ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abud Darda’RA, Ia berkata :
أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ
Aku telah diwasiati oleh habibi (kekasihku) dengan
tiga perkara. [HR Muslim]
Catatan Alvers
Lirik : “Shalatuw wa salam 'alayka ya Nabi”
صَلَاةٌ وَسَلَامْ عَلَيْكَ يَا نَبِيّ
(Shalawat dan salam semoga tercurah kepadamu wahai Nabi)
Lagu ini mengajak kita
untuk bershalawat serta bersalam kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Subhanallah,
betapa besarnya pahala orang yang mengajak jutaan orang untuk bershalawat dan
menjadikan banyak orang cinta shalawat dan meninggalkan lagu-lagu cinta dan
nafsu birahi. Di sinilah atensi saya dalam artikel ini.
Apakah shalawat
itu? Imam Qalyubi berkata :
اَلصَّلَاةُ مِنَ اللهِ رَحْمَةٌ وَمِنَ الْمَلَائِكَةِ اِسْتِغْفَارٌ
وَمِنْ غَيْرِهِمَا دُعَاءٌ
Shalawat itu kalau
dari Allah berarti rahmat, dan kalau dari malaikat berarti istighfar (memohon
ampunan) dan dari selain keduanya adalah doa. [Hasyiyata Qalyubi Wa Umayrah]
Beliau menjelaskan
lebih lanjut : “Yang dimaksud dengan shalawat dari manusia adalah setiap lafadz
yang mengandung permohonon semisal rahmat, ampunan dan keridloan. Makna shalawat
kita kepada Nabi SAW adalah permohonan kepada Allah agar melimpahkan rahmat
kepada nabi SAW, adakalanya karena untuk menambah ketinggian derajat beliau
mengingat ketinggian derajat beliau itu tiada batasnya, atau adakalanya
menghasilkan pahala untuk kita dengan shalawat tersebut, atau adakalanya menjelaskan
sang “Thalib” (Allah yang memerintahkan kita bershalawat) dan memuliakan sang “Mathlub”
(Nabi yang menjadi objek shalawat) maka shalawat itu hakikatnya bukan dari kita
(tetapi dari Allah) dan Shalawat itu tidak bisa kemasukan riya’ (karena bukan
amalan kita) berbeda dengan amalan lainnya. Adapun salam maka artinya adalah selamat
dari berbagai kekurangan… Menggabungkan antara shalawat dan salam dilakukan
karena untuk terlepas dari hukum makruh menyebutkan salah satu saja di antara
keduanya, baik secara ucapan maupun tulisan. Dan dalam satu pendapat disebutkan
dalam ucapan maupun niat, dan ada pendapat lain yang mengatakan dalam
pengucapan saja”. [Hasyiyata Qalyubi Wa Umayrah]
Lirik : “Habibi yaa Muhammad Atayta bissalami wal huda,
Muhammad”
حَبِيْبِي يَا مُحَمَّدْ
أَتَيْتَ بِالسَّلَامِ وَالْهُدَى مُحَمَّدْ
(Kekasihku, Ya
Muhammad! Engkau datang dengan (1) kedamaian dan (2) petunjuk)
(1) Rasul SAW seringkali
mendamaikan perselisihan. Sebutlah kasus perselisihan para pemuka
suku Arab atas permasalahan siapa yang
berhak memasang hajar aswad ketika renovasi ka’bah. Beliau menggelar sorban dan meletakkan batu Hajar Aswad di
atasnya
lalu meminta masing-masing pimpinan suku memegang setiap
ujung sorban dan mengangkatnya bersamaan sampai ke tempat Hajar Aswad. Begitu
pula beliau mendamaikan suku aus dan khazraj di madinah. Lantas kenapa kaum
muslimin berperang? Baiklah coba periksa “ayat perang “ pertama yang turun [At-Tibyan
Fi Ulumil Qur’an]. Allah SWT berfirman :
أُذِنَ
لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا
Telah diizinkan
berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya [QS Al-Hajj : 39]
Pada ayat tersebut
secara gamblang disebutkan alasan Allah mengijinkan perang yaitu karena kaum
muslimin telah dianiaya. Maka ijin perang ini merupakan bentuk pertahanan bukan
untuk menyerang dan menganiaya orang lain.
(2) Nabi SAW datang
dengan membawa agama islam sebagai petunjuk. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWt
dalam firman-Nya :
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan sesungguhnya
engkau menunjukkan kepada jalan yang lurus. [QS As-Syura : 52]
Lirik : “Ya man hallayta hayatana bil iman”
يَا مَنْ حَلَّيْتَ حَيَاتَنَا بِالْإِيْمَان
(Wahai engkau yang
menghiasi hidup kami dengan iman)
Rasul SAW
memerintahkan agar kita beriman. Suatu ketika delegasi Abdul Qays datang kepada
Rasul SAW untuk meminta petunjuk atas amalan yang bisa menjadikan mereka masuk
surga. Beliau berpesan 4 perkara dan ketika itu beliau bersabda :
آمُرُكُمْ بِالْإِيمَانِ بِاللَّهِ
Aku memerintahkan
kalian agar beriman kepada Allah [HR Bukhari]
Iman itu adalah
perhiasan yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman :
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
Dan pakaian berupa
(iman)
taqwa itulah yang terbaik [QS Al-A’raf : 26]
Dan dalam ayat
lain, Allah SWT berfirman :
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي
قُلُوبِكُمْ
Tetapi Allah menjadikan
kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan (iman) itu sebagai perhiasan dalam
hatimu … [QS Al-Hujurat : 7]
Dan diantara doa
beliau adalah :
اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ
Ya Allah hiasilah
kami dengan perhiasan iman. [HR An-Nasa’i]
Lirik : “Ya man bijamalika 'allamtal ihsan”
يَا مَنْ بِجَمَالِكْ عَلَّمْتَ الْإِحْسَان
(Wahai engkau yang
mengajarkan ihsan “kebaikan” dengan keindahan perilakumu)
Rasul SAW
mengajarkan kebaikan dengan uswah hasanah, teladan yang baik. Ketika gigi beliau
pecah, dahi terluka sehingga darah mengalir di wajahnya (karena dilempari batu)
maka ada yang berkata “Wahai Rasulallah, doakan saja mereka itu dengan
kejelekan!” maka beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengutusku tidak
untuk mencela atau melaknat akan tetapi Allah mengutusku untuk mengajak dan mengasihi
mereka". Lalu
beliau berdoa :
اللهم اهْدِ قَوْمِي فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Ya Allah, berilah petunjuk
kepada kaumku karena seseungguhnya mereka itu tidak mengetahui (kebenaran) .
[HR Baihaqi]
Ihsan atau berbuat
baik itu dikatakan oleh Nabi Isa AS :
لَيْسَ الْإِحْسَانُ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى
مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكَ، تِلْكَ مُكَافَأَةٌ بِالْمَعْرُوفِ، وَلَكِنَّ الْإِحْسَانَ أَنْ تُحْسِنَ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْكَ
Ihsan itu bukanlah
engkau berbuat baik kepada orang yang telah berbuat baik kepadamu, itu namanya membalas
kebaikan. Akan tetapi yang dinamakan ihsan itu berbuat baik kepada orang yang telah
berbuat jelek kepadamu [Tafsir Ibnu Katsir]
Ihsan itu adalah
akhlak terpuji. Suatu ketika Rasul SAW bertanya kepada para sahabat. Maukah
kalian aku tunjukkan kepada “Makarimil Akhlaq” (Budi pekerti yang baik) di
dunia dan di akhirat? Mereka menjawab “Ya, wahai Rasulallah SAW”. Lalu beliau bersabda
:
صِلْ مَنْ قَطَعَكَ، وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَكَ
Sambunglah (silaturrahmi)
dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, Berilah kepada orang yang menghalangi pemberian kepadamu dan maafkanlah orang yang telah
mendzalimimu. [HR Baihaqi]
Lirik : "Ya
man nawwarta qulubana bil quran”
يَا مَنْ نَوَّرْتَ قُلُوْبَنَا بِالْقُرْآن
(Wahai engkau yang
menerangi hati kami dengan Quran)
Al-Qur’an itu disebut sebagai “nur” (cahaya). Allah
SWT berfirman :
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا
Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami
turunkan [QS At-Taghabun : 8]
Dan cahaya Qur’an menerangi jiwa
manusia. Hal ini sebagaimana doa (penghilang kesusahan) yang diajarkan oleh Nabi SAW berbunyi :
اللهم ... أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي
Ya Allah,
Jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hati dan cahaya di dada kami. [HR Ahmad]
Lirik : “Shallallahu 'ala Khatamil
Anbiya'”
صَلَّى الله عَلَى خَاتَمِ الْأَنْبِيَاء
"Semoga rahmat
Allah tercurahkan kepada pungkasan para Nabi"
Nabi Muhammad SAW sebagai
“Khatamil Anbiya'” dinyatakan sendiri oleh beliau dalam sabdanya :
وَأَنَا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ لَا نَبِيَّ بَعْدِيْ
Aku adalah
pungkasan para nabi, tiada nabi setelahku. [HR Al-Hakim]
Al-Munawi berkata
: adapun Nabi Isa AS maka ia turun (di akhir zaman) dengan membawa syariatnya
Nabi Muhammad SAW. [Faidlul Qadir]
Dan juga ditegaskan
dalam firman Allah :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ
اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalia, tetapi dia
adalah utusan Allah dan penutup para nabi... [QS Al-Ahzab : 40]
An-Naisaburi
berkata : Lafadz tersebut dibaca dengan fathah “Khatam” sebagai mana qira’at
Ashim dan bermakna “at-Thaba’” (stempel).
Dan juga dibaca dengan kasrah “Khatim” sebagaimana qira’at imam lainnya (yang berarti
pamungkas). [Tafsir Ghara’ibul Qur’an]
Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk menjadikan apapun yang kita lihat dan yang kita dengar sebagai sarana semakin
menambah kecintaan kita kepada Nabi Muhammad SAW.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]