ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan
dari Anas Bin Malik RA, Rasul SAW bersabda : Malaikat Jibril berkata :
مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ
وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا ، وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ
“Barang siapa
membaca shalawat atasmu satu kali maka Allah menurunkan sepuluh rahmat
kepadanya dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” [HR Bukhari dalam
Adabul Mufrad]
Catatan Alvers
Suatu ketika
ada sahabat yang bernama Basyir bin Sa’ad RA, Ia bertanya: “Allah telah
memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, bagaimanakah kami
mengucapkan shalawat kepadamu?” Kemudian Rasulullah SAW menjawab :
Ucapkanlah
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ
إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Ya Allah,
berikanlah kemuliaan kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau
memberikan kemuliaan kepada Ibrahim. Dan berilah karunia kepada Muhammad
beserta keluarganya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga
Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta ini, hanya Engkau-lah yang Maha terpuji
lagi Maha mulia.” [HR Muslim]
Redaksi
shalawat di atas lazim dikenal dengan shalawat ibrahimiyyah yang kita baca
ketika tayahhud dalam shalat dan memang menurut al-Qadli (Iyadl Rahimahullah),
menurut qaul adzhar (yang lebih jelas) redaksi shalawat yang ditanyakan memang
dalam konteks shalat sehingga imam muslim mendatangkan riwayat hadits tersebut
dalam bab shalat. [Syarah Muslim]
Lantas
bagaimana dengan redaksi shalawat yang disusun oleh ulama seperti shalawat
haji? Apakah boleh dibaca dan diamalkan? Apakah khasiatnya memang untuk bisa
berhaji?
Perlu diketahui
bahwa ada di antara sahabat Nabi yang menyusun shalawat dengan redaksi lain
yang berbeda dengan yang di ajarkan oleh Nabi. Di antaranya adalah Abdullah bin
Mas’ud RA. Ia berkata :
إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَحْسِنُوا الصَّلَاةَ
عَلَيْهِ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُونَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ
“Apabila kalian
bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus
kepada beliau, siapa tahu shalawat kalian itu disampaikan kepada beliau.”
Lantas ada
beberapa orang yang meminta agar mereka diajari shalawat yang bagus. Abdullah
bin Mas’ud RA menjawab : “Ucapkanlah :
اللَّهُمَّ اجْعَلْ
صَلَاتَكَ وَرَحْمَتَكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَإِمَامِ
الْمُتَّقِينَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّينَ مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ إِمَامِ
الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُولِ الرَّحْمَةِ اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُودًا يَغْبِطُهُ بِهِ الْأَوَّلُونَ وَالْآخِرُونَ
Ya Allah
jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul,
pemimpin orang-orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba
dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya
Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-¬orang
terdahulu dan orang-orang terkemudian.”
Setelah itu
beliau melanjutkan dengan membaca shalawat Ibrahimiyah. [HR Ibnu Majah]
Imam Syafii
juga memiliki redaksi shalawat tersendiri yang beliau tulis dalam kitabnya
Ar-Risalah yaitu :
وَصَلَّى اللهُ عَلَى
مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وَغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ
الْغَافِلُوْنَ
”Semoga Allah
melimpakan shalawat atas Muhammad, selama orang-orang yang ingat menyebut-Mu
dan orang-orang yang lalai lupa menyebut-Mu.”
Dan Abul Hasan
berkata: “Aku bermimpi bertemu dengan Rasul SAW lantas aku bertanya: “Ya Rasul,
Apakah hadiah yang diterima As-Syafii darimu atas shalawatnya yang ditulisnya
dalam kitab Ar-Risalah. Maka Nabi SAW menjawab : Hadiah adalah ia tidak di
hisab (masuk surga tanpa hisab). [Ihya Ulumuddin]
Dengan demikian,
shalawat itu tidak harus memakai redaksi yang langsung dari Nabi SAW sehingga
redaksi shalawat seperti shalawat hajji itu diperbolehkan. Lantas bagaimana
dengan khasiatnya? shalawat hajji biasanya dibaca dengan khasiat orang yang
membacanya akan bisa pergi haji. Apakah juga diperbolehkan meyakini hal
tersebut padahal yang demikian itu tidak diajarkan oleh Nabi SAW ?.
Redaksi
Shalawat Hajji yang dimaksud adalah sebagai berikut :
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ
وَزِيَارَةَ قَبْرِ نَبِيِّكَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِلُطْفٍ
وَعَافِيَةٍ وَسَلَامَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّمْ
“Ya Allah,
limpahkanlah rahmat atas junjungan kami Muhammad dengan berkah shalawat, Engkau
menyampaikan kami untuk berkunjung ke rumah-Mu yang mulia dan berziarah ke
makam nabi-Mu, atasnya shalawat dan salam dengan penuh kelembutan, kesehatan,
keselamatan, dan tercapainya maksud dan tujuan, serta limpahkan pula shalawat
dan salam keapda keluarga dan sahabat-sahabat beliau”.
Shalawat hajji
tersebut pada dasarnya merupakan do’a yang diselipkan dalam shalawat. Ya, Doa
agar bisa berhaji. Doa seperti ini akan lebih berpeluang dikabulkan. Kenapa?
Karena Umar Bin Khattab RA berkata :
إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ
بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى
نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Sesungguhnya
doa itu terhenti antara langit dan bumi, ia tidak bisa naik sedikitpun sehingga
engkau bershalawat kepada Nabimu SAW. [HR Tirmidzi]
Mengingat doa
dalam shalawat hajji tadi adalah permohonan agar Allah menyampaikan pembacanya
ke tanah suci untuk berhaji maka demikian pula insyaAllah, Allah akan
mengabulkannya. Jadi keyakinan akan khasiat shalawat hajji itu juga ada
dasarnya. Terlepas dari itu semua, shalawat akan meninggikan derajat seseorang
di sisi Allah SWT sebagaimana hadits utama di atas.
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk dapat mengamalkan
shalawat dengan hati tenang dan penuh keyakinan akan khasiat yang telah
dijanjikan oleh Nabi SAW.