ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Abud Darda’ RA, Rasul SAW bersabda :
أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ
مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ الْخُشُوعُ حَتَّى لَا تَرَى فِيْهَا خَاشِعًا
Perkara pertama yang diangkat (hilang) dari
ummat ini adalah khusyu’ sehingga engkau tidak menemukan orang yang shalat
dengan khusyu’. [HR Thabrani]
Catatan Alvers
Shalat sangatlah penting bagi
seorang muslim. Tidak hanya sebagai kewajiban namun shalat bisa menjadikannya
sebagai muslim yang baik karena shalat bisa menjauhkannya dari kejelekan. Allah
SWT berfirman :
وَأَقِمِ
الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. [QS
Al-'Ankabut : 45]
Jika ada fakta orang yang
shalat namun ia tetap melakukan kejelekan maka shalatnya haruslah lebih
diperhatikan. Adakah kesalahan dalam shalatnya. Dalam hadits disebutkan :
مَنْ لَمْ تَنْهَهُ صَلاَتُهُ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْداً
Barang siapa yang shalatnya
tidak bisa menjadikannya tercegah dari perbuatan keji dan mungkar maka ia tidak
bertambah dari Allah melainkan bertambah jauh dari-Nya. [Ihya]
Ya, boleh jadi orang itu
mengerjakan shalatnya dengan asal-asalan, ia mengerjakannya dengan lalai dan
tidak khusyu’ dalam shalatnya. Imam Ghazali berkata :
وَالصَّلاَةُ مُنَاجَاةٌ فَكَيْفَ تَكُونُ مَعَ
الْغَفْلَةِ؟
Shalat itu munajat (berbisik
kepad Allah) maka bagaimana bisa shalat itu dilakukan dengan lalai? [Ihya]
Maka shalat itu tidak cukup dikerjakan
sesuai syarat dan rukunnya namun khusyu juga merupakan hal yang tak boleh
diabaikan. Allah SAWt berfirman :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ * الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ
خَاشِعُونَ
“Sungguh beruntung orang-orang yang
beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. [QS Al-Mu’minun 1-2]
Khusyu’ itu sulit dilakukan
apalagi di akhir zaman seperti sekarang ini. Nabi SAW dalam hadits utama bersabda
: Perkara pertama
yang diangkat (hilang) dari ummat ini adalah khusyu’ sehingga engkau tidak menemukan
orang yang shalat dengan khusyu’. [HR Thabrani]
Namun demikian kita harus
tetap berusaha belajar khusyu’ dalam shalat karena shalat yang dilakukan dengan
lalai maka itu akan sia-sia. Dalam hadits disebutkan :
لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى صَلَاةٍ لَا يُحْضِرُ
الرَّجُلُ فِيْهَا قَلْبَهُ مَعَ بَدَنِهِ
Allah tidak memperhatikan
shalat yang mana orangnya tidak menghadirkan hati bersama badannya [Ihya]
Bagaimana cara agar kita
bisa shalat dengan khusyu’? Rasul SAW memberikan tipsnya. Dalam satu hadits
disebutkan :
وَإِذَا صَلَّيْتَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ
“Dan jika engkau shalat maka lakukan shalat
seperti shalatnya orang yang berpamitan” [Ihya]
Imam ghazali menjelaskan maksud
berpamitan adalah :
مُوَدِّعٌ لِنَفْسِهِ مُوَدِّعٌ لِهَوَاهُ مُوَدِّعٌ
لِعُمْرِهِ سَائِرٌ إِلَى مَوْلَاهُ
(Orang yang shalat itu berpamitan
karena ia akan) meninggalkan hawa dan nafsunya dan juga meninggalkan umurnya
(akan meninggal dunia) dan ia mulai berjalan menuju Tuhannya. [Ihya]
Dengan cara shalat yang
demikian maka pantaslah jika Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa Rasul SAW
bercengkrama dengan kami lalu ketika waktu shalat tiba maka :
فَكَأَنَّهُ لَمْ يَعْرِفْنَا وَلَمْ نَعْرِفْهُ
Seakan-akan beliau tidak
mengenali kami dan kami tidak mengenalinya. [Ihya]
Bagaimana cara agar kita
bisa shalat dengan khusyu’? Sahabat Ali KW punya kiatnya. Ali bin Abi Thalib
RA, ketika hendak shalat maka badannya gemetar dan wajatnya pucat pasi. Ketika ditanya
mengenai hal itu maka ia menjawab :
جَاءَ وَقْتُ أَمَانَةٍ عَرَضَهَا اللهُ عَلَى
السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ
مِنْهَا وَحَمَلْتُهَا
Telah tiba waktu mengemban
amanat yang dahulu ditawarkan oleh Allah keapda langit, bumi dan gunung namun mereka
menolaknya dan meminta belas kasihan agar amanat tersebut tidak dibebankan
kepada mereka dan sekarang aku akan mengemban
amanat tersebut (shalat). [Ihya]
Bagaimana cara agar kita
bisa shalat dengan khusyu’? Ada tips dari cicit Nabi SAW yaitu agar setiap
hendak shalat kita membayangkan akan menghadap siapa. Ali bin Al-Husain sehabis
berwudlu (untuk shalat), mukanya menjadi pucat pasi. Maka keluarganya bertanya
penyebabnya. Lalu ia menjawab :
أَتَدْرُوْنَ بَيْنَ يَدَيْ مَنْ أُرِيْدُ أَنْ
أَقُوْمَ؟
Tahukah kalian, aku akan
menghadap kepada siapa? [Ihya]
Bagaimana cara agar kita
bisa shalat dengan khusyu’? Ada tips yang lebih terperinci dari seorang ulama
yang dalam kita Siyar A’lamin Nubala digelari sebagai “Luqmanu Hadzihil Ummah”
(Luqman hakimnya ummat muhammad SAW)”. Ulama abad ketiga Hijriyah yang wafat
pada tahun 237 H dan pernah berkumpul dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Ia adalah Hatim
Al-Asham.
Ketika ia ditanya mengenai
shalat (khusu’)nya Hatim berkata : “Ketika datang waktu shalat maka aku
berwudlu dengan sempurna lalu aku mendatangi tempat shalat dan duduk di situ
sehingga semua anggota badanku tenang. Kemudian aku berdiri untuk shalat sambil
membayangkan ka’kab ada di hadapan pandanganku, titian shirath membentang di bawah
telapak kakiku, surga di kananku dan neraka di kiriku, malaikat maut ada di
belakangku dan akupun menyangka bahwa shalat yang aku kerjakan adalah shalat
terakhirku. Aku berdiri dengan harap-harap cemas lalu aku membaca takbir “Allahu
Akbar” dengan mantab dan jelas lalu aku mulai membaca bacaan shalat dengan
tartil (pelan). Ketika rukuk aku melakukannya dengan tawadlu, aku sujud dengan
khusyu’ lalu aku duduk sesuai aturan hingga selesai. Dan terakhir aku meng-ikhlaskan
shalatku namun aku tidak tahu apakah shalatku diterima ataukah tidak?”. [Ihya]
Dengan melakukan shalat yang
demikian maka wajarlah banyak cerita-cerita kekhusyu’an dari para ulama yang
mempraktekkannya. Diantaranya adalah Said At-Tanukhi, ia ketika shalat maka air
mata tak henti-hentinya mengalir dari pipi hingga ke jenggotnya.
Khalaf bin Ayyub ia adalah
orang yang khusu’ dalam shalatnya. Ia tidak mengusir lalat bahkan badannya
tidak bergerak sedikitpun meskipun ia di kerubungi lalat ketika sedang shalat. Orang-orangpun
bertanya mengenai rahasia kesabarannya dalam menahal gatal karena lalat
sepanjang shalatnya. Ia berkata : Jika seorang penjahat ia sabar menahan
sakitnya cambukan di depan penguasa supaya ia disebut sebagai orang yang tahan
pukul dan iapun bangga dengan predikat itu maka bagaimana aku tidak sabar karena
seekor lalat sedangkan aku berada di hadapan tuhanku (shalat)?”.
Muslin Bin Yasar Al-Bashri
(wafat 100 H) ketika hendak shalat ia berkata kepada keluarganya :”Silahkan
kalian berbicara karena aku tidak akan mendengar pembicaraan kalian (ketika aku
shalat).” Dan pernah satu ketika ia sedang shalat di Masjid Jami’ Kota Bashrah.
Ketika ia sedang shalat, sebagian gedung masjid runtuh dan orang-orang ramai
berkumpul melihat kejadian tersebut namun ia tidak menyadari hal itu sehingga
ia rampung dari shalatnya. [Ihya]
Namun demikian shalat khusyu’
itu tidaklah harus merasakan pengalaman seperti kisah-kisah di atas. Rasul SAW
adalah teladan terbaik dalam shalat khusyu’ namun beliau dalam berbagai hadits
diceritakan bahwa beliau masih sadar dengan situasi kondisi sekitar tempat
shalatnya.
Satu ketika Nabi mengimami
shalat dengan melakukan sujud dalam waktu yang lama sehingga selepas shalat, orang-orang
bertanya “wahai Rasulullah SAW, saat shalat engkau memperlama sujud, hingga
kami mengira bahwa ada sesuatu yang telah terjadi atau ada wahyu yang
diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab,
كُلُّ ذَلِكَ لَمْ يَكُنْ
وَلَكِنَّ ابْنِي ارْتَحَلَنِي فَكَرِهْتُ أَنْ أُعَجِّلَهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ
“Bukan karena semua itu,
tetapi cucuku (Hasan atau Husain) menjadikanku sebagai kendaraan (menaiki
punggungku), maka aku tidak mau membuatnya terburu-buru, (Aku biarkan) hingga
ia selesai dari bermainnya” [HR An-Nasa’i’]
Rasul SAW juga menganjurkan
imam shalat berjamaah agar memperhatikan kepentingan jamaahnya. Rasul SAW
bersabda :
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ
فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ مِنْهُمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَالْكَبِيرَ وَإِذَا
صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ
"Jika salah seorang dari kalian menjadi
imam shalat, hendaklah dia melaksakannya dengan cepat karena di antara mereka
ada orang yang lemah, orang yang sakit dan orang berusia lanjut. Namun bila dia
shalat sendiri maka silahkan dia panjangkan sesukanya." [HR Bukhari]
Perintah itupun juga dipraktekkan
sendiri. Beliau bersabda :
إِنِّي
لَأَقُومُ فِي الصَّلَاةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا فَأَسْمَعُ بُكَاءَ
الصَّبِيِّ فَأَتَجَوَّزُ فِي صَلَاتِي كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ
"Aku pernah ingin memanjangkan shalat,
namun aku mendengar tangisan bayi. Maka aku pendekkan shalatku karena khawatir
akan memberatkan ibunya." [HR Bukhari]
Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka
hati dan fikiran kita untuk terus belajar khusyu’ ketika shalat dengan sehingga
kita bisa melakukan shalat dengan khusyu’ meskipun kita berada di akhir zaman.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren Wisata
AN-NUR 2 Malang Jatim
Ngaji dan Belajar Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni Walau Ayah” Silahkan Share
sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada supaya sabda Nabi SAW menghiasi dunia maya dan menjadi amal jariyah
kita semua.