ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Abu Dzar RA, Rasul SAW bersabda :
تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
Senyummu
di depan saudaramu adalah sedekah. [HR Tirmidzi]
Catatan
Alvers
“Mbok
yo, sing full senyum sayang. Ben aku semangat berjuang, Ojo nuruti gengsimu
Jelas-jelas,
aku ndak mampu”. (Sebaiknya kau tersenyum lebar wahai istriku, supaya aku
semangat bekerja. Jangan menuruti gengsimu karena aku tidak mampu memenuhinya).
Lagu ini akhir-akhir ini (2022) viral mejadi back sound di berbagai platform
medsos.
Lirik
lagu ini mewakili curhatan banyak suami yang memiliki istri yang sering cemberut
dan jarang tersenyum. Ketika istri cemberut maka suami akan merasa berat
menjalani hari-harinya. Itulah kenapa wanita shalihah memiliki peran menyenangkan
suami tatkala dipandang. Dalam hadits disebutkan :
إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ
(istri yang shalihah) jika suaminya melihatnya
maka ia akan menyenangkannya. [HR Abu Daud]
Menyenangkan
orang lain, tidak hanya kepada istri tetapi juga kepada saudara, tetangga,
teman bahkan kepada orang yang belum dikenal, merupakan perbuatan terpuji. Dan itu
di contohkan oleh Nabi SAW dengan banyak tersenyum dan menilainya sebagai
sedekah sebagaimana ditegaskan pada hadits utama di atas.
Jarir
ibnu Abdillah RA, berkata :
مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
Nabi
SAW tidak pernah melarangku untuk bertemu beliau semenjak aku masuk Islam dan
tidaklah beliau melihat aku melainkan beliau tersenyum ke wajahku. [HR Bukhari]
Abdullah
ibnul Harits juga memberikan kesaksian serupa. Ia berkata :
مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ تَبَسُّمًا مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Aku
tidak melihat seseorang yang lebih banyak senyumnya mengalahkan Rasul SAW. [Sunan
Tirmidzi]
Membagi-bagikan
senyum akan mencukupi untuk semua orang, hal ini berbeda dengan membagi-bagikan
harta, maka harta sebanyak apapun pasti akan habis. Beliau bersabda :
إِنَّكُمْ لَا تَسَعُونَ اَلنَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ
وَلَكِنْ لِيَسَعْهُمْ بَسْطُ اَلْوَجْهِ وَحُسْنُ اَلْخُلُقِ
"Sesungguhnya
kalian tidak akan cukup memberi manusia dengan harta kalian tetapi kalian akan
cukup memberikan kepada mereka dengan wajah yang berseri dan akhlak yang
baik." [HR al-Hakim]
Senyum
adalah termasuk bagian dari tertawa. Dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan tawa
adalah ungkapan rasa gembira, senang, geli, dan sebagainya dengan mengeluarkan
suara (pelan, sedang, keras) melalui alat ucap. Tertawa bergumam : tertawa yang
tertahan, tertawa besar : tertawa
terbahak-bahak, tertawa kecil : tersenyum, tertawa pahit :
tertawa kecil karena kurang suka, tertawa terbahak-bahak : tertawa dengan suara
besar dan keras-keras. [KBBI]
Ibnu
Hajar menukil perkataan ahli bahasa (Arab):
التبسم مبادئ الضحك ، والضحك انبساط الوجه حتى تظهر
الأسنان من السرور ، فإن كان بصوت وكان بحيث يسمع من بعد فهو القهقهة وإلا فهو
الضحك ، وإن كان بلا صوت فهو التبسم ،
Tabbassum
(tersenyum) adalah awal dari tertawa sedangkan tertawa adalah berseri-serinya
wajah seseorang karena gembira sehingga tampak giginya, jika menimbulkan suara
sekiranya orang yang jauh bisa mendengarnya maka disebut dengan “Qahqahah”
(terbahak-bahak) jika tidak dapat didengar oleh orang yang jauh maka disebut
dengan tertawa namun jika tidak disertai dengan suara maka disebut dengan
tersenyum. [Fathul Bari]
Abdullah
ibnul Harits menjelaskan bahwa Rasul itu lebih banyak tersenyum daripada
tertawa, Ia berkata :
مَا كَانَ ضَحِكُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا تَبَسُّمًا
Tidaklah
tertawanya Rasul SAW melainkan berupa senyuman. [Sunan Turmidzi]
Ini
perlu dibedakan karena tertawa dan tersenyum meskipun serupa namun hukumnya
tidaklah sama. Banyak tersenyum adalah dianjurkan sementara banyak tertawa
adalah dilarang. Beliau bersabda :
إياك وكثرة الضحك ، فإنه يميت القلب ، ويذهب بنور الوجه
Hindarilah
banyak tertawa karena itu akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya pada
wajah. [HR Baihaqi]
Lebih
jauh, Beliau bersabda :
وَلَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ
قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا
Seandainya
kalian mengetahui apa yang aku ketahui, kalian benar-benar akan sedikit tertawa
dan banyak menangis.” [HR Muslim]
Ibnu
Hajar berkata : Yang jelas dari keterangan sekumpulan hadits bahwa Nabi SAW
dalam sebagian besar kondisinya beliau tidak lebih dari tersenyum. Terkadang
saja beliau lebih dari itu, beliau tertawa. Dan tertawa yang dimakruhkan adalah
memperbanyak tertawa atau tertawa secara berlebihan karena hal itu akan
menghilangkan kewibawaan seseorang. [Fathul Bari]
Wallahu
A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk terus tersenyum
dan membahagiakan orang lain dengannya serta tidak berlebihan didalam tertawa
riang.
Salam
Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Ngaji
dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu
Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]