إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Wednesday, August 9, 2023

PORSI MAKAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib RA, Rasulullah SAW bersabda :

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidaklah anak adam  memenuhi tempat yang lebih jelek daripada perut. Cukuplah baginya beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulangnya. Jika harus lebih dari itu, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga (kosongkan) untuk nafasnya.” [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Tidak hanya nafsu birahi, nafsu makan dalam islam juga perlu dikendalikan. Ingat, Nabi Adam dan Hawa dahulu di usir dari surga karena tidak bisa menahan nafsu makan yaitu memakan buah terlarang. Porsi makan yang ideal telah ditetapkan oleh Nabi SAW dalam hadits utama diatas yaitu : “Tidaklah anak adam  memenuhi tempat yang lebih jelek daripada perut. Cukuplah baginya beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulangnya. Jika harus lebih dari itu, maka sepertiga (dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga (kosongkan) untuk nafasnya.” [HR Ahmad] Dan dalam Al-Qur’an juga ditegaskan bahwa makan secara berlebihan adalah perilaku yang terlarang dan tidak sukai. Allah SWT berfirman :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

 Makan dan minumlah kalian, tetapi janganlah berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [QS Al-A’raf : 31]

 

Makan memang satu kebutuhan primer yang dengannya orang bertahan hidup namun terlalu banyak makan akan mendatangkan berbagai resiko dan bahaya, dalam agama maupun kesehatannya. Sahl At-Tustari berkata : Orang pintar tidak menemukan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk agama dan dunianya daripada lapar dan aku tidak mengetahui sesuatu yang lebih berbahaya bagi pencari akhirat dari pada makan (banyak). Dan Lukman Al-Hakim berpesan kepada anaknya :

يَا بُنَيَّ إِذَا امْتَلَأَتِ الْمَعِدَّةُ نَامَتِ الْفِكْرَةُ وَخَرَسَتِ الْحِكْمِةُ وَقَعَدَتِ الْأَعْضَاءُ عَنِ الْعِبَادَةِ

Wahai anakku, Jika perut terisi penuh maka pikiran akan tertidur pulas, hikmah akan terbungkam dan anggota badan akan berat untuk dibuat ibadah. [Ihya Ulumuddin]

 

Tidak hanya itu, ketika kita hendak makan secara berlebihan karena sedang tinggi nafsu makan maka hendaklah mengingat bahwa di tempat lain banyak orang yang kelaparan dan membutuhkan makanan. Dalam kitab Taurat disebutkan :

اِتَّقِ اللهَ وَاِذَا شَبِعْتَ فَاذْكُرِ الْجِيَاعَ

Takutkan engkau kepada Allah, Jika engkau kenyang maka ingatlah orang-orang yang kelaparan. [Ihya Ulumuddin]

 

Banyak makan akan mendatangkan penyakit dan sebaliknya makan dengan porsi sedikit sesuai kebutuhan akan menjaga agar tetap sehat. Imam Ghazali mengisahkan bahwa raja Harun Ar-Rasyid mengumpulkan empat dokter terbaik yang berasal dari India, Romawi, Irak, dan Sawad (Wilayah Irak). Sang Raja meminta masing-masing dari mereka untuk memberikan obat yang paling manjur dan tidak ber-efek samping. Dokter india berkata : menurutku adalah Biji halilaj hitam (terminalia). Dokter romawi berkata : menurutku adalah Biji Raysad putih. Dokter irak berkata : menurutku adalah air hangat. Dokter Sawad yang mana ia adalah dokter terbaik di antara mereka, ia berkata : Biji halilaj hitam (terminalia) berefek samping bisa mengkerutkan lambung, sementara Biji Raysad putih berefek samping bisa menurunkan lambung. Dan air hangat berefek samping bisa mengendurkan lambung. Raja bertanya : Lantas obat apa menurutmu? Dokter Sawad menjawab : Obat yang tak berefek samping menurutku adalah

أَنْ لَا تَأْكُلَ الطَّعَامَ حَتَّى تَشْتَهِيَهُ وَأَنْ تَرْفَعَ يَدَكَ عَنْهُ وَأَنْتَ تَشْتَهِيْهِ

Engkau tidak makan sehingga kau menginginkannya (saat lapar), dan engkau berhenti makan saat kau masih menginginkannya (sebelum kenyang).

Tiga dokter yang lain berkata : engkau benar. [Ihya Ulumudddin]

 

Dalam Ihya ulumuddin, Imam Ghazali menjelaskan bahwa orang yang terbiasa makan banyak maka cara agar ia bisa mengurangi dan mengembalikan kepada porsi yang normal adalah dengan metode “at-Tadrij” yakni mengurangi makan secara bertahap yang dilaksanakan selama satu bulan. Hal ini dikarenakan orang tersebut tidak akan tahan mood-nya dan akan terasa berat baginya jika ia harus mengurangi makan secara langsung sekaligus. Misalkan, orang yang terbiasa makan dua piring nasi setiap kali makan dan ia hendak mengurangi porsi hingga satu piring maka caranya adalah membagi satu piring (target) dengan 30 bagian. Jika ditemukan misalnya satu piring adalah berjumlah 30 suap nasi maka ia mengurangi satu suapan setiap harinya sehingga ketika masuk bulan ke dua ia sudah kembali kepada porsi normal yaitu satu piring. [Lihat Ihya Ulumuddin]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk makan sesuai porsi kebutuhan dan kita selalu teringat mereka yang kelaparan sehingga mudah berempati kepada fakir miskin di sekitar kita.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, August 7, 2023

FITNAH DUNIA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash RA, Rasul SAW bersabda :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari dari sifat kikir, dari sifat pengecut, dari kepikunan, dari fitnah dunia dan siksa kubur." [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Amr bin Maymun Al-Awdy berkata : Sa’d bin Abi Waqqash RA mengajarkan doa di atas kepada anak-anaknya sebagaimana seorang guru mengajarkan baca tulis kepada anak-anak kecil. Dan iapun berkata :

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلَاةِ

Sesungguhnya Rasul SAW memohon perlindungan dari beberapa perkara (yang disebut dalam doa di atas) selepas shalat. [Shahih Bukhari]

 

Beberapa perkara tersebut maksudnya adalah sifat kikir, sifat pengecut, kepikunan, fitnah dunia dan siksa kubur. Beberapa perkara tersebut sangatlah penting untuk diwaspadai sampa-sampai Baginda Nabi SAW berdoa agar dilindungi oleh Allah dari perkara-perkara tersebut. Salah satunya di antaranya adalah fitnah Dunia.

 

Apakah Fitnah dunia itu? Al-Mulla Aly Al-Qary menjelaskan :

بِأَنْ تَتَزَيَّنَ لِلسَّالِكِ وَتُغِرَّهُ وَتُنْسِيَهُ الْآخِرَةَ وَيَأْخُذَ مِنْهَا زِيَادَةً عَلَى قَدْرِ الْحَاجَةِ

Dunia berhias kepada seorang hamba supaya menarik perhatiannya, membujuknya dan menjadikannya lupa akan akhirat. Ia akan mengambil dunia lebih banyak dari apa yang ia butuhkan. [Mirqatul Mafatih]

 

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ

Ketahuilah bahwasannya harta dan anak-anak kalian adalah fitnah. [QS Al-Anfal : 28]

 

Ibnu Katsir berkata :

 أَيْ اِخْتِبَارٌ وَامْتِحَانٌ مِنْهُ لَكُمْ

Maksud fitnah disini adalah Ujian dari Allah bagi kalian [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Imam As-Suyuthi berkata :

لَكُمْ صَادَّةٌ عَنْ أُمُوْرِ الْآخِرَةِ فَلَا تُفَوِّتُوْهُ بِمُرَاعَاةِ الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَالْخِيَانَةِ لِأَجْلِهِمْ

Maksudnya adalah harta dan anak akan memalingkan kalian dari urusan akhirat. Maka janganlah kalian kehilangan pahala akhirat sebab kalian (sibuk) mengurusi harta dan anak serta berkhianat karena mereka. [Tafsir Jalalain]

 

Ada sebuah kisah menarik mengai fitnah dunia yang dikisahkan oleh Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin yang bersumber dari Laits bahwasannya suatu hari Nabi Isa AS dan seorang sahabatnya berjalan di tepi sungai. Keduanya memiliki tiga potong roti. Satu potong untuk Nabi Isa, satu potong untuk orang itu dan tersisa satu potong roti untuk disimpan. Namun, sesudah Nabi Isa pergi minum ke sungai dan kembali, beliau mendapati sepotong roti yang tersisa sudah tidak ada. Maka, beliau pun bertanya, “Siapakah yang mengambil sepotong roti yang tersisa tadi?” Sahabatnya itu menjawab, “Aku tidak tahu.”

 

Keduanya meneruskan perjalanan dan tiba-tiba, mereka melihat seekor rusa dan kedua anaknya. Lalu Nabi Isa AS menangkap salah satu anak rusa untuk disembelih dan dimasak. Keduanyapun memakan sajian itu. Sesudah itu, Nabi Isa AS berkata kepada anak rusa yang tersisa tulang belulang karena habis dimakan : “Berdirilah, atas seizin Allah”.  Maka anak rusa yang telah mati itu hidup lagi dan lari menjauh. Nabi Isa berkata :

أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَرَاكَ هَذِهِ الْآيَةَ مَنْ أَخَذَ الرَّغِيْفَ؟

 “Aku bertanya kepadamu Demi Dzat yang telah memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya ini, siapakah yang telah mengambil sepotong roti itu?”

Sahabatnya menjawab : “Aku tidak tahu.”

 

Keduanya melanjutkan perjalanan sehingga sampailah mereka di sebuah danau. Nabi Isa memegang tangan sahabatnya lalu keduanya berjalan di atas air. Setelah itu Nabi Isa bertanya lagi “Aku bertanya kepadamu Demi Dzat yang telah memperlihatkan kepadamu bukti kekuasaan-Nya ini, siapakah yang telah mengambil sepotong roti itu?” Sahabatnya menjawab : “Aku tidak tahu.”

Keduanya melanjutkan perjalanan lagi sehingga sampailah mereka di sebuah padang pasir. Nabi Isa mengambil debu dan pasir lalu beliau berkata : “Jadilah emas atas seizin Allah Ta’ala”. Lalu pasir itu menjadi emas dan beliau membaginya menjadi tiga bagian. Beliau berkata: “Sepertiga emas ini untukku. Sepertiga lainnya untukmu. Dan sepertiga sisanya untuk orang yang mengambil roti tadi.” Sontak sahabatnya berseru, “Akulah yang mengambil roti itu!” Nabi Isa berkata, “Ambillah semua bagian emas ini untukmu.” Maka, Nabi Isa berpisah, melanjutkan perjalanan seorang diri.

 

Waktu terus berlalu. Orang yang tadinya sahabat Nabi Isa itu kemudian didatangi dua orang perampok. Mereka hendak membunuhnya untuk mengambil 3 potong emas yang dibawanya. Maka, orang itu bernegosiasi, “Lebih baik kita bagi tiga saja emas-emas ini.” Kedua perampok itu setuju. Dan di tengah hari, mereka mulai lapar. Seseorang menyuruh kawannya pergi ke pasar untuk membeli makanan. Ketika tiba di pasar, orang yang sedang membeli itu berpikir dalam hatinya , “Untuk apa aku membagi harta emas itu? Bukankah aku bisa mengambil semuanya untukku? Aku akan membunuh mereka dengan menaruh racun pada makanan yang dibelinya untuk mereka”. Dan iapun melaksanakan rencana jahatnya itu.

 

Sementara itu, dua orang yang sedang menunggu juga berpikir. "Untuk apa kita membagi tiga harta emas ini? Lebih baik jika ia datang, kita bunuh saja. Lalu, harta ini kita bagi dua!" keduanyapun sepakat akan hal itu. Lalu ketika orang yang membeli makan telah datang, keduanya pun segera membunuhnya. Maka, harta yang ada dibagi dua bagian. Karena lapar, keduanya lantas makan makanan yang telah dibeli korban. Keduanya tak tahu makanan itu mengandung racun. Mereka pun mati sehingga nampak di sana, tiga harta emas dan tiga mayat di sampingnya. Satu ketika, Nabi Isa SAW berjalan bersama para sahabatnya dan menemukan pemandangan tersebut lalu beliau berkata :

هَذِهِ الدُّنْيَا فَاحْذَرُوْهَا

“Inilah dunia. Maka berhati-hatilah kalian darinya.” [Ihya Ulumuddin]

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mewaspadai tipu daya dunia dan memohon perlindaungan Allah SWT dari fitnah dunia.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Wednesday, July 26, 2023

HUBUNGAN TERLARANG

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Buraidah RA, Rasul SAW bersabda :

حُرْمَةُ نِسَاءِ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى الْقَاعِدِينَ كَحُرْمَةِ أُمَّهَاتِهِمْ

Dosa keharaman berzina dengan istri dari mujahid (yang sedang perang) bagi orang-orang yang tidak ikut berperang adalah seperti keharaman berzina dengan ibu mereka sendiri. [HR Muslim]

 

Catatan Alvers


Kasus inces (hubungan intim sedarah) terjadi di Montong, Kabupaten Tuban, Jawa Timur pada tahun 2021. Terekam dalam sebuah video dimana ayah (45) menggauli anak kandungnya (16) di ruang tamu rumahnya.  Sang putri mengaku hampir setiap malam digauli oleh ayah kandungnya yang sudah tiga kali bercerai itu. [tribunnews com]. Kasus inces juga terjadi tahun 2023 ini, tepatnya di banyumas seorang bapak (57) dengan putrinya (26) sehingga melahirkan 7 bayi dan semua bayi tersebut dikubur. Inces tersebut terkuat pasca penemuan 7 kerangka bayi di sebuah lahan. Inces tersebut diduga atas perintah guru spirituanya. [Tribunnews com]

 

Inces dalam islam termasuk kategori zina dan zina dengan siapapun hukumnya haram. Rasulullah SAW bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ بَعْدَ الشِّرْكِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ مِنْ نُطْفَةٍ وَضَعَهَا رَجُلٌ فىِ رَحِمٍ لَا يَحِلُّ لَهُ

Tidak ada dosa yang lebih berat setelah syirik di sisi Allah dari seorang laki-laki yang menaruh spermanya di dalam rahim wanita yang tidak halal baginya. [HR Ibnu Abid Dunya]

 

Dari besarnya dosa zina, jangankan berzina mendekati zina saja sudah dilarang. Allah SWT berfirman :

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا  إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. [QS. Al-Isra’: 32].

Besarnya dosa zina akan bertambah besar lagi dosanya dengan melihat siapa yang berzina dan dizinahi. Zina yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah itu lebih besar dosanya dan hukumannya dari pada zinanya orang yang belum menikah.  Rasulullah SAW bersabda:

اَلْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَنَفْيُ سَنَةٍ وَالثّيّبُ بِالثّيّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ

 “Perawan dengan perjaka (jika berzina) maka dicambuk 100 kali dan diasingkan setahun. Duda dengan janda (jika berzina) maka dicambuk 100 kali dan dirajam,” [HR Muslim].

 

Demikian pula berzina dengan orang yang dekat seperti tetangga akan lebih besar dosanya. Suatu ketika Rasul SAW bertanya kepada para sahabat : Apa pendapatmu mengenai zina? Para sahabat menjawab : Zina itu diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga zina itu haram sampai hari kiamat. Lalu Rasul SAW bersabda :

لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرَةِ نِسْوَةٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ

Zinanya seseorang dengan sepuluh wanita itu masih lebih ringan dosanya daripada ia berzina dengan istri tetangganya. [HR Ahmad]

 

Jika berzina dengan orang dekat seperti istri tetangga itu dosanya lebih besar maka berzina dengan wanita sedarah (mahram) hukumnya  akan lebih besar lagi. Syeikh Ibnu Hajar Al-haitami berkata :

وَأَعْظَمُ الزِّنَا عَلىَ الْإِطْلَاقِ الزِّنَا بِالْمَحَارِمِ

Dosa terbesar zina secara mutlak adalah zina dengan perempuan mahram. [Az-Zawajir]

 

Dan Nabi SAW bersabda :

مَنْ وَقَعَ عَلَى ذَاتِ مَحْرَمٍ فَاقْتُلُوْهُ

Barang siapa berzina dengan perempuan mahram maka bunuhla ia. [HR Al-Hakim]

 

Barra’ bin Azib berkata : suatu ketika aku berkeliling mencari untaku yang hilang, tiba-tiba aku berpapasan dengan sejumlah orang yang menaiki kuda sambil membawa bendera. Orang badui mendekatiku karena ia tahu derajatku dihadapan Nabi SAW. Mereka datang membawa kubah dan mengeluarkan orang lelaki darinya lalu mereka memenggal kepalanya maka aku bertanya apa salahnya lalu mereka menyebutkan :

أنَّهُ أَعْرَسَ بِاْمرَأَةِ أَبِيْهِ

Lelaki itu mengawini istri ayahnya. [HR Abu Dawud]

Dan hal ini dipahami pula dari hadits utama di atas yaitu “Dosa keharaman berzina dengan istri dari mujahid (yang sedang perang) bagi orang-orang yang tidak ikut berperang adalah seperti keharaman berzina dengan ibu mereka sendiri”. [HR Muslim]

 

Jika berzina dengan kerabat dekat menjadikan dosa semakin besar maka menikah dengan kerabat dekat juga dinilai kurang baik. Syeikh Zainuddin Al-Malibari berkata :

وَقَرَابَةٍ بَعِيْدَةٍ عَنْهُ مِمَّنْ فِي نَسَبِهِ أَوْلَى مِنْ قَرَابَةٍ قَرِيْبَةٍ وَأَجْنَبِيَّةٍ لِضُعْفِ الشَّهْوَةِ فِي الْقَرِيْبَةِ، فَيَجِئُ الْوَلَدُ نَحِيْفًا

Menikahi wanita dari kerabat jauh yang masih senasab itu lebih utama daripada menikahi wanita dari kerabat dekat dan wanita “ajnabiyah” (yang tidak ada hubungan nasab sama sekali) karena menikahi wanita kerabat dekat itu akan menyebabkan berkurangnya syahwat sehingga anak yang dilahirkan (kemungkinan) akan menjadi “Nahifan” (lemah, “Dlawiyan”). [Fathul Mu’in]

 

Beliau melanjutkan : Yang dimaksud dengan Kerabat dekat di sini adalah keturunan pertama (anak) dari Paman atau bibi baik dari jalur ayah maupun ibu. Adapun Nabi SAW menikahi Zainab (Bintu Jahsy) yang mana ia adalah anak dari paman (jalur ayah) maka hal ini dilakukan karena untuk menjelaskan kebolehan menikahi sepupu.  Dan Ali KW menikahi Fatimah RA karena Fatimah adalah kerabat jauh dari Sayyidina Ali tepatnya Fatimah adalah putri dari anaknya paman (keturunan ke dua dari paman). [Fathul Mu’in] Menikahi wanita kerabat jauh lebih utama dari ... wanita lain yang tidak ada hubungan kerabat sama sekali. Hal ini dikarenakan (diantara) tujuan menikah adalah menyambung hubungan antara sesama kabilah demi persatuan dan kesatuan sementara manfaat ini tidak ditemukan pada pernikahan dengan wanita kerabat dekat karena hubungan dekat sudah terjalin sementara pada wanita yang bukan kerabat itu berlainan kabilah [Ianatut Thalibin}

 

Dan aturan pernikahan semacam ini sudah ada sejak zaman Nabi Adam. Siti Hawa melahirkan dalam satu kandungan sepasang anak kembar lelaki perempuan. Qabil kembaran Iqlima, dan labudza kembaran habil. Maka Nabi Adam menikahkan anak lelaki dengan anak perempuan dari kandungan yang berbeda. Tidak boleh anak lelaki menikahi anak perempuan kembarannya. Namun Qabil menolak hal itu, ia bersikukuh menikahi Iqlima kembarannya karena ia cantik. [Tafsir Al-Bahrul Muhith] Dan Siti Hawa melahirkan empat puluh anak dalam 20 kandungan. [Al-Jami Li Ahkamil Qur’an]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mentaati aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan Allah dan Rasul-Nya .

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Wednesday, June 28, 2023

ICON KELUARGA SABAR

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Mas’ud RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ وَلَا يُعْطِي الدِّينَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberi harta kepada orang yang Dia cintai dan orang yang Dia tidak cintai, dan (Allah) tidak memberi agama (keimanan) kecuali hanya kepada siapa yang Dia cintai. Barang siapa yang diberi agama (keimanan) oleh allah maka sungguh Allah mencintainya. [HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Dalam ritual haji dan idul Adha, kita diingatkan kepada satu keluarga yang menjadi suri tauladan. Siapakah itu? Allah SWT berfirman :

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya. [QS Al-Mumtahanah : 4]

 

Nabi Ibrahim menjadi teladan dalam kesabaran dalam penantian memiliki anak. Dalam munajatnya, beliau berdoa :

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Ya Tuhanku, karuniakanlah kepadaku sebagian dari anak-anak yang shalih. [QS As-Shaffat : 100]

 

Doa ini terealisasi setelah penantian panjang hingga usia Nabi Ibrahim menginjak 85 tahun. Itupun bukan dilahirkan dari istri (pertama)nya, sarah. Namun dari hajar, seorang budak yang diberikan sarah untuk dinikahi Nabi Ibrahim dengan harapan agar ia memiliki keturunan. Dan 13 tahun setelah kelahiran ismail, barulah sarah memiliki anak yang bernama ishaq. [Al-Bidayah Wan Nihayah]

 

Kesabaran juga diteladankan oleh siti hajar yaitu sabar dalam menjalani kehidupan berkeluarga.  Imam Bukhari dalam shahih Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata : Suatu ketika Nabi Ibrahim pergi dengan hajar berserta anak bayinya, Isma'il. Sesampainya di mekkah, Ibrahim menempatkan keduanya dekat Baitullah (Ka'bah) pada sebuah gubuk di atas zamzam di ujung al-masjidil Haram. Waktu itu di Makkah tidak ada seorangpun yang tinggal di sana dan tidak ada pula air. Ibrahim menempatkan keduanya disana dan meninggalkan semacam karung berisi kurma dan kantung/geriba berisi air. Kemudian Ibrahim pergi untuk meninggalkan keduanya. Maka Ibu Isma'il mengikutinya seraya berkata; "Wahai Ibrahim, kamu mau pergi kemana?. Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada sesuatu apapun ini". Ibu Isma'il terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya ibu Isma'il bertanya;

أَاللَّهُ الَّذِي أَمَرَكَ بِهَذَا

"Apakah Allah yang memerintahkan kamu atas semuanya ini?".

Ibrahim menjawab: "Ya". Ibu Isma'il berkata;

إِذَنْ لَا يُضَيِّعُنَا

"Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami".

 

Kemudian ibu Isma'il kembali dan Ibrahim melanjutkan perjalanannya hingga ketika sampai pada sebuah bukit dan orang-orang tidak melihatnya lagi, Ibrahim menghadap ke arah Ka'bah lalu mengangkat kedua tangannya [Shahih Bukhari] seraya berdo'a  :

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.  [QS Ibrahim : 37].

 

Bahkan Nabi Ibrahim, Istri dan anak, keluarga ini menjadi icon kesabaran menjalani perintah Allah SWT dan tidak terbuai oleh rayuan setan yang ingin menjauhkannya dari Allah. Ka’b mengisahkan kepada Abu Hurairah RA dan kisah ini diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim bahwasannya ketika setan mengetahui rencana Nabi Ibrahim menyembelih putranya (Disini disebutkan Ishaq), maka setan bersumpah : “Demi Allah, jika sekarang aku tidak menggoda keluarga Ibrahim maka aku tidak akan bisa menggoda seseorang dari keluarga Ibrahim selamanya”.

 

Untuk melancarkan aksinya, setan menyamar menjadi orang yang dikenali keluarga Nabi Ibrahim. Pertama setan  mendatangi istrinya (Dalam riwayat ini disebutkan sarah). Setan bertanya : “Hendak kemanakah Ibrahim pagi-pagi pergi bersama anaknya?”. Istrinya menjawab : “Ia pergi karena ada satu keperluan”. Setan berkata : “Tidak, demi Allah. Ia pergi karena hendak menyembelih putranya”. Istrinya menjawab : “Tidaklah mungkin seorang bapak akan menyembelih putranya sendiri. Memangnya ada apa?”. Setan berkata : “Ibrahim mengira tuhannya menyuruh untuk melakukan hal itu”. Istrinya menjawab : “Kalau demikian, baguslah ia mentaati perintah tuhannya”.

 

Setelah gagal menggoda istrinya, Setan bergegas menuju putranya. Setan bertanya : “Hendak kemanakah ayahmu pagi-pagi pergi?”. Putranya menjawab : “Ia pergi bersamaku karena ada satu keperluan”. Setan berkata : “Tidak, demi Allah. Ia pergi karena hendak menyembelihmu”. Putranya menjawab : “Tidaklah mungkin ayahku menyembelihku. Memangnya ada apa?”. Setan berkata : “Ia mengira tuhannya menyuruh untuk melakukan hal itu”. Putranya menjawab : “Demi Allah, Kalau demikian sudah semestinya ia mentaati perintah tuhannya”.

 

Setelah gagal menggoda putranya, Setan bergegas menuju Ibrahim secara langsung. Setan bertanya : “Hendak kemanakah engkau pagi-pagi pergi bersama anakmu?”. Ibrahim menjawab : “ada satu keperluan”. Setan berkata : “Tidak, demi Allah. Engkau tidak pergi melainkan hendak menyembelih anakmu”. Ibrahim menjawab : “Memangnya ada apa?”. Setan berkata : “Engkau mengira tuhanmu menyuruhmu untuk melakukan hal itu”. Ibrahim menjawab : “Demi Allah, Jika Allah memerintahku demikian niscaya akan aku melakukannya”.

 

Setelah Nabi ibrahim berusaha menyembelih putranya maka Allah membebaskannya dan menggatikanya dengan seekor domba besar. Nabi Ibrahim berkata : “berdirilah wahai anakku, Allah telah membebaskanmu dan telah mewahyukan bahwa engkau memiliki satu permintaan yang pasti dikabulkan”. Putranya berkata : “Ya Allah, Aku memohon kepadamu agar memenuhi doaku” yaitu : 

أَيُّمَا عَبْدٍ لَقِيَكَ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ لَا يُشْرِكُ بِكَ شَيْئًا فَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ

siapa saja yang menghadap kepada-Mu baik orang-orang terdahulu maupun orang-orang yang akan datang kemudian, yang mana mereka tidak menyekutukan-Mu dengan apapaun maka masukkanlah ia ke dalam surga. [Al-Mustadrak Alas Shahihayn]

 

Tidaklah bisa bersabar menjalani ujian berat kecuali orang yang beriman kepada Allah. Maka hendaknya kita berusaha sabar dalam menjalani ujian hidup ini dan hendaknya kita merenungkan sabda Nabi SAW pada hadits uatam di atas yaitu : “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberi harta kepada orang yang Dia cintai dan orang yang Dia tidak cintai, dan (Allah) tidak memberi agama (keimanan) kecuali hanya kepada siapa yang Dia cintai. Barang siapa yang diberi agama (keimanan) oleh allah maka sungguh Allah mencintainya”. [HR Ahmad]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa beriman dan bersabar sesuai yang diteladankan oleh keluarga Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad SAW.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

HIKMAH MELEMPAR JAMRAH

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Aisyah RA, Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ

Thawaf di baitullah, Sai antara shafa dan marwah serta melempar jamrah itu dijadikan sarana untuk menegakkan dzikir kepada Allah. [HR Abu Dawud]

 

Catatan Alvers

 

Setelah wukuf di arafah, saudara kita yang sedang menunaikan haji mereka menuju muzdalifah untuk mabit sambil mencari kerikil lalu ke mina untuk melempar jamrah. Jamrah berasal dari bahasa Arab, jamrah yang artinya “Al-Hashatu As-shaghirah” batu kecil atau kerikil, bentuk jamaknya adalah jimar, jamarat [Kamus Almaany]. Dan tempat pelemparan batu di mina juga disebut dengan nama jamrah, jamarat. [Tajul Arus]

 

Jabir bin Abdillah RA berkata : Aku melihat Nabi SAW sedang melempar jumrah dengan memakai batu kerikil “Khadzf”. [HR Muslim] dan beliau memerintahkan untuk menggunakan kerikil “Khadzf”. [HR An-Nasa’i]  Yang dimaksud dengan kerikil “Khadzf” adalah batu kecil yang digunakan dalam permainan melempar oleh orang arab yaitu dengan cara meletakkan batu kecil antara jari telunjuk dan ibu jari dari tangan kiri lalu disentil dengan jari telunjuk tangan kanan. [Al-Muntaqa Syarah Al-Muawattha’] Hal ini supaya tidak membahayakan orang lain. Beliau bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ لَا يَقْتُلْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَإِذَا رَمَيْتُمْ الْجَمْرَةَ فَارْمُوا بِمِثْلِ حَصَى الْخَذْفِ

“Wahai sekalian manusia, janganlah sebagian dari kalian membunuh sebagian yang lain. Jika kalian melempar jumrah, maka lemparlah dengan batu seukuran batu khadzf.’” [HR Abu Dawud]

 

Setiap ibadah tentu memiliki hikmah. Para ulama berkata :

أَصْلُ الْعِبَادَةِ الطَّاعَةُ وَكُلُّ عِبَادَةٍ فَلَهَا مَعْنًى قَطْعًا لِأَنَّ الشَّرْعَ لَا يَأْمُرُ بِالْعَبَثِ

Dasar ibadah itu adalah ketaatan dan setiap ibadah pastilah memiliki makna karena syariat tidak memerintahkan kita untuk bermain-main (melakukan sesuatu tanpa ada tujuannya). [Al-Majmu Syarah Al-Muhaddzab]

 

Dalam lanjutannya disebutkan “Namun makna ibadah terkadang ada yang bisa dipahami oleh seorang mukallaf dan terkadang tidak... dan diantara ibadah yang tidak dipahami maknanya adalah  sa’i dan melempar jamrah. Seorang hamba dibebankan untuk melakukannya supaya ketaatannya sempurna karena ibadah semam ini tidak ada bagian pada jiwa dan akal dan tidak bisa dipahami melainkan hanya memenuhi perintah dan ketundukan dan sempurna. [Al-Majmu Syarah Al-Muhaddzab]

 

Meskipun demikian, ritual melempar jumrah dalam Ibadah Haji ini memiliki akar sejarah yang erat dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasul SAW bersabda :  

لَمَّا أَتَى إِبْرَاهِيمُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ الْمَنَاسِكَ عَرَضَ لَهُ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْجَمْرَةِ فَرَمَاهُ بِسَبْعِ حَصَيَاتٍ حَتَّى سَاخَ فِي الْأَرْضِ

“Ketika Nabi Ibrahim kekasih Allah melakukan manasik haji, tiba-tiba setan menampakkan diri di hadapan beliau di jumrah. Lalu Nabi Ibrahim melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga setan itupun masuk ke dalam tanah” .

 

Dalam lanjutan hadits disebutkan : Setan itu menampakkan dirinya kembali di jumrah yang kedua. Lalu Nabi Ibrahim melempari setan itu kembali dengan tujuh kerikil, hingga setan itupun masuk ke dalam tanah. Kemudian setan menampakkan dirinya kembali di jumrah ketiga. Lalu Nabi Ibrahim pun melempari setan itu dengan tujuh kerikil, hingga setan itu masuk ke dalam tanah“.

Lalu Ibnu Abbas RA berkata :

الشَّيْطَانُ تَرْجُمُونَ، وَمِلَّةُ أَبِيكُمْ تَتَّبِعُونَ

“Kalian melempari setan dan kalian mengikuti agama ayah kalian Ibrahim“. [Al-Mustadrak Alas Shahihayn]

 

Berbicara mengenai melempar Jumrah maka berbicara mengenai batu dan orang Indonesia banyak yang senang dengan batu dengan segala jenisnya, maka yang perlu diperhatikan adalah apa yang disampaikan oleh Imam Syafi’i beliau berkata :

لَا خَيْرَ فِي أَنْ يُخْرَجَ مِنْ حِجَارَةِ الْحَرَمِ وَلَا تُرَابِهِ شَيْءٌ إلَى الْحِلِّ

Tiada gunanya membawa bebatuan atau debu keluar dari tanah haram ke tanah halal. [Al-Umm]

 

Imam Syafi’i mengisahkan bahwa Abdul A'la bin Abdillah bin Amir berkata : "Suatu hari aku bersama ibuku datang ke Mekkah, lalu kami mendatangi Shafiyah binti Syaibah dan beliau membawa kami ke bukit shafa, kemudian Shafiyah memberi kami pecahan batu dari bukit shafa kemudian kami membawa potongan tersebut ke luar tanah Haram hingga sampai di satu desa, namun seluruh rombongan kami terkena penyakit. Kemudian ibuku berkata : "Apa yang menimpa kita tidak lain adalah karena kita telah mengeluarkan batu ini dari tanah Haram" lalu beliau berkata : "Kembalikan ini (batu) kepada Shofiyah, katakan kepadanya”  :

إنَّ اللَّهَ جَلَّ وَعَلَا وَضَعَ فِي حَرَمِهِ شَيْئًا فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَخْرُجَ مِنْهُ

"Sesungguhnya Allah telah meletakkan di tanah Haram sesuatu yang tidak layak dibawa keluar tanah haram".

 

Lalu aku pun berangkat mengembalikan batu tersebut ke tanah Haram. Ketika aku kembali kepada rombongan, mereka berkata "Tiba-tiba kami semua sehat kembali saat engkau memasuki tanah Haram, seakan-akan kami bebas dari belenggu". [Al-Majmu' Syarah Muhaddab]

 

Lantas bagaimana jika ada yang membawa keluar tanah haram?. Imam Al-Mawardi berkata :

فَإِنْ أَخْرَجَ مِنْ حِجَارَةِ الْحَرَمِ أَوْ مِنْ تُرَابِهِ شَيْئًا فَعَلَيْهِ رَدُّهُ إِلَى مَوْضِعِهِ وَإِعَادَتُهُ إِلَى الْحَرَمِ

Jika seseorang membawa keluar batu atau debu dari tanah haram maka ia wajib untuk mengembalikannya ketempatnya di tanah haram. [Al-Hawi Al-Kabir]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mempelajari ajaran Islam sehingga tidak salah dalam berbuat dan mengamalkan ajaran Islam.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak