang baik. Saya tidak ingin hal ini terjadi pada orang lain.

Sebelum berumah tangga, kita bisa belajar bagaimana membangun mimpi dan

mewujudkannya sesuai dengan tuntunan agama Islam.

Bagi calon pengantin dan yang sudah berumah tangga, buku ini sangat menarik

untuk dibaca. Buku ini tidak hanya membahas persiapan kita sebelum menikah, tetapi

juga bagaimana membina rumah tangga yang tenang, penuh cinta, kasih, dan sayang.

Buku yang ditulis ahlinya ini membahas problematika dalam rumah tangga beserta

pemecahannya. Tidak hanya itu, buku ini juga membicarakan bagaimana

merencanakan buah hati sebagai investasi dan penerus generasi pejuang umat.

Semoga yang membaca buku ini dikaruniai rumah tangga yang penuh dengan

kedamaian, ketenangan, kelembutan, cinta, kasih, sayang, dan kebahagiaan. Semoga

Dr. H. Fathul Bari, S.S., M.Ag. yang sudah berbagi ilmu melalui buku ini dibalas oleh

Allah SWT dengan kesehatan, pahala yang berlimpah, rejeki yang barokah, keluarga

yang sakinah, mawadah, warohmah, dan jannah. Aamiin.


Prof. Dr. Wahyudi Siswanto

Guru Besar UM Malang

Monday, April 25, 2022

RAHASIA KESABARAN SUAMI

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdillah bin Zam’ah RA, Rasul SAW bersabda :

لَا يَجْلِدُ أَحَدُكُمْ امْرَأَتَهُ جَلْدَ الْعَبْدِ ثُمَّ يُجَامِعُهَا فِي آخِرِ الْيَوْمِ

“Janganlah seseorang di antara kalian memukul istrinya seperti memukul hamba sahaya kemudian ia menggaulinya di ujung malam”.  [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Wanita dikenal makhluk yang lebih cerewet dibanding pria. Dalam sehari saja wanita bisa berbicara 20 ribu kata, sedangkan pria hanya 7.000 kata. Apa alasannya? Penyebabnya adalah protein Foxp2 atau protein bahasa yang lebih banyak dimiliki Wanita pada manusia dan lebih banyak dimiliki oleh jantan pada tikus. [www liputan6 com]

 

Saturday, April 23, 2022

TERPESONA AKU TERPESONA

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Jabir RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمْ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ

Sesungguhnya wanita itu menghadap dari depan dalam bentuk setan dan membelakangi dalam bentuk setan, maka jika seseorang dari kalian melihat wanita maka hendaklah ia mendatangi istrinya, karena hal itu akan menghilangkan apa yang ada dalam dirinya (dari hawa nafsu). [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

“Terpesona aku terpesona. Memandang memandang wajahmu yang manis. Terpesona aku terpesona. Menatap menatap wajahmu yang manis. Bagaikan mutiara bola matamu
Bagaikan kain sutra lesungnya pipimu. Cantiknya kamu (kamu). Eloknya kamu (kamu). Semua yang ada padamu membuat aku jadi gelisah. Sampai aku terjaga dari mimpiku.”

 

Friday, February 4, 2022

KDRT



ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA :

مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلَا امْرَأَةً وَلَا خَادِمًا إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Rasul SAW tidak pernah sama sekali memukul sesuatu dengan tangannya, tidak pula wanita atau pembantunya melainkan ketika dalam peperangan. [HR Muslim]

Catatan Alvers

 

Alkisah, di Jeddah terdapat sesorang suami yang baru memukul wajah istrinya karena pertengkaran. Dalam hitungan menit ibunda sang istri datang ke rumahnya. Sang suamipun deg-degan karena takut istrinya yang belum reda tangisannya dan sembab matanya akan mengadu kepada mertuanya. Namun diluar dugaan, sang istri tidak menceritakan hal itu kepada orang tuanya demi melindungi aib sang suami bahkan sang istri mengatakan kalau ia menangis sebab terharu sebab doanya terkabul dengan cepat untuk dipertemukan dengan orang tuanya yang sangat dirindukannya. Suaminyapun luluh dan semakin sayang sama istrinya.

 

Thursday, February 3, 2022

MUKBANG

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Salman RA, Rasul bersabda :

إِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ شِبَعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Orang yang paling sering merasakan kenyang di dunia, kelak ia menjadi orang yang paling lama merasakan kelaparan di hari kiamat. [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Akhir-akhir ini banyak bermunculan konten mukbang di berbagai medsos, seperti youtube, Instagram dan medsos lainnya. Apa itu mukbang? mukbang berasal dari bahasa korea “Meokbang” yang merupakan gabungan kata dari kata “Meogda” yang berarti makan dan “Bangsong” yang berarti siaran. Mukbang berarti siaran makan. Ya, siaran makan dengan porsi jumbo dimana sang artis menyantapnya sambil berinteraksi dengan para penontonnya. Mukbang dipopulerkan oleh para artis ataupun influencer asal korea selatan seperti Hansol dari channel Korea Reomit, Park Soo Yeon alias The Diva, Sof, Wang Joo, Hanna dan Shoogi. [kbbi lektur id]

 

Friday, January 28, 2022

PEDAGANG YANG BAIK

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasul bersabda :

التَّاجِرُ الْأَمِينُ الصَّدُوقُ الْمُسْلِمُ مَعَ الشُّهَدَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Pedagang muslim yang jujur kelak di hari kiamat akan dikumpulkan bersama para syuhada’.” [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Islam tidak memungkiri keberadaan manusia di dunia yang membutuhkan materi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Maka Islam menganjurkan kaum muslimin untuk bekerja. Rasul SAW bersabda :

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُؤْمِنَ الْمُحْتَرِفَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang mukmin yang bekerja. [HR Baihaqi]