ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Shafiyyah binti Huyay RA, Rasul SAW bersabda :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ
مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا
Sesungguhnya
setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Dan Aku khawatir
kalau-kalau setan membisikkan suatu kejelekan ke dalam hati kalian. [HR
Bukhari]
Catatan
Alvers
Tiada
seorangpun yang bisa terbebas dari tuduhan kejelekan. Tuduhan itu bukan semata
melihat siapa objeknya, orang baik apakah orang jelek namun tuduhan itu terjadi
karena orang-orang yang menuduh. Mereka menuduh karena boleh jadi mereka punya
kepentingan tertentu dan boleh jadi mereka terhasud oleh manusia bahkan oleh setan
dan boleh jadi karena satu hukuman karma.
Dalam
Shahih Bukhari dikisahkan mengenai seorang yang hidup di zaman bani Isra’il
yang bernama Juraij. Ia seorang ahli ibadah namun ia dituduh oleh seorang
wanita yang barusan melahirkan bahwa sang bayi adalah hasil zina dengan Juraij.
Orang-orang pun terhasud dengan tuduhan tersebut, mereka mencaci maki juraij
bahkan mereka membakar tempat ibadahnya. Melihat fitnah ini, Juraij lalu sholat
dan kemudian bertanya kepada sang bayi, siapakah ayahmu? Sang bayi menjawab :
“Ayahku adalah seorang penggembala”. Mengetahui hal ini, massa kemudian sadar
bahwa mereka telah salah menuduh juarij. Mereka meminta maaf dan berjanji akan
membangunkan tempat ibadahnya dengan emas namun juraij meminta dikembalikan
dengan batu bata dari tanah seperti semula. Ternyata Juraij terkena hukuman
karma dari ibunya yang sakit hati karena juraij tidak menjawab ketika
dipanggil. Ibunya berdoa :
اللَّهُمَّ لَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ
الْمُومِسَاتِ
Ya
Allah, jangan Engau matikan ia sehingga engkau perlihatkan kepadanya wajah
wanita pelacur. [HR Bukhari]
Nabi
Yusuf juga pernah dituduh mencuri. Hal ini disinggung dalam firman Allah SWT :
قَالُوا إِنْ يَسْرِقْ فَقَدْ سَرَقَ أَخٌ لَهُ
مِنْ قَبْلُ
Mereka
berkata: "Jika ia mencuri, maka sesungguhnya saudaranya (yaitu Nabi Yusuf)
juga pernah mencuri sebelum itu". [QS Yusuf : 77]
Nabi
yusuf menjadi korban tuduhan akibat modus bibinya yang mengasuhnya ketika
beliau masih kecil pasca sang ibunda wafat. Selang beberapa tahun kemudian,
ketika Yusuf tumbuh bertambah besar, maka Ya'qub rindu dan hendak mengambil
Yusuf dari bibinya. Setelah mengetahui rencana tersebut sang bibi membuat
jebakan, ia mengenakan ikat pinggang warisan Nabi Ishaq di dalam baju nabi
Yusuf kecil. Lalu ia berpura-pura merasa kehilangan ikat pinggang, dan ia
memerintahkan kepada semua orang untuk mencari siapa orang yang mengambilnya.
Dan setelah pencarian, orang-orang menemukan ikat pinggang itu ada pada Yusuf.
Maka sang bibi berkata: “Demi Allah, sesungguhnya Yusuf sejak sekarang telah
menjadi milikku, aku menguasainya sepenuhnya menurut apa yang aku kehendaki”.
Ketika Sang Ayah, Ya'qub datang berkunjung kepada bibi Yusuf dan Sang bibi
menceritakan peristiwa itu, maka Ya'qub berkata :
إِنْ كَانَ فَعَلَ ذَلِكَ فَهُوَ سَلَمٌ لَكَ
“Jika
Yusuf berbuat demikian (mencuri), maka Yusuf menjadi tawananmu”.
Maka
Yusuf kecil hidup bersama sang bibi lebih lama hingga sang bibi meninggal
dunia. Setelah itu barulah Yusuf kembali kepada ayahnya. [Hasyiyah As-Shawy Ala
Tafsir Al-Jalalain]
Rasul
SAW sendiri merasa tidak terbebas dari tuduhan sehingga beliau
mengantisipasinya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Shafiyyah binti Huyay
RA. ketika Nabi SAW sedang berI'tikaf di malam hari, Shafiyyah, Istir beliau
mendatangi ke masjid untuk satu keperluan. Sesudah itu beliau hendak
mengantarnya pulang. Tiba-tiba lewat dua orang laki-laki Anshar dan tatkala
mereka melihat beliau, mereka kemudian mempercepat langkahnya. Lalu beliau
berkata kepada mereka :
عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ
حُيَيٍّ
Berjalanlah
kalian seperti biasa. Ini adalah (istriku) Shafiyah binti Huyay.
Mereka
menjawab; “Subhanallah, ya Rasulullah!” [HR Bukhari]
Dalam
Riwayat lain, Mereka berkata :
يَا رَسُوْلَ اللهِ هَلْ نَظُنُّ بِكَ إِلَّا
خَيْرًا
Ya
Rasulallah, Kami tidak akan menyangka kepadamu kecuali dengan persangkaan yang
baik. [Fathul Bari]
Lalu
menjelaskan alasannya, Beliau bersabda dengan hadits utama di atas yaitu :
“Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Dan Aku
khawatir kalau-kalau setan membisikkan suatu kejelekan ke dalam hati kalian
berdua.” [HR Bukhari]
Mengomentari
hadits ini, Syeikh ibnu Hajar al-Asqalani berkata :
إِنَّ اللهَ جَعَلَ لِلشَّيْطَانِ قُوَّةً عَلَى
التَّوَصُّلِ إِلَى بَاطِنِ الْإِنْسَانِ
Sesungguhnya
Allah memberikan kekuatan kepada setan untuk bisa masuk ke dalam bathin
manusia. [Fathul Bari]
Maka
dari itu Rasul SAW mengajarkan kepada kita untuk mengantisipasi agar orang lain
tidak menuduh kita berbuat jelek, atau agar orang lain tidak prasangka jelek.
Sayyidina Umar RA berkata :
مَنْ عَرَضَ نَفْسَهُ لِلتُّهْمَةِ فَلَا
يَلُوْمَنَّ مَنْ أَسَاءَ بِهِ الظَّنَّ
Barang
siapa yang menjadikan dirinya sebagai sasaran persangkaan maka janganlah ia
mencela orang yang berprasangka buruk kepadanya. [Kasyful Khafa’]
Lihatlah
siapa yang lebih baik dan suci dari Nabi SAW. Tiada yang lebih baik dan suci
dari beliau namun beliau tidak membiarkan celah sedikitpun agar orang lain
terhasut oleh setan sehingga mereka berprasangka jelek. Lalu siapa kita ini?
Mari kita lebih berhati-hati dalam bersikap dan berucap dan lakukan antisipasi.
Bukan masalah kita, namun hal ini agar kita membantu orang lain supaya tidak
berprasangka jelek dan hal itu adalah kejelekan buat mereka.
Wallahu
A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk lebih
berhati-hati dalam bersikap dan berucap dan bisa melakukan antisipasi agar
orang lain tidak berprasangka jelek kepada kita.
Salam
Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok
Pesantren Wisata
AN-NUR
2 Malang Jatim
Ngaji
dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo
Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu
Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]