ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ
مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ
Akan datang satu
masa dimana seseorang tidak lagi memperdulikan harta yang diambilnya, apakah
hartanya dari barang haram ataukah dari barang halal. [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Maraknya flexing
di medsos mendatangkan efek negatif kepada masyarakat. Mereka akan cenderung
materialistis. Mereka bepandangan bahwa materi, harta atau kekayaan menjadi
tolok ukur ketinggian derajat dan kemuliaan seseorang. Semakin kaya seseorang
berarti ia semakin mulia dan berkelas dan sebaliknya semakin sedikit materi
yang dimiliki berarti seseorang semakin hina dan semakin rendah stratanya.
Masyarakat yang terjangkit ideologi materialisme seperti itu akan cenderung
berlomba-lomba dan tak kenal lelah untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya
dengan menghalalkan segala cara. Mereka tidak lagi memperdulikan apakah caranya
halal ataupun haram. Inilah jawaban mengapa semakin marak korupsi di kalangan
pejabat akhir akhir ini. Nabi SAW bersabda :
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ
مِنْهُ أَمِنَ الْحَلَالِ أَمْ مِنْ الْحَرَامِ
Akan datang satu
masa dimana seseorang tidak lagi memperdulikan harta yang diambilnya, apakah
hartanya dari barang haram ataukah dari barang halal. [HR Bukhari]
Untuk menetralisir
hal ini, Islam mengajarkan bahwa barometer kemuliaan sesungguhnya adalah taqwa
bukan harta. Allah SWT berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
”Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu”. [QS Al-Hujurat : 13]
Dan Rasul SAW
bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ
وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
"Sesungguhnya
Allah tidak melihat pada rupa-rupa kalian dan harta-harta kalian, akan tetapi
Allah melihat pada hati-hati kalian dan amalan-amalan kalian." [HR Muslim]
Dan ingatlah bahwa
seberapun harga yang kita miliki, tidak akan menjadikan bahagia jika kita terus
berambisi. Baginda Nabi Saw bersabda :
لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى ثَالِثًا
Jika seseorang
memiliki dua lembah harta niscaya dia akan mencari lembah yang ketiga. [HR
Bukhari]
Efek negatif
selanjutnya adalah motivasi kerja mereka bukan lagi motivasi mulia untuk
menunaikan kewajiban menari nafkah dan ibadah namun motivasi mereka adalah
gengsi dan menuruti kata setan. Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata, “Ada seorang
laki-laki lewat di hadapan Nabi SAW, maka para shahabat Rasulullah SAW melihat
kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah,
alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (Jihad) fi sabilillah”. Lalu Rasulullah
SAW menjawab, “Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhan anaknya yang
masih kecil, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk
mencukupi kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka ia (Jihad)
fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencukupi kebutuhannya sendiri agar
terjaga kehormatannya, maka ia (Jihad) fi sabilillah. Rasul SAW melanjutkan :
وَ اِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَ مُفَاخَرَةً فَهُوَ فِى سَبِيْلِ
الشَّيْطَانِ
jika seseorang
(bekerja) keluar rumah karena tujuan flexing dan gengsi maka ia berada jalan
syaithan”. [HR. Thabrani]
Menetralisi
motivasi negatif dan gengsi tersebut, Rasul SAW menyuruh kita untuk lebih
banyak melihat orang yang ada dibawah kita. Beliau bersabda :
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ
هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
“Pandanglah orang
yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah memandang orang yang di atas
kalian. Maka yang demikian itu lebih layak untuk dilakukan agar kalian tidak
menganggap remeh akan nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” [HR
Muslim]
Dan Al-Hasan
berkata :
إِذَا رَأَيْتَ الرَّجُلَ يُنَافِسُكَ فِي الدُّنْيَا فَنَافِسْهُ
فِي الْآخِرَةِ
Jika kau lihat ada
orang berlomba-lomba dalam urusan dunia maka berlomba-lombalah dengannya dalam
urusan akhirat. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
Efek negatif
selanjutnya adalah banyak pemuda menjadi berangan-angan menjadi orang kaya
dengan tujuan agar ia bisa flexing seperti yang mereka. Rasulullah SAW bersabda
: “Perumpamaan umat ini seperti empat kelompok manusia: (1) Seseorang yang
Allah beri harta dan ilmu agama, maka dia beramal dengan hartanya sesuai
ilmunya, dia infakkan hartanya sesuai kewajibannya. (2) Seseorang yang Allah
beri ilmu, tapi tidak Allah beri harta. Dia berkata, ”Andai aku punya harta
seperti dia (kelompok pertama), niscaya aku akan berbuat seperti yang dia
lakukan”. Maka mereka berdua mendapatkan pahala yang sama.”
وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يُؤْتِهِ عِلْمًا فَهُوَ
يَخْبِطُ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي غَيْرِ حَقِّهِ
(3) Seseorang yang
Allah beri harta, namun tidak Allah beri ilmu. Dia menghabiskan hartanya dan
dia keluarkan hartanya pada tempat yang bukan haknya.”
(4) Seseorang yang
tidak Allah beri harta dan tidak pula ilmu. Maka dia berangan-angan,
لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ هَذَا عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ
”Andai aku punya
harta seperti dia (kelompok ketiga), niscaya aku akan berbuat seperti orang
itu.” Maka Mereka berdua mendapatkan dosa yang sama.” [HR Ahmad]
Efek negatif ini
bisa dinetralisir dengan menyadarkan diri bahwa harta itu sementara karena
ketika seseorang mati maka ia tidak akan membawanya dan di akhirat kelak akan
dimintai pertanggugjawabandengan dobel pertanyaan, Yaitu :
عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ
Ditanyakan perihal
hartanya; Dari mana harta didapatkan dan dalam hal apa ia dibelanjakan. [HR
Turmudzi]
Dan sayyidina Ali
KW berkata :
حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عَذَابٌ
Halalnya harta
akan dihisab dan haramnya akan mendatangkan adzab. [Kanzul Ummal]
Kaya belum tentu
bahagia, Miskin belum tentu susah dan setiap orang akan menjadi bahagia apapun
kondisinya asal dia mau ber-qana’ah (menerima ketentuan Allah dengan ridla dan
senang hati). Banyak belum tentu cukup dan sedikit belum tentu kurang, maka
cukup dan tidaknya itu adalah pilihan. Maka pilihlah kebahagian di dunia dan
akhirat.
Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan
fikiran kita untuk menyadari bahwa setiap harta yang kita miliki
akan dimintai pertanggung jawabannya kelak, tidak hanya darimana kita mendapatkannya
namun juga untuk apa harta dibelanjakan.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]