ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari
Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda :
مَا عَابَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِلَّا
تَرَكَهُ
“Rasul SAW tidak pernah mencaci makanan, jika suka, maka beliau
memakannya dan jika tidak maka beliau meninggalkannya.” [HR Muslim]
Catatan Alvers
Banyak orang
ketika makan ia menyisakan makanan begitu saja dengan mubadzirnya padahal di
tempat lain boleh jadi sesuap nasi akan sangat berarti. Ada baiknya sebelum
butiran-butiran nasi mengenyangkan perut, kita merenung betapa banyak kerja dan kegiatan
yang mendahuluinya. Bila kita mampu menghargai arti sebutir nasi serta
orang-orang yang menghasilkannya, maka saat itulah kita bisa
mensyukurinya. Allah SWT berfirman :
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ
إِلَى طَعَامِهِ. أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا . ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا.
فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا...
Maka hendaklah
manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah
mencurahkan air (dari langit). kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. lalu
Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu… [QS Abasa : 24-27]
Dikisahkan bahwa ada seorang “Abid” ahli
ibadah mengundang saudaranya ke rumahnya. Setelah tamu datang maka ia menyuguhkan
beberapa potong roti lalu si tamupun memilih-milih roti yang paling bagus. Sang
abid berkata :
مَهْ أَيَّ شَيْءٍ
تَصْنَعُ
“Berhenti, apa yang kau lakukan itu?”
Tidakkah kau tahu bahwa roti yang tidak kau ingini di dalamnya terdapat
sekian banyak hikmah, dan melewati jasa sekian banyak pekerja sehingga roti itu
siap disantap. Mulai dari awan yang membawa air lalu air menyirami tanah,
angin, hewan ternak hingga menjadi roti yang ada di hadapanmu. Setelah melewati
proses panjang itu apakah engkau masih memilih-milih dan tidak menerimanya?”. [Ihya
Ulumuddin]
Imam Ghazali menyampaikan satu hadits bahwa “Sebuah roti tidaklah siap
disantap dihadapan seseorang sehingga ia melewati 360 pekerja. Dimulai dari
Malaikat Mikail AS yang menakar air dari perbendaharaan rahmat Allah, lalu para
malaikat yang menggiring awan, matahari,
rembulan dan bintang-bintang dan para malaikat angin hingga binatang-binatang
ternak. Dan terakhir adalah tukang roti yang memasaknya”. [Ihya Ulumuddin]
Memahami proses panjang dan banyaknya orang yang berpartispasi dalam
sebuah makanan maka Nabi SAW memerintahkan kita agar tidak mencela makanan jika
tidak menyukainya sebagaimana hadits utama di atas. Dan sebaliknya beliau memberikan
teladan agar kita memuji makanan yang ada. Ketika beliau meminta lauk pauk
kepada istri beliau lalu istri berkata : “Kami tidak memiliki lauk melainkan
cuka saja”. Maka beliau meminta lauk yang ada dan memulai memakannya lalu beliau
bersabda :
نِعْمَ الْأُدُمُ
الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ
Lauk ternikmat adalah cuka, Lauk ternikmat adalah cuka. [HR Muslim]
Beliau juga memerintahkan agar kita memakan apa yang ada didekat kita. Umar bin abi salamah RA berkata : Ketika aku masih kecil dan berada di
bawah asuhan Nabi SAW, saat makan maka tanganku kesana-kemari di atas piring
besar. Maka Beliau bersabda:
يَا غُلَامُ سَمِّ
اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ
“Wahai bocah, bacalah basmalah, makanlah dengan
tangan kanan, dan makanlah apa yang ada di dekatmu”. [HR Bukhari]
Beliau juga memerintahkan agar tidak
membiarkan makanan terjatuh. Rasulullah SAW bersabda :
إِذَا وَقَعَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ
فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى وَلْيَأْكُلْهَا وَلاَ
يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ
“Apabila suapan makanan salah seorang di
antara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah
bagian yang bersih. Jangan dibiarkan suapan tersebut dimakan setan.” [HR Muslim]
Beliau juga mengajarkan agar tidak menyisakan makanan walau tinggal
sedikit yang tersisa menempel dijari-jari. Diriwayatkan dari Ibnu Umar
bahwasannya Rasul SAW menjilati jari jari beliau (setelah makan dan sebelum
mencuci tangan) dan beliau menjelaskan alasannya :
إِنَّكَ لَا تَدْرِي
فِي أَيِّ طَعَامِكَ تَكُونُ الْبَرَكَةُ
Engkau tidak tahu di bagian mana dari makananmu yang mengandung barokah.
[HR Ahmad]
Bahkan Imam ghazali menyebutkan hadits :
آخِرُ الطَّعَامِ
أَكْثَرُ بَرَكَةً
Akhir makanan adalah paling banyak berkahnya. [Ihya Ulumuddin]
Hikmah dari menjilat jari adalah
saat air (untuk mencuci tangan) mengenai tangan yang belum dilap, maka ia akan
banyak memberikan sisa makanan pada air tersebut, seperti minyak. Dengan
demikian air tersebut berubah menjadi kotor. Namun apabila sebelumnya tangan
tersebut dibersihkan dahulu, maka sedikitlah sisa makanan yang tersisa dan air
dapat menghilangkannya. [Faidlul Qadir]
Aktifitas tersebut
ternyata memiliki manfaat dari sisi medis. dr. Charles Gerba
dari University of Arizona, Amerika Serikat menyatakan
bahwa makan menggunakan tangan dan menjilat jari jemari sesudahnya memiliki
manfaat kesehatan. Di sela-sela jari manusia mengandung enzim Rnase yang berfungsi
sebagai pengikat bakteri untuk menekan aktivitas bakteri ketika masuk bersamaan
dengan makanan. Selain manfaat tersebut, enzim ini juga berfungsi sebagai
kekebalan tubuh manusia. [rs-alirsyadsurabaya co id]
Enzim RNase dapat mendepolarisasi RNA (asam
nukleat). Sehingga ketika kita menyuap makanan dengan tangan, bakteri yang
terdapat pada makanan dapat terikat oleh enzim Rnase yang dihasilkan di tangan
Anda. Proses ini membantu memperbaiki pencernaan di usus dan mencegah
penumpukan bakteri berbahaya di usus. Tidak hanya itu, saat Anda menyentuh
makanan dengan tangan, sebuah sinyal dikirim ke pikiran untuk melepaskan cairan
pencernaan dan enzim. [yesdok com]
Selanjutnya jangan
lupa bersyukur atas nikmat makanan yang dimakan. Rasul SAW bersabda : Barang siapa yang makan dan membaca :
الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي أَطْعَمَنِي هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلَا
قُوَّةٍ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku
makan dengan makanan ini dan memberiku rizki dengan tanpa daya dan kekuatan
dariku”.
Maka dosanya akan diampuni baik yang terdahulu
maupun yang belakangan. [HR Abu Dawud]
Dan setelah selesai
makan dan makanan di angkat maka Rasul SAW membaca :
الْحَمْدُ لِلَّهِ
كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى
عَنْهُ رَبَّنَا
Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi baik dan diberkahi,
rizkinya tidaklah tertolak, tidak ditinggalkan dan tidak bisa terlepas darinya,
wahai tuhanku. [HR Bukhari]
Wallahu A’lam.
Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menghargai rizki dari Allah termasuk makanan
yang kita makan sehari-hari yang sering terlupakan.
Salam Satu Hadits
Dr.H.Fathul
Bari.,SS.,M.Ag
Pondok Pesantren
Wisata
AN-NUR 2 Malang
Jatim
Ngaji dan Belajar
Berasa di tempat Wisata
Ayo Mondok! Mondok
Itu Keren!
NB.
“Ballighu Anni
Walau Ayah” Silahkan Share sebanyak-banyaknya kepada semua grup yang ada.
Al-Hafidz Ibnul Jawzi berkata : _Barang siapa yang ingin amalnya tidak terputus
setelah ia wafat maka sebarkanlah ilmu (agama)._ [At-Tadzkirah Wal Wa’dh]