إنَّ اللّهَ أَوْحَىٰ إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّىٰ لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ علىٰ أَحَدٍ، وَلاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَىٰ أَحَدٍ

"Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk menyuruh kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya di hadapan orang lain, dan tidak seorang pun yang berbuat aniaya terhadap orang lain." [HR Muslim]

أَرْفَعُ النَّاسِ قَدْرًا : مَنْ لاَ يَرَى قَدْرَهُ ، وَأَكْبَرُ النَّاسِ فَضْلاً : مَنْ لَا يَرَى فَضْلَهُ

“Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah melihat kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah melihat kemuliannya (merasa mulia).” [Syu’abul Iman]

الإخلاص فقد رؤية الإخلاص، فإن من شاهد في إخلاصه الإخلاص فقد احتاج إخلاصه إلى إخلاص

"Ikhlas itu tidak merasa ikhlas. Orang yang menetapkan keikhlasan dalam amal perbuatannya maka keihklasannya tersebut masih butuh keikhlasan (karena kurang ikhlas)." [Ihya’ Ulumuddin]

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." [HR Muslim]

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.

“Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agamaMu.”[HR Ahmad]

Tuesday, January 30, 2024

ORDERAN FIKTIF

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasul SAW bersabda :

مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنّيِ

"Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golonganku.” [HR Muslim]

 

Catatan Alvers

 

Seorang wanita (21) asal Kota Semarang, nekat melakukan orderan fiktif dengan cara menggunakan foto KTP milik korban. Totalnya ada 400 barang dan 200 kendaraan jasa angkutan yang datang ke rumah korban meski korbannya tidak pesan. Mulai mebel, barang elektronik, sepeda motor, jasa angkutan, jasa sedot WC, hingga sewa mobil rental. Ini semua dilakukannya lantaran sakit hati terhadap korban yang membatalkan pertunangannya secara sepihak. Sesuai press release (29/1/2024) tersangka dijerat dengan pasal 35 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dengan ancaman hukuman 12 Tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp 12 miliar. [detik com]

 

Ancaman pidana yang demikian diberlakukan kepada : “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dengan tujuan agar Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik”. Sebagaimana bunyi pasal 35 di atas. [hukumonline com]

 

Order fiktif lain pernah terjadi pada tahun lalu dengan kerugian yang fantastis yaitu 2.2 Milyar. Pelakunya adalah Dua orang driver G*jek, dengan modus melakukan pesan makanan fiktif sebanyak 107.066 kali selama 10 bulan (Oktober 2022 - Agustus 2023) melalui 95 akun fiktif dan merchant fiktif dan melakukan pembelian makanan secara fiktif pula. Mereka mengincar bonus 20 persen dari aplikator. [kompas com]

 

Dalam Islam, sejak dahulu penipuan itu dilarang sebagaimana dalam hadits utama di atas yang berbunyi : "Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golonganku.” [HR Muslim] Konteks hadits ini adalah dalam urusan jual beli. Asbabul wurudnya adalah suatu ketika beliau melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka beliau bertanya, “Apa (basah) ini wahai pemilik makanan (penjual)?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau SAW bersabda :

أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي

Mengapa kamu tidak meletakkannya pada bagian atas makanan agar orang (pembeli) dapat melihatnya? Barangsiapa menipu maka dia bukan dari golonganku.” [HR Muslim]

 

Berbicara order fiktif saya teringat satu kisah yang diceritakan oleh sahabat Umar bin Khattab RA. Kisah order fiktif ini berbeda 180 derajat dengan kejadian di atas karena dalam kejadian di atas korbannya marah dan jengkel namun dalam kisah ini korbannya justru senyum-senyum karena korbannya adalah Nabi SAW dan pelakunya adalah orang yang oleh Nabi sendiri dinobatkan sebagai orang yang cinta Allah dan Rasul-Nya.

 

Diriwayatkan bahwa ada seorang lelaki yang dijuluki dengan sebutan Himar. Ia memberikan hadiah berupa satu ukkah (satu kantong) minyak samin dan satu ukkah madu. Ketika penjual meminta uang pembayaran minyak samin dan madu tadi maka ia membawa kehadapan baginda Nabi SAW dan berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَعْطِ هَذَا ثَمَنَ مَتَاعِهِ

“Wahai Rasulallah, berikanlah uang pembayaran minyak samin dan madu tadi”.

 

Rasul SAW hanya tersenyum, tidak lebih dari itu lalu memberikan uang untuk membayar barang tersebut. [Musnad Abi Ya’la]

 

Dalam riwayat Ibnu Abdil Barr, Ketika Rasul disuruh membayarnya maka Rasul SAW bertanya: “Bukankah engkau memberikan ini sebagai hadiah kepadaku?” Maka ia menjawab:

يَا رَسُولَ اللهِ لَمْ يَكُنْ عِنْدِي ثَمَنُهُ وَأَحْبَبْتُ أَنْ تَأْكُلَهُ

“Wahai Rasulullah, Aku tidak memiliki uang namun aku ingin engkau memakannya”.

Mendengar jawabannya ini, Rasul SAW tertawa lalu beliau membayar kepada si penjual. [Al-Isti’ab Fi Ma’rifatis Shahabah]

 

Kisah yang serupa juga pernah dilakukan oleh salah seorang sahabat dimana ia adalah “Midlhakan mazzahan” (orang yang lucu dan suka bercanda). Saking dari lucunya, salah satu perbuatannya terhadap sahabat yang bernama Suwaybith bin Harmalah, dikatakan oleh Ummu Salamah :

فَضَحِكَ مِنْهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابُهُ حَوْلًا

Rasul SAW dan para sahabat tertawa dibuatnya selama satu tahun. [HR Ahmad]

 

Orang itu bernama Nu’ayman bin Amr bin Rifa’ah, veteran perang badar dan termasuk sahabat yang senior. Dikisahkan dari Urwah, bahwasannya terdapat seorang badui datang dengan mengendarai untanya lalu ia memarkir untanya di halaman masjid dan iapun masuk masjid menemui Rasul SAW. Di majelis tersebut ada Hamzah bin Abdil Muttalib dan segolongan sahabat baik dari Anshar maupun Muhajirin. Para sahabat berkata kepada Nuayman : Lihathatlah untanya sangat gemuk. Bagaimana jika engkau menyembelihnya kita kan lama tidak memakan daging. Jika engkau melakukannya pastilah Nabi akan membayarnya lalu kita bisa makan dagingnya. Nuayman berkata : Jika aku melakukannya dan kalian melaporkan kepada Nabi pastilah aku kenah marah. Para sahabat berkata : Kami tidak akan melakukannya. Nuayman segera menyembelih unta tersebut lalu pergi. Ia bertemu dengan Miqdad bin Amr yang sedang menggali tanah. Nuayman masuk dan meminta miqdad untuk menutupinya dengan pelepah kurma dan dedaunan dan ia berpesan agar jangan menceritakan keberadaannya karena ia telah melakukan sesuatu.

 

Ketika si badui keluar maka ia menemukan untanya telah disembelih dan iapun berteriak “wahai Muhammad untaku disembelih!” Nabipun keluar dan bertanya siapa yang menyembelihnya. Para sahabat berkata : Nuayman. Lalu Nabi mencarinya hingga bertemu dengan Miqdad dan Miqdad berkata :”Aku tidak tahu keberadaan Nuayman” Sambil menunjuk jarinya ke arah tempat Nuayman bersembunyi. Nabi lalu membuka lubang persembunyian dan menemukan Nuayman yang wajahnya dipenuhi dengan dedaunan. Nabi bertanya : Kenapa kamu menyembelih unta itu? Nuayman berkata :

اَلَّذِيْنَ دَلُّوكَ عَلَيَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ هُمُ الَّذِيْنَ أَمَرُوْنِي

“Mereka yang telah menunjukkan keberadaanku itulah yang menyuruhku melakukannya wahau Rasulullah”.

 

Mendengar hal ini maka Rasul tertawa sambil membersihkan wajah Nuayman yang dikotori dedaunan. Rasul lalu membayar harga unta tersebut dan si badui merelakannya. Maka jika Rasul teringat kisah ini maka beliau tertawa hingga gigi geraham beliau kelihatan.[Akhlaq an-Nabiy Li Abis Syaikh Al-Ashbihany]

 

Kisah ini janganlah dijadikan dasar pembenaran atas tindakan usil kepada orang lain karena orang lain boleh jadi akan marah karena ia tidaklah memiliki kesabaran dan kasih sayang layaknya Nabi SAW. Kisah ini lebih menunjukkan kepada besarnya kasih sayang Nabi SAW kepada para sahabatnya.

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk tidak memalsukan identitas dan untuk tidak bertindak dengan perbuatan yang merugikan orang lain.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

 

Saturday, January 27, 2024

AIR TUBA

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :

لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidaklah dianggap bersyukur kepada Allah seorang yang tidak berterima kasih kepada manusia” [HR Abu Daud]

 

Catatan Alvers

 

Terdapat seorang istri yang menggantikan tugas suaminya mencari nafkah. Setiap hari ia bekerja sangat keras untuk bisa memenuhi kebutuhan dan membayar uang kuliah suaminya. Tak hanya mengasuh anak, sang istri juga membuka salon di rumah, setelahnya ia mencari tambahan kerja di luar. Meski berat dan lelah, namun sang istri tak pernah mengeluh. Ia berharap saat sang suami lulus menjadi sarjana, ia bisa mendapat pekerjaan bagus dan membuat kehidupan keluarga mereka menjadi lebih baik. Namun betapa kagetnya sang istri, ia mendapat surat gugatan cerai dari suaminya saat ia hendak wisuda kelulusannya. Sang suami beralasan ingin memiliki istri yang berpendidikan yang selevel dengannya, bukan buruh lepas seperti istrinya. Itulah kejadian yang menimpa pasangan suami istri di tiongkok [tribuntrends com]

 

Kejadian seperti ini boleh jadi menimpa kita. Orang yang sudah dibantu namun ia tidak membalas kebaikan yang telah kita berikan bahkan ia membalas kita dengan kejelekan. Kata pepatah “air susu dibalas dengan air tuba”. Sebenarnya perilaku seseorang yang demikian itu semakin membuka jadi dirinya yang sebenar-benarnya. Al-Mutanabbi berkata :

إِذَا أَنْتَ أَكْرَمْتَ الْكَرِيْمَ مَلَكْتَهُ :: وَإِنْ أَنْتَ أَكْرَمْتَ اللَّئِيْمَ تَمَرَّدَ

Jika engkau memuliakan orang yang mulia maka engkau akan menguasainya namun jika engkau memuliakan orang hina maka ia akan semakin berbuat semena-mena. [Syarah Diwan Al-Mutanabbi]

 

Islam menganjurkan kita untuk bersyukur kepada Allah SWT dan syukur tersebut tidak bisa hasil tanpa kita berterimakasih kepada manusia yang menjadi perantara Allah dalam memberikan nikmat-Nya kepada kita. Dalam hadits utama di atas, Nabi SAW bersabda : “Tidaklah dianggap bersyukur kepada Allah seorang yang tidak berterima kasih kepada manusia” [HR Abu Daud]

 

Al-Khattabi berpendapat bahwa hadits tersebut bisa diartikan dalam dua makna. Pertama, Orang yang yang tidak tahu berterimakasih atas perbuatan baik manusia itu biasanya ia juga tidak mau bersyukur kepada Allah. Dan makna kedua, Allah SWT tidak akan menerima syukur seorang hamba atas satu nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya jika ia tidak mau berterimakasih kepada orang (yang menjadi perantara) dan iapun tidak mau mengakui perbuatan baik orang lain kepadanya, hal ini dikarenakan dua perkara tersebut saling berkaitan. [‘Aunul Ma’bud]

 

Rasul SAW sangat menganjurkan kita untuk membalas setiap kebaikan orang lain kepada kita dengan kebaikan sesuai yang kita mampu. Jika terpaksa tidak bisa membalas kebaikan maka minimal kita membalasnya dengan memuji  kebaikannya. Beliau bersabda :

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ

“Barang siapa memperoleh kebaikan dari orang lain maka hendaklah dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka hendaklah dia memujinya, karena jika dia memujinya maka dia telah terhitung berterimakasih kepadanya. Namun jika dia menyembunyikannya, maka itu artinya dia telah mengingkari kebaikannya.

[HR Tirmidzi]

 

Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa jika kita tidak bisa membalas kebaikan dengan yang sepadan maka kita bisa membalasnya dengan doa. Nabi SAW bersabda :

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Barang siapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah kebaikannya. Jika kalian tidak mampu, maka doakanlah ia sampai ia tahu bahwa kalian telah membalas kebaikannya.” [HR Abu Dawud]

 

Dalam hal ini terkadang manusia kalah dengan binatang. Allah SWT berfirman :

 أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

“Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai” [QS Al-A`raf :179].

 

Saya jadi teringat kisahnya Abu Nawas. Kisah yang penuh hikmah, unik namun masuk akal sehingga bisa menjadi bahan pelajaran. Satu ketika Abu nawas berbuat kesalahan keapada sang raja sehingga raja memvonis hukuman mati kepada Abu Nawas dengan dimasukkan ke kandang singa. Abu nawaspun hanya bisa pasrah namun ia mengajukan permintaan sebelum ia dihukum mati. Agar Ia diberikan waktu selama tiga bulan untuk beribadah di penjara sebagai upaya mendapatkan Husnul Khatimah dan ia diperbolehkan untuk memberi makan singa sebagai aktifitas mengusir kebosanan selama di penjara. Permintaannyapun dikabulkan.

 

Hari demi hari berlalu sehingga tibalah saatnya ia dimasukkan dalam kandang singa. Ketika ia dimasukkan ternyata singa itu bukan menerkamnya namun ia malah menjilati kakinya. Melihat keanehan ini maka sang raja membebaskan dari vonisnya. Lalu raja bertanya mengenai rahasianya. Abu nawas menjawab : "Begini Paduka yang mulia, selama tiga bulan ini hamba rutin memberi singa itu makan dan minum, dan hamba juga memperlakukan dia dengan baik, oleh sebab itulah hamba tidak dimangsanya, sebab dia pikir hamba adalah orang yang berjasa bagi dia, padahal hanya tiga bulan hamba memperlakukan dia dengan baik. Dia memang seekor singa yang buas, tapi dia tahu balas budi. Buktinya dia tidak memangsa hamba, sedangkan Paduka sendiri bertahun-tahun hamba mengabdi kepada Paduka dan berjasa bagi istana ini tapi hanya karena satu kesalahan Paduka begitu tega menjatuhkan hukuman mati kepada hamba." [rbtv disway id]

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa membalas kebaikan orang lain yang menjadi perantara turunnya nikmat Allah kepada kita serta memuji kebaikannya dan mendoakan kebaikan baginya.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Wednesday, December 27, 2023

JIKA LEVEL ISTRI LEBIH TINGGI

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Abi Hurairah Ra, Rasul SAW bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya niscaya engkau akan beruntung. [HR Bukhari]

 

Catatan Alvers

 

Memiliki keluarga yang harmonis merupakan idaman setiap pasangan namun kenyataannya banyak terjadi kasus pertengkaran, KDRT yang berujung pada perceraian. Berdasarkan laporan Statistik, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Naik 15,31% dari tahun sebelumnya. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kasus perceraian tertinggi nasional. Dan Jawa Timur menempati peringkat kedua, dengan 102.065 kasus sepanjang 2022. Perselisihan dan pertengkaran menjadi faktor utama penyebab perceraian nasional dengan mencapai 284.169 kasus, (63,41%). Dan selanjutnya faktor ekonomi sebanyak 24,75%. [databoks katadata co id]

 

Mengantisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan dalam membina rumah tangga maka seseorang haruslah selektif dalam memilih pasangan. Jangan hanya tertarik kepada kelebihan yang dimiliki target namun harus juga mempertimbangkan berbagai resikonya.

 

Sebagian pria mencari calon istri yang kaya, namun mereka lupa risiko dibalik istri yang kaya. Apa itu? Imam ghazali menukil perkataan ulama :

مَنْ تَزَوَّج غَنِيَّةً كَانَ لَهُ مِنْهَا خَمْسُ خِصَالٍ، مُغَالَاةُ الصَّدَاقِ، وَتَسْوِيْفُ الزَّفَافِ، وَفَوْتُ الْخِدْمَةِ، وَكَثْرَةُ النَّفَقَةِ. وَإِذَا أَرَادَ طَلاَقَهَا لَمْ يَقْدِرْ خَوْفاً عَلىَ ذَهَابِ مَالِهَا.

Barang siapa menikahi wanita kaya maka dia akan mendapatkan lima resiko : mahalnya mahar, menunda pernikahan, tidak mendapatkan pelayanan istri, biaya nafkah yang besar, tidak mampu menceraikan jika suami menginginkan berpisah karena suami akan takut kehilangan harta istrinya. [Ihya Ulumuddin]

 

Ya memang demikian, wanita dari kalangan keluarga kaya tidak akan mau dinikahi kecuali dengan mahar yang mahal, sesuai dengan adat keluarganya. Jika sang wanita mau, maka keluarganya tidak akan mau. Wanita kaya biasanya memiliki cita-cita tinggi sehingga pria yang ingin menikahinya harus sabar menunggu lebih lama hingga wanita itu menggapai karir atau pendidikan yang diinginkannya. Wanita dari keluarga kaya biasanya hidup dimanja sejak kecil sehingga ketika menikah ia tidak akan mau capek-capek berkhidmah (melayani) urusan rumah tangganya seperti masak, mencuci bahkan mengasuh anaknya. Padahal dalam anekdot disebutkan bahwa wanita ketika bersuami dia akan bergelar Ny. di depan namanya. Kenapa? Karena Ny. adalah singkatan tugas istri, yaitu Nyuci, Nyetrika, Nyapu, Nyiapin sarapan, Nyuapin anak dan Ny. lainnya. Hehe.. Maaf intermezzo. Dengan demikian semua itu akan dilakukan oleh pembantu dan ini akan menjadikan beban keuangan yang besar kepada sang suami.

 

Menikahi wanita kaya juga beresiko kepada suami dalam hal kepemimpinannya dalam rumah tangga. Suami akan merasa rendah diri di hadapan istri dan sebaliknya istri akan jumawa. Hal ini akan menjadikan kepemimpinan sang suami tidak akan maksimal dan optimal. Rasul SAW bersabda :

لَا تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ

Jangan menikahi wanita karena hartanya karena boleh jadi kekayannya akan membuatnya berbuat semena-mena (dalam kemaksiatan dan kejelekan). [HR Ibnu Majah]

Dan jika istri berbuat demikian maka suami tidak bisa berbuat banyak untuk menasehatinya dan menegurnya. Bahkan jika suami terdesak tidak kuat menghadapi perbuatan semena-mena yang dilakukan istrinya maka suami tidak akan berani menceraikannya karena ia khawatir akan kehilangan semua fasilitas yang didapat dari istrinya, boleh jadi berupa rumah, kendaraan, pekerjaan dan lain sebagainya.

Tentu tidaklah semua suami takut akan hal yang demikian. Terbukti ada seorang suami yang memiliki istri yang berbuat semena-mena sehingga orang-orang di sekitarnya berkata kepada sang suami : mengapa engkau tidak menceraikannya?. Ia menjawab :

أَخْشَى أَنْ يَتَزَوَّجَهَا مَنْ لَا يَصْبِرُ عَلَيْهَا فَيَتَأَذَّى بِهَا

Aku khawatir (kalau aku menceraikannya) nanti ia dinikahi oleh pria yang tidak mampu bersabar atas perbuatan buruknya sehingga pria itu menderita karenanya. [Ihya Ulumuddin]

Maka seorang pria tidak memiliki kesabaran yang cukup sebaiknya ia mencari calon istri yang lebih rendah levelnya dari dirinya. Ulama berkata :

يَنْبَغِي أَنْ تَكُوْنَ الْمَرْأَةُ دُوْنَ الرَّجُلِ بِأَرْبَعٍ وَإِلَّا اسْتَحْقَرَتْهُ: بِالسِّنِّ، وَالطُّوْلِ، وَالْمَالِ، وَالْحَسَبِ،

Hendaknya istri itu berada dibawah level suami dalam empat perkara. Jika tidak demikian maka istri akan gampang menghinakan suami. 1) Usia, 2) Tinggi badan, 3) Harta, 4) keturunan. [Ihya Ulumuddin]

 

Jadi jika seorang pria menginginkan aman dan tenang dalam rumah tangga ia harus mencari calon istri yang lebih muda usianya dari dirinya. Jika usia keduanya sama maka akan berpotensi istri akan terus mendebat perintah sang suami karena merasa satu level dengannya, apalagi kalau istri lebih senior darinya. Begitu pula tinggi badan haruslah lebih tinggi suami ketimbang istrinya. Jika terbalik maka akan menjadi bahan olok olokan orang yang pada akhirnya istri merasa superior. Demikian pula dalam faktor kelebihan lainnya seperti kekayaan dan nasab (keturunan).

 

Hal ini bukanlah sebuah keniscayaan, namun sebuah kebiasaan yang kemungkinan besar akan terjadi demikian. Namun jika suami atau istri memiliki sifat sabar dan menjadikan khidmah dalam keluarga sebagai ibadah maka hal itu tidaklah akan mengganggu keharmonisan rumah tangga. Dikisahkan oleh Imam ghazali, bahwa terdapat seorang wanita yang terheran-terheran akan perilaku baik suaminya. Iapun bercerita kepada ayahnya: Aku sungguh bingung dengan suamiku. Aku bertahun-tahun hidup di rumahnya, tidaklah aku pergi ke toilet (zaman dahulu) melainkan ia menyiapkan air (mengisikan bak mandi) untukku. [Ihya Ulumuddin] Dan dalam teladan kita ada Siti Fatimah, Seorang putri bernasab tinggi, putri Nabi SAW. Ia setiap hari masak untuk suaminya hingga telapak tangannya kapalan. Demikian pula ada putri dari orang kaya yaitu Asma’ putri Abu Bakar. Ia setiap hari disamping memasak, ia juga mengurus kuda suaminya, bahkan membawa hasil panen di atas kepalanya dari hasil sawah suaminya sejauh 2/3 Farsakh. (1 Farsakh = 5.5 KM x 2/3 = 3.6 KM).

 

Namun demikian boleh bagi seorang pria mencari calon istri yang lebih tinggi levelnya, namun khusus dalam empat hal berikut ini. Apakah itu ? Ulama berkata :

وَأَنْ تَكُوْنَ فَوْقَهُ بِأَرْبَعٍ: بِالْجَمَالِ، وَالْأَدَبِ، وَالْوَرَعِ وَالْخُلُقِ

Dan hendaknya istri berada di atas level suami dalam empat hal yaitu 1) Rupa (cantik), 2) Tatakrama, 3) Wara’ (menjaga dari perkara haram), 4) budi pekerti. [Ihya Ulumuddin]

 

Maka Inti dari keharmonisan rumah tangga adalah faktor agama (takwa) dari masing-masing pasangan. Rasul SAW bersabda :

فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

Maka pilihlah wanita karena agamanya niscaya engkau akan beruntung. [HR Bukhari]

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa bersabar atas perilaku pasangan kita karena kita sadar bahwa tiada pasangan yang sempurna, pastilah ada kekurang dalam dirinya dan tugas kitalah untuk menyempurnakannya dengan bersabar dan tetap memperlakukannya dengan baik.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

 

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Monday, December 18, 2023

RODA KEHIDUPAN

 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda :

تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ

“Kenalilah Allah di saat lapang; niscaya Dia akan mengenalimu di saat kesulitan”. [HR Al-Hakim]

 

Catatan Alvers

 

Nestapa seorang mantan komedian terkenal yang kini hidupnya tak menentu bahkan terlilit utang. Bak roda berputar, kadang di atas kadang di bawah. Kini nasibnya menyedihkan. Hanya untuk makan saja, dirinya kesusahan sampai ia makan hanya dengan nasi dan kecap tanpa lauk. Ada satu hal yang ia sesali. Bukan saja karena tak ada uang atau tabungan yang tersisa. Ia juga masih menanggung hutang. Ia menyesal karena hobinya foya-foya di masa lalu. itulah kehidupan yang dialami Duy Phuong, artis asal Vietnam. Dahulu, Dalam sehari ia bisa menjadi bintang tamu di puluhan acara di televisi. Ia hidup bergelimang harta, dan dengan mudah membeli rumah dan semua yang ia inginkan. Kini hidupnya menyedihkan, Duy Phuong hanya bisa menangis. Saking terpuruknya, Duy sempat terpikir ingin mati. Namun saat teringat anak-anaknya, Duy Phuong sadar dan enggan membuat mereka hidup terlantar. Duy Phuong akhirnya meminta anak-anaknya hidup dengan sang mantan istri agar tetap terjamin.

 

Kisah pilu ini ditulis di media online dengan judul “Dulu Laris Jadi Komedian Bergelimang Harta,Kini Pria ini Pilu Hanya Bisa Makan Nasi Kecap: Menyesal”. [tribunjatim com] Di Indonesia juga ada kisah pilu yang serupa ditulis dengan judul “Miskin & Dicerai Istri, Artis Sakit-sakitan di Kos, Susah Makan, Minta Dijenguk Anak: 'Ayah Mohon'. Artis ini dahulu adalah Aktir bintang film dan sinetron diantaranya Lupus dan ojek pengkolan. Kini ia jatuh miskin hingga dicerai sang istri. Iapun tinggal di uemah kos, sebatang kara dalam keadaan sakit-sakitan. [tribunjatim com]

 

Sungguh kenyataan yang memilukan. Namun begitulah kehidupan dunia, bagaikan roda yang kadang di atas dan kadang di bawah. Allah SWT berfirman :

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami Pergilirkan di antara manusia. [QS.Ali Imran: 140]

 

Itulah dunia, ia tak lepas dari silih bergantinya malam dan siang, tawa dan tangis, kaya dan miskin, sukses dan gagal. Jika kita mengetahui demikian, maka hendaklah kita tetap waspada dalam kondisi apapun, bahkan ketika berada pada jaya jayanya. Waspada dengan tetap bersyukur, beribadah kepada Allah dan senantiasa meminta pertolongannya. Sebagaimana hadits utama di atas disebutkan : “Kenalilah Allah saat lapang; niscaya Dia akan mengenalimu ketika engkau susah”. [HR Al-Hakim] dan Sayyidina Ali KW berpesan :

الدَّهْرُ يَوْمَانِ يَوْمٌ لَكَ وَيَوْمٌ عَلَيْكَ فَإِذَا كَانَ لَكَ فَلَا تَبْطَرْ وَإِذَا كَانَ عَلَيْكَ فَاصْبِرْ فَبِكِلَيْهِمَا أَنْتَ مُخْتَبِرٌ

Masa itu terdiri dari 2 hari. Hari keberuntunganmu dan hari kerugianmu. Jika engkau sedang berada di hari keberuntunganmu maka janganlah kamu sombong. Dan disaat kau berada di hari kerugianmu maka bersabarlah. Ketahuilah bahwa dengan keduanya engkau menerima ujian. [Al-Basha’ir Wad Dakha’ir]

 

Ya, kita diuji dengan 2 hal tersebut, kaya dan miskin, sukses dan gagal semua itu ujian. Bukan seperti ujaran kebanyakan orang, bahwa ujian hanya pada kemiskinan dan kegagalan saja. Allah SWT berfirman :

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً

“Kami (Allah) akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan”. [QS Al-Anbiya’ : 35].

 

Untuk mengantisipasi berputarnya roda kehidupan tersebut maka Baginda Rasulullah SAW bersabda :

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) masa hidupmu sebelum datang masa matimu.” [HR Al-Hakim]

 

Dan ketika seseorang terlanjur berada di dalam keterpurukan maka janganlah putus asa, tetaplah mengharap rahmat Allah SWT. Ibnu Athaillah as-Sakandari berkata :

مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذُلًّا وَافْتِقَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًّا وَاسْتِكْبَارًا

“Satu maksiat yang dapat memunculkan kehinaan dan merasa membutuhkan rahmat Allah adalah lebih baik dibandingkan perbuatan taat yang medatangkan perasaan mulia dan sombong”. [Al-Hikam Al-Athaiyyah]

 

Dan tetaplah semangat, karena orang baik itu bukan orang yang tidak pernah bersalah sebab setiap manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda:

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” [HR Ahmad]

 

Dan ketika seseorang sudah bertaubat dengan sebenar-benarnya maka Allah pasti akan memberikan ampunan-Nya. Lalu tetaplah berdoa, optimislah! karena permintaan iblis saja dikabulkan oleh Allah SWT.

 

Wallahu A’lam Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat-Nya dan bersabar atas segala musibah dan ujian yang menimpa.

 

Salam Satu Hadits

Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag

Pondok Pesantren Wisata

AN-NUR 2 Malang Jatim

Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata

Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!

NB.

“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada. Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]

Sunday, December 10, 2023

KATA SAMBUTAN JANGAN TINGALKAN SHALAT

 

KATA SAMBUTAN

BUKU “JANGAN TINGALKAN SHALAT”

 

الحمدُ للهِ الذي جعلَ الصلاةَ عمادَا لهذا الدِّينِ المتين, وكِتَاباً مَوقُوتَاً على عباده المؤمنينَ, وحثَّنا عليها في الذِّكرِ المُبينِ فَقالَ: حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين، وأشهد أن نبينا محمدا عبده ورسوله النَّاصِحُ الصَّادِقُ الوعد الأمينُ. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد خاتم الانبياء وإمام المرسلين  وعلى آله وأصحابه أجمعين وعلى التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. وبعد.

Buku  dengan judul “Jangan Tinggalkan Shalat” merupakan karya terjemah dari Al-Maghfurlah KHM Badruddin Anwar. Buku ini merupakan terjemah dari kitab “Az-Zajr An Tark As-Shalat” karya Syeikh Zayni Dahlan.

Al-Maghfurlah KHM Badruddin Anwar semasa hidupnya sangat concern terhadap urusan shalat terutama shalat berjamaah. Semasa beliau mengasuh santri, beliau sendiri mengabsen para santri yang ikut shalat berjamaah sehingga beliau mengetahui siapa yang ikut shalat berjamaah dan siapa yang tidak.

Tidak berhenti di situ, beliau lalu memberikan punishment kepada para santri yang tidak ikut shalat berjamaah dengan berbagai macam cara seperti memanggil mereka untuk diberikan nasehat dan motivasi, menghukum mereka dengan berdiri, membaca burdah dan lain sebagainya.  

Pemilihan kitab “Az-Zajr An Tark As-Shalat” sebagai karya terjemahan beliau merupakan bukti pendukung bahwa beliau sangat memperhatikan urusan shalat berjamaah. Dan beliau menyatakan harapan dari karya buku terjemah ini yang dinyatakan dalam kata pengantar yaitu agar dapat menjadi pendorong dan pembangkit ke arah istiqomah dalam mendirikan shalat.

Maka dari itu kita pahami secara implisit bahwa dalam pemilihan kitab sebagai karya terjemah bukan atas dasar ketenaran suatu kitab atau kehebatan dan keindahannya namun beliau memilih kitab untuk diterjemah atas dasar dibutuhkannya materi kandungan satu kitab atau “anfa’u” (yang lebih bermanfaat) dan atas dasar bantu membantu (Ta’awanu alal birri wat taqwa) sebagaimana beliau tegaskan dalam kata pengantar.

Dengan demikian seakan-akan beliau mengingatkan kepada kita bahwa yang orang terbaik bukanlah orang yang memiliki jabatan tinggi, sawah yang luas, rekening dengan sederet digit ataupun prestasi yang wah, namun ia adalah “Anfa’uhum Lin Nas” orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada sesama. Dan dengan niatan menolong maka beliau mengajarkan agar dalam setiap aktifitas yang kita kerjakan agar senantiasa diniati untuk menolong orang lain agar kita mendapat pertolongan dari Allah SWT “Wallahu Fi Awnil Abdi Ma Kanal Abdu Fi Awni Akhihi”.

Dengan memahami latar belakang ini maka kita tidak lagi memandang karya terjemah ini sebagai karya kitab yang kecil namun sebaliknya kita akan memahami bahwa dibalik buku yang kecil ini ada niat yang besar dan mulia dari beliau sebagaimana hadits Nabi SAW menyatakan bahwa satu amal itu tergantung kepada niatnya.

Selanjutnya kami memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada tim dan semua yang berpastisipasi dalam penerbitan ulang buku terjemah yang disertai dengan kitab asal serta tahqiqnya. Semoga hal ini menjadi suatu usaha mulia yang bisa menghidupkan kembali ruh dan nilai-nilai teladan yang telah diajarkan oleh Al-Maghfurlah KHM Badruddin di masyarakat pada umumnya dan kalangan para santri pada khususnya.

Semoga ini semua menjadi “ilmin yuntafa’u bih” yang akan terus mengalir pahalanya kepada semua yang turut andil dalam penerbitan buku ini terutama kepada Al-Maghfurlah KHM Badruddin dan Syeikh Zayni Dahlan. Amin.

Bululawang, 11 Desember 2023

 

Dr.H.Fathul Bari, SS.,M.Ag