ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib RA,
Rasulullah SAW bersabda :
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ
بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ
فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidaklah anak adam
memenuhi tempat yang lebih jelek daripada perut. Cukuplah baginya
beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulangnya. Jika harus lebih dari
itu, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga untuk
minumannya, dan sepertiga (kosongkan) untuk nafasnya.” [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Tidak hanya nafsu birahi, nafsu makan dalam islam
juga perlu dikendalikan. Ingat, Nabi Adam dan Hawa dahulu di usir dari surga
karena tidak bisa menahan nafsu makan yaitu memakan buah terlarang. Porsi makan
yang ideal telah ditetapkan oleh Nabi SAW dalam hadits utama diatas yaitu :
“Tidaklah anak adam memenuhi tempat yang
lebih jelek daripada perut. Cukuplah baginya beberapa suap makanan yang dapat
menegakkan tulangnya. Jika harus lebih dari itu, maka sepertiga (dari perutnya)
untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga (kosongkan) untuk
nafasnya.” [HR Ahmad] Dan dalam Al-Qur’an juga ditegaskan bahwa makan secara
berlebihan adalah perilaku yang terlarang dan tidak sukai. Allah SWT berfirman
:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ
لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Makan dan
minumlah kalian, tetapi janganlah berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan. [QS Al-A’raf : 31]
Makan memang satu kebutuhan primer yang dengannya
orang bertahan hidup namun terlalu banyak makan akan mendatangkan berbagai
resiko dan bahaya, dalam agama maupun kesehatannya. Sahl At-Tustari berkata : Orang
pintar tidak menemukan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk agama dan dunianya daripada
lapar dan aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih berbahaya bagi pencari akhirat
dari pada makan (banyak). Dan Lukman Al-Hakim berpesan kepada anaknya :
يَا بُنَيَّ إِذَا امْتَلَأَتِ الْمَعِدَّةُ
نَامَتِ الْفِكْرَةُ وَخَرَسَتِ الْحِكْمِةُ وَقَعَدَتِ الْأَعْضَاءُ عَنِ
الْعِبَادَةِ
Wahai anakku, Jika perut terisi penuh maka pikiran
akan tertidur pulas, hikmah akan terbungkam dan anggota badan akan berat untuk
dibuat ibadah. [Ihya Ulumuddin]
Tidak hanya itu, ketika kita hendak makan secara berlebihan
karena sedang tinggi nafsu makan maka hendaklah mengingat bahwa di tempat lain
banyak orang yang kelaparan dan membutuhkan makanan. Dalam kitab Taurat
disebutkan :
اِتَّقِ اللهَ وَاِذَا شَبِعْتَ فَاذْكُرِ الْجِيَاعَ
Takutkan engkau kepada Allah, Jika engkau kenyang
maka ingatlah orang-orang yang kelaparan. [Ihya Ulumuddin]
Banyak makan akan mendatangkan penyakit dan
sebaliknya makan dengan porsi sedikit sesuai kebutuhan akan menjaga agar tetap
sehat. Imam Ghazali mengisahkan bahwa raja Harun Ar-Rasyid mengumpulkan empat
dokter terbaik yang berasal dari India, Romawi, Irak, dan Sawad (Wilayah Irak).
Sang Raja meminta masing-masing dari mereka untuk memberikan obat yang paling
manjur dan tidak ber-efek samping. Dokter india berkata : menurutku adalah Biji
halilaj hitam (terminalia). Dokter romawi berkata : menurutku adalah Biji
Raysad putih. Dokter irak berkata : menurutku adalah air hangat. Dokter Sawad
yang mana ia adalah dokter terbaik di antara mereka, ia berkata : Biji halilaj
hitam (terminalia) berefek samping bisa mengkerutkan lambung, sementara Biji
Raysad putih berefek samping bisa menurunkan lambung. Dan air hangat berefek
samping bisa mengendurkan lambung. Raja bertanya : Lantas obat apa menurutmu?
Dokter Sawad menjawab : Obat yang tak berefek samping menurutku adalah
أَنْ لَا تَأْكُلَ الطَّعَامَ حَتَّى تَشْتَهِيَهُ
وَأَنْ تَرْفَعَ يَدَكَ عَنْهُ وَأَنْتَ تَشْتَهِيْهِ
Engkau tidak makan sehingga kau menginginkannya
(saat lapar), dan engkau berhenti makan saat kau masih menginginkannya (sebelum
kenyang).
Tiga dokter yang lain berkata : engkau benar. [Ihya
Ulumudddin]
Dalam Ihya ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan bahwa
orang yang terbiasa makan banyak maka cara agar ia bisa mengurangi dan
mengembalikan kepada porsi yang normal adalah dengan metode “at-Tadrij” yakni
mengurangi makan secara bertahap yang dilaksanakan selama satu bulan. Hal ini
dikarenakan orang tersebut tidak akan tahan mood-nya dan akan terasa berat baginya
jika ia harus mengurangi makan secara langsung sekaligus. Misalkan, orang yang
terbiasa makan dua piring nasi setiap kali makan dan ia hendak mengurangi porsi
hingga satu piring maka caranya adalah membagi satu piring (target) dengan 30
bagian. Jika ditemukan misalnya satu piring adalah berjumlah 30 suap nasi maka
ia mengurangi satu suapan setiap harinya sehingga ketika masuk bulan ke dua ia sudah
kembali kepada porsi normal yaitu satu piring. [Lihat Ihya Ulumuddin]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk makan sesuai porsi kebutuhan dan kita selalu
teringat mereka yang kelaparan sehingga mudah berempati kepada fakir miskin di
sekitar kita.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]