إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Friday, September 22, 2023

SALAM KEPADA NABI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku (sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab salamnya [HR Abi Daud]

 

Catatan Alvers

 

Salam kepada Nabi SAW lebih dulu diketahui oleh para sahabat dari pada shalawat. Hal ini diketahui dari pernyataan dari Ka’b bin Ujzah RA, ia berkata : kami pernah bertanya  “Wahai Rasulallah, kami telah mengetahui (lafadz) salam kepadamu lantas bagaimana kami bershalawat (kepadamu)? Lalu Nabi SAW mengajarkan Allahumma shalli ala dst (shalawat ibrahimiyah) [HR Nasa’i]

 

Adapun salam yang telah diajarkan oleh Rasul SAW dan diketahui oleh para sahabat adalah ucapan :

اَلسَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ

Semoga terlimpah kepadamu wahai nabi, keselamatan, rahmat Allah dan barakah-Nya. [Syarah Muslim]

 

Ketika seseorang mencupakan salam kepada beliau maka beliau membalas ucapan salam tersebut. Hal itu tidak hanya dahulu ketika beliau masih hidup namun juga ketika beliau sudah wafat beliau tetap menjawab salam dari dalam kubur beliau sebagaimana diberitahukan dalam hadits utama di atas : “Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku (sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab salamnya [HR Abi Daud]

 

 

Tidak hanya beliau, bahkan semua Nabi mereka hidup dalam kuburnya. Nabi SAW bersabda :

اَلْأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِي قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

"Para nabi itu hidup di dalam kubur mereka dalam keadaan mengerjakan shalat." [Musnad Abu Ya'la]

 

Dan beliau juga menyaksikan sendiri keberadaan para nabi yang hidup dalam alam kuburnya. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda :

مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

"Aku berpapasan dengan Musa AS pada malam Isra di bukit pasir yang berwarna merah dalam keadaan berdiri mengerjakan shalat dalam kuburnya." [HR Muslim]

 

Mungkin hati kecil alvers ada yang bertanya-tanya bagaimana itu terjadi, Rasul SAW hidup dalam kuburNya? Menjawab hal ini, Saya teringat dengan permasalahan yang sama yaitu tatkala roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya kemudian ditanya oleh malaikat, dan mendapat siksa atau kenimatan, maka mengapa manusia tidak dapat melihatnya sedikitpun? Syeikh Thahir Al-Jazairy menjawab :

اِنَّ اللهَ يَحْجُبُ اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ لِيُظْهَرَ مَنْ يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِى الشَّكِّ وَالرَّيْبِ وَلَوْ رَاىَ النَّاسُ ذَلِكَ لَآمَنُوا كُلُّهُمْ وَلَمْ يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ مِنَ الطَّيِّبِ وَالرَّدِئُ مِنَ الْجَيِّدِ.

Sesungguhnya Allah menutup penglihatan manusia dari hal tersebut, sebagai ujian bagi mereka, agar menjadi jelas siapakah yang beriman kepada hal ghaib dan siapa yang tidak beriman dan ragu serta bimbang akan hal tersebut. Seandainya manusia melihat keadaan dalam kubur, niscaya mereka akan beriman semuanya, sehingga tidak ada perbedaan antar manusia yang baik dan yang jahat, serta tidak ada beda antara yang hina dan mulia. [Al-Jawahir al-Kalamiyah]. 

 

Tidak hanya kita, manusia mengucapkan salam kepada beliau bahkan pepohonan dan gunung-gunung juga demikian. Sayyidina Ali KW berkata : Aku bersama Nabi SAW di mekkah lalu kami keluar ke sebagian penjuru mekkah dan saat itu tidaklah gunung dan pohon berpapasan dengan beliau melainkan mereka mengucapkan salam kepadanya, yaitu  :

السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai utusan Allah” [HR Turmudzi]

 

Ketika melintasi makam Nabi, hendaklah jamaah berpaling dari kiblat atau membelakanginya dan menghadap dinding makam. Hendaklah jamaah berdiri sambil melihat ke arah bawah dinding makam dengan penuh tawadlu’, dan mengagungkan derajat Nabi SAW yang ada di hadapannya, dengan hati yang bersih dari usrusan duniawi kemudian mengucap salam dan jangan mengeraskan suara akan tetapi dengan suara yang biasa atau sedang. [Al-Idlah]

 

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hangus (pahala) amalanmu tanpa kau sadari. [QS Al-Hujurat : 2]

 

Larangan ini turun ketika masa hidupnya Nabi SAW namun demikian larangan ini tetap berlaku setelah wafat beliau. Ketika berada di masjid Nabawi, As-Sa'ib bin Yazid dilempar dengan kerikil oleh seseorang dan ternyata ia adalah Umar bin Khatthab. Dia berkata : "Pergi dan bawalah dua orang (yang mengeraskan suara) itu kepadaku." Maka aku bawa keduanya ke hadapan Umar. lalu Umar bertanya, "Dari mana asalnya kalian berdua?" mereka menjawab, "Kami berasal dari Tha'if" Umar bin Khaththab berkata :

لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Sekiranya kalian dari penduduk sini (madinah, niscaya kalian mengerti larangan mengeraskan suara) maka aku akan hukum kalian berdua! Sebab kalian telah mengeraskan suara di Masjid Rasulullah SAW." [HR Bukhari]

 

Para Ulama berkata :

يُكْرَهُ رَفْعُ الصَّوْتِ عِنْدَ قَبْرِهِ كمَاَ كاَنَ يُكْرَهُ فِي حَيَاتِهِ؛ لِأَنَّهُ مُحْتَرَمٌ حَيًّا وَفِي قَبْرِهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ

Dimakruhkan mengeraskan suara di sisi makam Nabi SAW sebagaimana dahulu ketika beliau hidup karena Nabi SAW itu adalah pribadi yang dimuliakan, baik ketika hidup maupun setelah berada di makamnya SAW. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Hendaknya jamaah mengucapkan salam sesuai dengan lafadz salam di atas atau membaca bacaan salam yang panjang seperti yang tertera dalam buku manasik. Dan jika ada sanak saudara atau handai taulan menitipkan salam kepada beliau maka ucapkanlah :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مِنْ ....

(“Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai utusan Allah” dari ....) lalu sebut nama orang yang menitipkan salam. [Al-Idlah]

 

Setelah melewati makam nabi, maka jamaah akan melintasi makam sahabat Abu Bakar RA. Kitapun dianjurkan mengicapkan salam, minimal dengan ucapan :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ

(Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai sahabat, Abu Bakar)

 

Setelah itu, jamaah akan melintasi makam sahabat Umar RA. Kitapun dianjurkan mengicapkan salam, minimal dengan ucapan :

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَرُ

(Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai sahabat, Umar)

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa memuliakan pribadi Agung, Nabi Muhammad SAW sampai kapanpun dan dimanapun terlebih ketika berada di dalam Masjid Nabawi dan di dekat makam beliau.

Tuesday, September 19, 2023

UMRAH ARBA’IN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ صَلَّى فِي مَسْجِدِي أَرْبَعِينَ صَلَاةً لَا يَفُوتُهُ صَلَاةٌ كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَنَجَاةٌ مِنْ الْعَذَابِ وَبَرِئَ مِنْ النِّفَاقِ

“Barang siapa shalat di masjidku empat puluh kali shalat tanpa ada yang ketinggalan, maka dia dicatat bebas dari neraka, selamat dari siksa dan bebas dari sifat munafik.”[HR Ahmad]

 

Catatan Alvers

 

Kita sering mendengar travel umrah menawarkan program Umrah Arba’in. Apa maksudnya?  Arbain berarti empat puluh maka Umrah Arbain maksudnya adalah perjalanan umrah dengan mukim di hotel madinah selama 9 hari. Dengan masa tersebut, peserta bisa melakukan shalat fardlu di masjid Nabawi sebanyak 40 kali. Jika sehari seseorang melakukan sholat fardlu 5 kali maka dibutuhkan minimal waktu 8 hari untuk mukim di madinah dan program-program seperti ziarah ke tempat-tempat bersejarah harus dilakukan dalam waktu yang terbatas sekira pada jam shalat para jamaah sudah ada di masjid Nabawi. Sholat inilah yang di maksud dengan istilah shalat arbain yang mana pada hadits utama di atas disebutkan memiliki pahala berupa bebas dari neraka, selamat dari siksa dan bebas dari sifat munafik.

 

Sifat munafik itu sebagaimana disampaikan dalam hadits dimana Rasul SAW bersabda :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ اِذَاحَدَثَ كَذَبَ وَاِذَا وَعَدَ اَحْلَفَ وَاِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat. [HR Bukhari]

Dan dalam hadits lain dipertegas oleh Nabi SAW :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ

“Tanda munafik itu ada tiga, walaupun orang tersebut puasa dan mengerjakan shalat, lalu ia mengklaim dirinya muslim.” [HR Muslim]

 

Hadits mengenai shalat arbain ini oleh al-Haitsami dinilai sebagai hadits shahih karena para perawinya tsiqah (terpercaya) [Jami’ul Ahadits]  Demikian pula Ibnu Hibban mengkategorikan para perawinya tsiqah (terpercaya) termasuk perawi yang bernama Nubaith bin Umar yang dinilai oleh ulama salafi sebagai perawi yang majhul sehingga hadits tersebut dinilai sebagai hadits dla’if.

 

Seandainyapun kita mengikuti penilaian hadits tersebut dla’if maka tidak semata-mata hal itu menggugurkan amaliahnya karena hadits dla’if masih bisa dipergunakan. Ibnu Hajar al-Haitami berkata :

قَدِ اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الْعَمَلِ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ لِأَنَّهُ إِنْ كَانَ صَحِيْحًا فِي نَفْسِ الْأَمْرِ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَقُّه ُمِنَ الْعَمَلِ بِهِ وَإِلَّا لَمْ يَتَرَتَّبْ عَلَى الْعَمَلِ بِهِ مَفْسَدَةُ تَحْلِيْلٍ وَلَا تَحْرِيْمٍ وَلَا ضِيَاعِ حَقٍّ لِلْغَيْرِ

Para ulama sepakat atas bolehnya mengamalkan hadits dla’if dalam fadlailul a’mal (keutamaan amalan). Karena jika hadits tersebut ternyata benar, maka sudah seharusnya diamalkan. Dan jika ternyata tidak benar, maka pengamalan terhadap hadits tersebut tidaklah mengakibatkan kerusakan (mafsadah) menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, dan tidaklah menyia-nyiakan hak orang lain. [FathulMubin Fi Syarhil Arbain]

Dengan melaksanakan shalat arbain itu artinya para jamaah melakukan shalat 40 x 1000 pahala sehingga sama halnya jamaah melakukan shalat yang berpahala lebih baik dari 40.000 kali shalat. Hal ini mengingat sekali shalat di masjid nabawi pahalanya lebih baik dari 1000 kali shalat di masjid lainnya. Nabi SAW bersabda :

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari pada 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram.” [HR Bukhari]

Yang menjadi pertanyaan, apakah keutamaan pahala besar itu hanya berlaku pada masjid asal yang dibangun pada masa Nabi ataukah juga berlaku di area perluasan sekarang? Hal ini menjadi pro kontra tidak hanya sekarang namun sejak terjadi perluasan pertama kali di era Khalifa Umar RA. Ketika itu sebagian sahabat enggan untuk shalat di lokasi perluasan masjid dan mereka memilih shalat di lokasi masjid yang asal. Maka Umar berkata : Seandainya aku tidak mendengar Rasul SAW berkeinginan untuk memperluas masjid ini niscaya aku tidak berani memperluas bangunannya.

وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَسْجِدُ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَلَوِ امْتَدَّ إِلَى ذِي الْحُلَيْفَةِ

Demi Allah, Lokasi perluasan masjid itu juga termasuk bagian dari Masjid Rasulullah SAW meskipun perluasannya sampai ke daerah Dzul Hulaifah (yang berjarak 17 KM dari Madinah) [Adlwa’ul Bayan]

Ketika mendatangi masjid nabawi jangan hanya diniati untuk mengerjakan shalat namun beberapa waktu niatkan juga untuk mengikuti kajian yang disampaikan oleh pembimbing travel karena Rasul SAW bersabda :

مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا، لَمْ يَأْتِهِ إِلاَّ لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ

 “Barang siapa mendatangi masjidku ini, tidak datang kecuali untuk kebaikan yang ingin dia pelajari atau ajarkan, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Dan barang siapa datang untuk selain itu, maka ia laksana orang yang hanya memandang barang orang lain.” [HR Ibnu Majah]

 

Istilah shalat Arbain itu ternyata tidak hanya di madinah namun juga ada di tanah air meskipun pekerjaannya lebih berat karena arbain di tanah air dilakukan dengan empat puluh hari bukan empat puluh waktu. Rasul SAW bersabda :

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ.

“Barang siapa yang shalat karena Allah empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbir yang pertama, maka dicatat baginya dua kebebasan; bebas dari neraka dan bebas dari kemunafikan. [HR Tirmidzi]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati kita untuk semangat mengerjakan shalat berjamaah tidak hanya ketika berada di tanah suci namun juga ketika pulang ke tanah air sendiri.

ZIARAH MASJID QUBA

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Sahl bin Hunaif RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ أَتَى مَسْجِدَ قُبَاءَ فَصَلَّى فِيهِ صَلَاةً كَانَ لَهُ كَأَجْرِ عُمْرَةٍ

“Barang siapa bersuci di rumahnya (hotel) lalu datang ke Masjid Quba, lalu dia mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah.” [HR Ibnu Majah]

 

Catatan Alvers

 

Masjid Quba’ merupakan masjid yang sangat istimewa, bukan karena bangunan dan arsitekturnya namun karena sejarah dan pahala beribadah di sana. Shalat sunnah di sana setara dengan pahala umrah sebagaimana keterangan hadits utama di atas.

Rasul SAW sering datang ke masjid quba. Abdullah bin Umar RA berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي مَسْجِدَ قُبَاءٍ كُلَّ سَبْتٍ، مَاشِيًا وَرَاكِبًا فَيُصَلِّي فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ

Dahulu Nabi SAW mendatangi Masjid Quba setiap hari Sabtu dengan berjalan kaki atau naik kendaraan kemudian Beliau shalat dua rekaat. [HR Bukhari]

 

Dalam sejarah, masjid quba adalah lokasi peribadatan umat islam yang pertama dibangun rasulullah SAW saat hijrah ke Madinah. Tepatnya pada tahun 1 hijriah (622 masehi). Letak masjid ini berada di pinggir kota Madinah, kurang lebih 3 kilometer arah selatan masjid nabawi.

 

Masjid Quba adalah masjid yang di sebutkan dalam ayat suci al-quran sebagai masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketaqwaan. Allah SWT berfriman :

لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ

“Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. [QS At-Taubah : 108]

 

Ayat tersebut terpampang dalam sebuah tulisan di pintu masuk masjid Quba.  Begitupula hadits yang menyebutkan jika nabi selalu mendatangi masjid quba pada hari sabtu seperti keterangan hadits di atas.

 

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya meriwayatkan bahwasannya di Madinah ada seorang pendeta yang bernama Abu Amir dari Khazraj. Dia adalah seorang pemeluk nasrani yang memiliki posisi penting di kalangan kaum Khazraj. Ketika Rasulullah SAW masuk ke Madinah, menghimpun kekuatan islam dan membangun peradaban kaum muslimin disana, Abu Amir merasa tidak suka dengan keberadaan Rasulullah SAW. Kemudian dia pergi ke Mekkah untuk mengumpulkan dukungan kaum Kafir Quraisy untuk melawan Rasulullah SAW. Dia juga pergi mencari dukungan kepada Raja Romawi, Heraclius. Dan Heraclius menyambut baik kedatangan Abu Amir dan menjanjikan apa yang diinginkannya.

 

Kaum Munafik kemudian membangun sebuah masjid di dekat masjid Quba’ yang diberi nama Masjid Dhirar. Lalu mereka meminta nabi untuk Shalat di masjid Dhirar sebagai legitimasi. Mereka berdalih masjid ini didirikan untuk orang-orang yang sakit, atau orang yang tidak dapat keluar saat hujan atau ketika hawa dingin. Pada waktu itu Rasul hendak berangkat ke Tabuk, dan beliau mengatakan : “Kami sekarang mau berangkat, Insya Allah nanti setelah pulang”.

 

H-1 sebelum Rasulullah SAW kembali ke Madinah, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang sengaja dibuat untuk memecah belah kaum muslimin. Rasulullah SAW kemudian mengutus dua orang sahabat untuk menghancurkan masjid tersebut. Beliau bersabda :

اِنْطَلِقَا إِلَى هَذَا الْمَسْجِدِ الظَّالِمِ أَهْلُهُ، فَاهْدِمَاهُ وَحَرِّقَاهُ

Pergilah kalian berdua ke masjid yang penghunminya berlaku dzalim itu, robohkan dan bakar saja. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Berkenaan dengan Masjid ini turunlah Firman Allah SWT :

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (107) لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا

“Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), dan karena kekafirannya, dan untuk memecah belah orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘kami tidak menghendaki selain kebaikan. ‘Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamnya...” [QS At-taubah : 107-108]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah Al-Bari membuka hati kita untuk bersemangat mendatangi masjid Quba ketika berada di madinah dan melaksanakan shalat di sana dengan meneladani prilaku Nabi SAW.

DAFTAR ISI SERIAL BUKU ONE DAY 5-6


ODOH 5

ANUGERAH DI BALIK MUSIBAH

ISBN : 9-786026-037985 

1. MENILAI MUSIBAH

2. PANDEMI, PAHALA TAK BERKURANG

3. DARURAT CORONA..

4. MENGHADAPI VIRUS CORONA ....

5. FITNAH CORONA..

6. THE MASKER

7. PROTOKOL BERSIN ..

8. PROTOKOL MENCUCI TANGAN

9. SHAFF DISTANCING

10. LEBIH BAIK DI RUMAH

11. LARANGAN BERSALAMAN

12. LOCK DOWN CORONA

13. VIRUS WUHAN VS WAHN .

14.QUNUT CORONA..

15. "LI KHOMSATUN"

16. MANTRA 1 RUQYAH

17. PERTOLONGAN SELAIN ALLAH?

18. MENGHADAPI CACIAN

19. SABAR, ALLAH SAJA DI-BULLY

20. ORANG BAIK MUDAH DITIPU

21. MENYESALI KERUGIAN

22. HARGA DUA MATA

23. GEMUK ITU DOSA?

24. SAAT BER-SENDAWA

25. CUACA DINGIN

26. FENOMENA EQUINOX

27. PENANGKAL GEMPA

28. PERSEKUSI

29. PHP

30. KONSEKWENSI CERAI

31. PETAKA ADIK LPAR

32.SYAHID DIJALAN RAYA..

33. MEMBALAS KEDZALIMAN

34. KUFUR NIKMAT

35.JADILAH KURMA

36."MENJENGUK ALAH"

37. DAHSYATNYA TA'ZIYAH

38, LARI DARI KEMATIAN

39.TERGANTUNG ENDINGNYA

40.AKHIR KEHIDUPAN

41. KEJARLAH AKHIRAT


DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765




ODOH 6

KELUARGA SAMARA

ISBN : 9-786239-610685

BAGIAN PERTAMA

1. SEGERALAH MENIKAH!

2. KRITERIA CALON ISTRI

3. WASPADAI TIPE WANITA INI..

4. SALAH KAPRAH ISTIKHARAH

5. MASALAH LAMARAN

6. MASKAWIN BERKAH

7. MAHAR SANDAL JEPIT

8. S YAWAL BULAN PERNIKAHAN?

9. L.K.M.D (NIKAH KECELAKAAN)

BAGIAN KEDUA

10. KELUARGA SAMARA

11. CINTA PERTAMA NABI...

12. ROMANTISME AISYAH...

13. METODE KETELADANAN

14. ARWA, ISTRI ABU LAHAB

15. SUNGGUH SWEET RUMAH NABI

BAGIAN KETIGA

16. MENYAMBUT BUAH HATI..

17. APALAH ARTI SEBUAH NAMA?

18. ANAK: KARUNIA ATAU BENCANA?.....

19. BAKTI BERBALAS SURGA...

20. KASIH IBU SEPANJANG MASA

21. SHALAT SUAMI DIMANA?..

22. AGAR RUMAH MENJADI BERKAH

23. PERLUASLAH RUMAHMU...

24. GAYA HIDUP BAHAGIA...

25. THE REAL SULTAN

26. MENSYUKURI NIKMAT ALLAH

27. THE POWER OF QANAAH

 

BAGIAN KEEMPAT

28. CERAI KARENA ORTU?.....

29. SAAT MENSTRUASI

30. RUDAPAKSA ISTRI SENDIRI ...

31. CEMBURU PADA BIDADARI?

32. JIKA BELUM MANDI

33. MOHON NAFKAH LAHIR BATIN...

34. JANGANLAH MENGANGGUR

35. PROBLEM KEUANGAN

36. KEINGINAN VS KEBUTUHAN

37. ANTI SELINGKUH...

38. IZINKAN AKU BERZINA

39. MENIKAH LAGI.....

40. MOVE ON...

41. TERPESONA AKU TERPESONA..

42. RAHASIA KESABARAN SUAMI.

 

BONUS

1. KHOTBAH NIKAH RASUL SAW

2. ТЕRЈЕМАН КНОТВАН NКАН.

3. TAWASUL AKAD NIKAH...

4. DOA SEUSAI AKAD NIKAH

5. DOA LIQA (TEMU KEMANTEN)..

6. MENDOAKAN PENGANTIN....

 

DAPATKAN BUKUNYA

BISA KIRIM KE SULURUH DUNIA

HUBUNGI ANNUR 2 STORE 

+62-858 5895 9765