إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Friday, October 13, 2023

MODE CANTIK MAKSIMAL

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr RA, Nabi SAW bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Fitrah setiap pria adalah menyukai wanita. Allah SWT berfirman :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita… [QS Ali Imran : 14]

Semua pria normal akan menyukai wanita tak terkecuali Rasul SAW. Rasul SAW bersabda :

إِنَّمَا حُبِّبَ إِلِيَّ مِنْ دُنْيَاكُمُ النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ

“Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian ; wanita-wanita dan wewangian serta dijadikannya penyejuk hatiku dalam shalat” [HR Baihaqi]

Wanita, parfum dan shalat. Dari tiga perkara itu, dua yang pertama adalah berlaku untuk kebanyakan manusia namun tidak untuk yang ketiga. Secara fitrah lelaki akan lebih tertarik kepada wanita yang cantik. Hal ini sebagaimana Rasul menjelaskan kecondongan manusia dalam menikah. Beliau bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا

Wanita itu (biasanya terpilih untuk) dinikahi karena empat hal  yaitu karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. [HR Bukhari]

 

Istri yang cantik akan berpotensi lebih besar untuk menjadikan suami senang ketika memandangnya. Dan ini merupakan salah satu unsur yang menjadikan istri sebagai wanita shalihah yang disabdakan oleh Nabi SAW pada hadits utama di atas : “Dunia ini adalah perhiasan. Dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah.” [HR Muslim]

As-sindy berkata :

قَوْلُهُ مَتَاعٌ أَيْ مَحَلٌّ لِلْاِسْتِمْتَاعِ

Sabda Nabi “perhiasan” dalam hadits itu maksudnya adalah tempat untuk bersenang-senang. [Hasyiyah As-Sindy]

Al-Qurtubi berkata : Wanita shalihah dalam hadits tersebut dijelaskan dalam sabda Nabi yang lain yaitu :

اَلَّتِي إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ، وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ، وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Wanita yang tatkala suami memandangnya maka ia membahagiakannya, jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya, dan ketika suami pergi maka ia bisa menjaga diri sendiri dan harta saumi. [Tathriz Riyadis Shalihin]

Rasul SAW sendiri memuji sang istri, sayyidah Aisyah yang berkulit putih dengan memanggilnya “Humaira”. Diriwayatkan bahwa suatu ketika orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah :

يَا حُمَيْرَاءُ أَتُحِبِّيْنَ أَنْ تَنْظُرِي إِلَيْهِمْ

“Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?”

Lalu Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi SAW berdiri di depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah SAW dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.” [HR An-Nasa’i]

 

Ibnu Mandzur berkata :

كاَنَ يَقُولُ لَهَا أَحْيَاناً تَصْغِيْرُ الْحَمْرَاءِ يُرِيْدُ الْبَيْضَاءَ

Rasulullah terkadang memanggil Aisyah dengan sebutan “Humaira” yang merupakan bentuk tasghir dari kata “Al-Hamra” (merah) yang dimaksud beliau adalah wanita yang berkulit putih. [Lisanul Arab]

 

Mengapa Humaira (merah) bermakna putih? Al-Asqalany menyebutkan :

وَالْعَرَبُ تُطْلِقُ عَلَى الْأَبْيَضِ الْأَحْمَرَ كَرَاهَةَ اسْمِ الْبَيَاضِ لِكَوْنِهِ يُشْبِهُ الْبَرَصَ ، وَلِهَذَا كَانَ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ لِعَائِشَةَ يَا حُمَيْرَاءُ

Orang Arab menyebut (kulit yang) putih dengan kata “Ahmar” (merah) karena mereka tidak menyukai sebutan putih sebab putih itu serupa dengan putihnya barash (penyakit belang). Maka dari itu Rasul memanggil Aisyah dengan “Ya Humaira”. [Fathul Bari]

 

Dengan demikian, jika istri memakai make up dan skincare supaya tampil cantik di hadapan suami sehingga suami senang saat memandangnya, bukan untuk pamer kecantikan atau kesombongan  maka hal itu adalah perbuatan terpuji. Istri yang shalihah akan menjaga penampilannya untuk suami agar tetap terlihat cantik dan menarik. Umamah Bintul Harits berpesan kepada putrinya ketika menikah :

يَا بُنَيَّةُ ... فَلَا تَقَعْ عَيْنَاهُ مِنْكِ عَلَى قَبِيْحٍ ، وَلَا يَشُمَّ أَنْفُهُ مِنْكِ إِلَّا أَطْيَبَ الرِّيْحِ

Wahai putriku, jangan sampai padangan suamimu melihat sesuatu yang jelek darimu, dan jangan pula hidungnya mencium darimu melainkan bau yang wangi. [Jamharatul Amtsal]

 

Dan sebaliknya, suami juga harus berpenampilan baik. Ibnu Abbas RA berkata :

أُحِبُّ أَنْ أَتَزَيَّنَ لِلْمَرْأَةِ كَمَا أَحَبَّ أَنْ تَتَزَيَّنَ لِي

Aku senang berhias untuk istriku sebagaimana aku senang istriku berhias untukku. [Tafsir At-Thabari]

 

Kalau dalam hadits utama disabdakan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita shalihah” maka ingat Rasul SAW juga bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا اَلزَّوْجُ الصَّالِحُ

Dunia dalah perhiasan dan perhiasan terbaiknya adalah suami yang shalih. [HR Thabrani]

 

Dan yang tak boleh terlewatkan, mempercantik wajah jangan sampai melupakan mempercantik akhlak, bahkan hal itu yang lebih penting sehingga Nabi menambahkan “jika suami memerintahnya maka ia mentaatinya”. Dan Nabi SAW mengajarkan doa :

اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي

Ya Allah, sebagaimana Engkau baguskan fisikku, maka baguskanlah akhlakku." [Al-Adzkar lin Nawawi]

 

Wahai para istri, tampillah di hadapan suami dengan mode cantik maksimal. Jangan lupa, jika bibir pakai lipstik maka hiasi pula bibir dengan kata kata lembut.  Jika pipi sudah pakai blush on maka hiasi pula pipi dengan lesung pipi seyum. Jika mata dihiasi dengan celak maka jadikan mata dengan pandangan cinta dan memuliakan. Jika jari jemari sudah dihiasi hena maka hiasi pula jari itu dengan sentuhan lembut.  

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menjaga penampilan kita di hadapan pasangan sehingga keluarga tetap harmonis dan samara.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Thursday, October 12, 2023

MENGHARGAI MAKANAN

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :

مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِلَّا تَرَكَهُ

“Rasul SAW tidak pernah mencaci makanan, jika suka, maka beliau memakannya dan jika tidak maka beliau meninggalkannya.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Banyak orang ketika makan ia menyisakan makanan begitu saja dengan mubadzirnya padahal di tempat lain boleh jadi sesuap nasi akan sangat berarti. Ada baiknya sebelum butiran-butiran nasi mengenyangkan perut,  kita merenung betapa banyak kerja dan kegiatan yang mendahuluinya. Bila kita mampu menghargai arti sebutir nasi serta orang-orang yang menghasilkannya, maka saat itulah kita bisa mensyukurinya. Allah SWT berfirman :

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ. أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا . ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا. فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا...

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit). kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu… [QS Abasa : 24-27]

 

Dikisahkan bahwa ada seorang “Abid” ahli ibadah mengundang saudaranya ke rumahnya. Setelah tamu datang maka ia menyuguhkan beberapa potong roti lalu si tamupun memilih-milih roti yang paling bagus. Sang abid berkata :

مَهْ أَيَّ شَيْءٍ تَصْنَعُ

“Berhenti, apa yang kau lakukan itu?”

Tidakkah kau tahu bahwa roti yang tidak kau ingini di dalamnya terdapat sekian banyak hikmah, dan melewati jasa sekian banyak pekerja sehingga roti itu siap disantap. Mulai dari awan yang membawa air lalu air menyirami tanah, angin, hewan ternak hingga menjadi roti yang ada di hadapanmu. Setelah melewati proses panjang itu apakah engkau masih memilih-milih dan tidak menerimanya?”. [Ihya Ulumuddin]

 

Imam Ghazali menyampaikan satu hadits bahwa “Sebuah roti tidaklah siap disantap dihadapan seseorang sehingga ia melewati 360 pekerja. Dimulai dari Malaikat Mikail AS yang menakar air dari perbendaharaan rahmat Allah, lalu para malaikat yang  menggiring awan, matahari, rembulan dan bintang-bintang dan para malaikat angin hingga binatang-binatang ternak. Dan terakhir adalah tukang roti yang memasaknya”. [Ihya Ulumuddin]

 

Memahami proses panjang dan banyaknya orang yang berpartispasi dalam sebuah makanan maka Nabi SAW memerintahkan kita agar tidak mencela makanan jika tidak menyukainya sebagaimana hadits utama di atas. Dan sebaliknya beliau memberikan teladan agar kita memuji makanan yang ada. Ketika beliau meminta lauk pauk kepada istri beliau lalu istri berkata : “Kami tidak memiliki lauk melainkan cuka saja”. Maka beliau meminta lauk yang ada dan memulai memakannya lalu beliau bersabda :

نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

Lauk ternikmat adalah cuka, Lauk ternikmat adalah cuka. [HR Muslim]

 

Beliau juga memerintahkan agar kita memakan apa yang ada didekat kita. Umar bin abi salamah RA berkata : Ketika aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Nabi SAW, saat makan maka tanganku kesana-kemari di atas piring besar. Maka Beliau bersabda:

يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai bocah, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”. [HR Bukhari]

 

Beliau juga memerintahkan agar tidak membiarkan makanan terjatuh. Rasulullah SAW bersabda :

إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ

“Apabila suapan makanan salah seorang di antara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.” [HR Muslim]

 

Beliau juga mengajarkan agar tidak menyisakan makanan walau tinggal sedikit yang tersisa menempel dijari-jari. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasannya Rasul SAW menjilati jari jari beliau (setelah makan dan sebelum mencuci tangan) dan beliau menjelaskan alasannya :

إِنَّكَ لَا تَدْرِي فِي أَيِّ طَعَامِكَ تَكُونُ الْبَرَكَةُ

Engkau tidak tahu di bagian mana dari makananmu yang mengandung barokah. [HR Ahmad]

Bahkan Imam ghazali menyebutkan hadits :

آخِرُ الطَّعَامِ أَكْثَرُ بَرَكَةً

Akhir makanan adalah paling banyak berkahnya. [Ihya Ulumuddin]

 

Hikmah dari menjilat jari adalah saat air (untuk mencuci tangan) mengenai tangan yang belum dilap, maka ia akan banyak memberikan sisa makanan pada air tersebut, seperti minyak. Dengan demikian air tersebut berubah menjadi kotor. Namun apabila sebelumnya tangan tersebut dibersihkan dahulu, maka sedikitlah sisa makanan yang tersisa dan air dapat menghilangkannya. [Faidlul Qadir]

 

Aktifitas tersebut ternyata memiliki manfaat dari sisi medis.  dr. Charles Gerba dari University of Arizona, Amerika Serikat menyatakan bahwa makan menggunakan tangan dan menjilat jari jemari sesudahnya memiliki manfaat kesehatan. Di sela-sela jari manusia mengandung enzim Rnase yang berfungsi sebagai pengikat bakteri untuk menekan aktivitas bakteri ketika masuk bersamaan dengan makanan. Selain manfaat tersebut, enzim ini juga berfungsi sebagai kekebalan tubuh manusia. [rs-alirsyadsurabaya co id]

 

Enzim RNase dapat mendepolarisasi RNA (asam nukleat). Sehingga ketika kita menyuap makanan dengan tangan, bakteri yang terdapat pada makanan dapat terikat oleh enzim Rnase yang dihasilkan di tangan Anda. Proses ini membantu memperbaiki pencernaan di usus dan mencegah penumpukan bakteri berbahaya di usus. Tidak hanya itu, saat Anda menyentuh makanan dengan tangan, sebuah sinyal dikirim ke pikiran untuk melepaskan cairan pencernaan dan enzim. [yesdok com]

 

Selanjutnya jangan lupa bersyukur atas nikmat makanan yang dimakan. Rasul SAW bersabda : Barang siapa yang makan dan membaca :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا قُوَّةٍ

“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makan dengan makanan ini dan memberiku rizki dengan tanpa daya dan kekuatan dariku”.

Maka dosanya akan diampuni baik yang terdahulu maupun yang belakangan. [HR Abu Dawud]

 

Dan setelah selesai makan dan makanan di angkat maka Rasul SAW membaca :

الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi baik dan diberkahi, rizkinya tidaklah tertolak, tidak ditinggalkan dan tidak bisa terlepas darinya, wahai tuhanku. [HR Bukhari]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menghargai rizki dari Allah termasuk makanan yang kita makan sehari-hari yang sering terlupakan.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

MENGUNGKIT PEMBERIAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda :

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Ada tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak sudi memandang mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Pernahkan anda mendengar seseorang mengungkit-ngungkit kebaikan kepada orang yang telah dibantunya? Ia berkata : “Dahulu ketika ia susah maka aku membantunya namun sekarang ketika giliran aku yang susah maka ia tidak mau membantuku? Orang macam apa dia itu?”.

 

Ibnu Sirin suatu ketika mendengar orang yang mengungkit-ngungkit pemberian kepada orang lainnya maka Ibnu Sirin berkata :

اُسْكُتْ فَلَا خَيْرَ فِي الْمَعْرُوفِ إذَا أُحْصِيَ

Diamlah kamu, tidak ada baiknya kebaikan jia ia dihitung-hitung. [Adabud Dunya Wad Din]

 

Imam Al-Qurtubi mengutip statement mayoritas ulama : “Sedekah yang diketahui oleh Allah bahwa orang yang memberikannya itu akan mengungkit-ngungkitnya atau menyakiti orang yang diberi maka sedekah tersebut tidak akan diterima oleh Allah”. Dan ada yang berpendapat, “bahkan Allah menaruh tanda khusus pada pemberian tersebut kepada malaikat pencatat amal sehingga mereka tidak mencatat sedekah itu dalam catatan amal kebaikan”.

 

Orang Arab memberikan istilah kepada orang yang suka mengungkit-ngungkit pemberian sebagai “tangan hitam”, dan untuk orang yang memberi tanpa dimintai sebagai “tangan putih”, dan untuk orang yang memberi setelah dimintai sebagai “tangan hijau”. Dan ulama berkata

مَنْ مَنَّ بِمَعْرُوفِهِ سَقَطَ شُكْرُهُ ، وَمَنْ أُعْجِبَ بِعَمَلِهِ حُبِطَ أَجْرُهُ

“Barang siapa yang mengungkit-ngungkit kebaikannya maka gugurlah syukurnya dan barang siapa yang ujub (bangga) dengan amalnya sendiri maka leburlah pahalanya”. [Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an]

 

Mengungkit pemberian dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “Al-Mannu” yang di dalam kamus sebutkan :

مَنَّ الشَّيْءُ نَقَصَ وَمَنَّ الأَمْرُ فُلَانًا أَضْعَفَهُ وَأَعْيَاهُ

Manna As-Sya’u artinya sesuatu berkurang, Manna Al-Amru Fulanan artinya satu urusan melemahkan dan memayahkan Fulan. [almaany com]

 

Dan selaras dengan artinya, mengungkit-ngungkit pemberian itu akan dapat mengurangi pahala sedekah bahkan hal itu bisa membuat orangnya mendapat susah payah karena amalnya sia-sia. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti (yang diberi)…” [QS Al-Baqarah : 264]

 

Dalam lanjutan ayat tersebut, Allah menyamakannya dengan perbuatan orang yang menafkahkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia. Amal yang demikian diumpakan seperti debu yang berada di atas batu yang licin lalu terkena hujan deras, tentu tidak akan tersisa debunya. Allah SWT berfirman :

كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا

… (Maka perumpamaan orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (dari tanah). [QS Al-Baqarah : 264]

 

Dalam hadits, diriwayatkan dari sahabat Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda :

ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Ada tiga golongan manusia yang Allah tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat, tidak sudi memandang mereka, tidak mensucikan dosanya dan mereka akan mendapatkan siksa yang pedih.”

 

Abu Dzar bertanya : “Sungguh merugi mereka, siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau  menjawab :

الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

“Orang lelaki yang melakukan isbal (memanjangkan kain pakaiannya sampai melebihi mata kaki karena sombong), orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang (berusaha) melariskan barang dagangan dengan sumpah palsu.” [HR Muslim]

Bahkan dalam hadits lain disebutkan :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنَّانٌ

orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian itu tidak akan masuk surga. [HR Ahmad]

 

Disebutkan dalam satu kisah dengan judul “Al-Karim Al-Mannan” bahwa di satu kota terdapat seorang lelaki yang kaya nan dermawan terlebih kepada fakir miskin namun demikian ia memiliki sikap buruk yaitu ia membanggakan dirinya di hadapan fakir miskin ketika memberikan sedekah. Jika ada orang fakir meminta sedekah satu dirham maka ia berkata dengan suara keras di hadapan banyak orang :

دِرْهَمٌ وَاحِدٌ ؟ أَنَا لَا أُعْطِي أَحَداً دِرْهَماً وَاحِداً فَقَطْ خُذْ هَذِهِ عَشْرَةَ دَرَاهِمَ

 “Apa? Satu dirham saja? Tidak, aku tidak pernah memberi orang dengan hanya satu dirham saja. Ambil ini 10 dirham”.

Dan jika ia bertemu dengan orang fakir yang telah ia beri sedekah maka ia berkata di depan orang banyak : ”Kau gunakan untuk apa uang yang aku beri kemaren? Apa masalahmu sudah teratasi dengan sedekahku itu?”. Karena sifat buruknya ini, ia tidak disukai banyak orang.

 

Suatu ketika, ada seorang pemuda ingin memberikan pelajar berharga untuk menyadarkannya. Pemuda itu duduk di pinggiran jalan yang biasa dilalui oleh orang kaya itu dengan mengenakan pakaia yang lusuh layaknya pengemis. Ia menaruh mangkok kecil yang kosong yang sudah ia rancang. Ketika orang kaya itu lewat maka pengemis itu berkata : “wahai tuan, sudikah kiranya engkau menaruh satu dirham saja ke dalam mangkokku ini”.  Mendengar permintaan ini, orang kaya tersebut tertawa dan dengan bangga ia berkata seperti biasanya : “Satu dirham? Oh tidak, aku akan memenuhi mangkokmu dengan beberapa dirham.” Ia lanta memanggil salah satu pengawalnya untuk mengisi mangkok dengan uang dirham hingga penuh. Satu demi satu dirham ditaruh di mangkok itu hingga ada 100 dirham namun tidak juga bisa memenuhi mangkok tersebut.Iapun menghabiskan semua dirham yang ada di kantong uang namun tidak juga bisa memenuhinya. Pengawalnya melapor “ Tuan, mangkok tidak juga terisi penuh padahal sudah aku habiskan uang dirham dalam kantong. Orang kaya itu menjadi panik, karena uang yang dibawanya habis. Ditengah keheranannya, pengemis berkata : “Tahukah tuan, kenapa uangmu tidak bisa memenuhi mangkok ini?”. Ia lantas mengangkat mangkok yang ternyata berlubang di bagian bawahnya dan tanah dibawahnya juga berlubang sehingga semua uang  dirham tadi masuk kedalam lubang di dalam tanah.

“Tanah ini telah melahap semua uangmu dan seperti itulah kesombonganmu dan mengungkit-ngungkit pemberian akan menenyapkan semua pahala sedekahmu”. Lantas pengemis itu mengembalikan semua dirham kepada orang kaya tersebut. [facebook com/DailyStories]

 

Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk gemar bersedekah tanpa mengungkit-ngungkitnya dan menyakiti perasaan penerima.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

 

 NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]