ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abu Sa’ide
Al-Khudry, Rasul SAW bersabda:
مَنْ
يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا
وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Barangsiapa yang berusaha
untuk sabar maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan tidak ada suatu pemberian
yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
(diberi) kesabaran". ” [HR Bukhari]
Catatan Alvers
Suatu ketika ada beberapa
orang Anshar meminta (sedekah) kepada Rasulullah SAW, maka Beliau memberi.
Kemudian mereka meminta lagi, lalu Beliau memberi. Kemudian mereka meminta lagi
lalu Beliau memberi lagi hingga habislah apa yang beliau miliki. Kemudian
Beliau bersabda: "kebaikan (harta) yang ada padaku dari sekali-kali
tidaklah aku akan meyembunyikannya dari kalian semua. Namun barangsiapa yang
menahan (menjaga diri dari meminta-minta), maka Allah akan menjaganya dan
barangsiapa yang meminta kecukupan maka Allah akan mencukupkannya “ Lalu beliau
meneruskan dengan sabda pada hadits utama di atas. [HR Bukhari]
Pada hadits utama di atas
disebutkan “Barangsiapa yang berusaha untuk sabar maka Allah akan menjadikannya
sabar”. Dan ini selaras dengan Firman Allah SWT :
وَمَنْ
يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun
yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. [QS At-Taghabun : 11]
Alqamah berkata : Seseorang
yang sedang tertimpa musibah lalu ia mengetahui bahwa musibah itu dari Allah, maka
ia ridlo dan menerima ketentuan takdir. [Shafwatat Tafasir]
Maksud dari “Allah
menunjukkan hatinya” Dikatakan oleh Ibnu Abbas RA :
يَهْدِ
قَلْبَهُ لِلْيَقِيْنِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ
لِيُخْطِئَهُ وَمَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَهُ
Allah menunjukkan hatinya
kepada keyakinan sehingga ia tahu bahwa apa yang menimpanya tidak mungkin akan
luput darinya apa yang luput darinya tidak akan mungkin menimpanya. [Shafwatat
Tafasir]
Iman itu identik dengan sabar.
Sayyidina Ali KW memberikan perumpamaan :
اَلصَّبْرُ
مِنَ الْإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ وَلَا جَسَدَ لِمَنْ لَا
رَأْسَ لَهُ وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا صَبْرَ لَهُ.
Kedudukan Sabar dari iman
itu seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tiada tubuh bagi orang yang tak
memiliki kepala dan tidak ada iman bagi orang yang tak memiliki kesabaran.
[Ihya Ulumuddin]
Orang yang bersabar mereka
mengetahui bahwa semua yang ada adalah milik Allah dan kapanpun Ia bisa
mengambilnya dari kita. Allah SWT berfirman :
وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ * الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ
وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang bersabar. Yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan : Sesungguhnya kami milik Allah, dan
kepadanya kami akan kembali. [QS Al-Baqarah: 155–156].
Dan Rasul SAW bersabda :
"Tidaklah seorang muslim yang tertimpa
musibah, kemudian bersegera melaksanakan apa yang diperintahkan Allah yaitu
mengucap :
إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ عِنْدَكَ احْتَسَبْتُ مُصِيبَتِي
فَأْجُرْنِي فِيهَا وَعَوِّضْنِي مِنْهَا
“Sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, di sisi-Mu
aku rela dengan musibah yang menimpaku, maka berilah aku pahala dan gantilah
dengan yang lebih baik darinya”
melainkan Allah pasti akan
memberinya pahala dan menggantinya dengan yang lebih baik. [HR Ibnu Majah]
Orang yang bersabar mereka
meyakini bahwa semuanya adalah titipan dan kapanpun yang punya akan
mengambilnya titipan tersebut dari kita. Kesadaran inilah yang dimiliki Ummu
Sulaim sehingga ia sabar menghadapi kematian anaknya. Ketika hendak menyampaikan
kabar duka, Ummu sulaim memberikan makan malam, dan mengajak suami untuk
memenuhi hajatnya. Setelah itu barulah ummu sulaim berkata :
أَبَا
طَلْحَةَ أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ قَوْمًا أَعَارُوا عَارِيَتَهُمْ أَهْلَ بَيْتٍ
فَطَلَبُوا عَارِيَتَهُمْ أَلَهُمْ أَنْ يَمْنَعُوهُمْ قَالَ لاَ. قَالَتْ
فَاحْتَسِبِ ابْنَكَ
“Wahai Abu Thalhah,
Bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum meminjamkan sesuatu kepada salah satu
keluarga, lalu mereka meminta pinjaman mereka lagi, bolehkah keluarga itu
melarangnya?” Abu Thalhah menjawab, “Tidak boleh.” Ummu Sulaim, “Maka carilah
pahala dari kematian puteramu.” [HR Muslim]
Sabar itu akan mendatangkan
pahala yang besar. Suatu ketika Istri Fatah Al-Maushily terpeleset lalu
terjatuh dan membuat kukunya patah namun ia malah tersenyum. Orang bertanya :
Apakah kau tidak merasakan sakit? Maka ia menjawab :
إِنَّ
لَذَّةَ ثَوَابِهِ أَزَالَتْ عَنْ قَلْبِي مَرَارَةَ وَجْعِهِ
Sungguh, nikmat dari
pahalanya telah menghilangkan rasa sakitnya (kuku yang patah) dari hatiku.
[Ihya Ulumuddin]
Sabar itu akan menggagalkan misi
setan dalam satu musibah. Diriwayatkan bahwa Ibnu Umar ketika menguburkan
anaknya yang wafat maka ia tersenyum sehingga membuat orang-orang
bertanya-tanya. Ia menjawab :
أَرَدْتُ أَنْ أُرَغِّمَ الشَّيْطَانَ
Aku ingin membuat setan terhina.
[I’anatut Thalibin]
Sabar itu menjadikan hidup
itu indah. Hidup itu indah bukan karena semua keinginan seseorang itu tercapai,
karena hal itu tidak mungkin terjadi namun ketika ia ditimpa sesuatu yang tidak
disukai maka ia bersabar, menerima takdir Allah dan berbaik sangka kepada-Nya. Sayyidina
Umar RA berkata “
وَجَدْنَا
خَيْرَ عَيْشِنَا بِالصَّبْرِ
Kami menemukan indahnya
hidup dengan bersabar. [HR Bukhari]
Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka
fikiran kita untuk menerima semua ketetapan Allah dengan berbaik sangka dan
bersabar sehingga kita bisa merasakan indahnya kehidupan yang kita jalani saat
ini .
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata :
_Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka
sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]